Hadits: Telaga Al-Kautsar di Surga
Di antara hal yang wajib diimani oleh seorang Muslim adalah iman kepada haudhul kautsar yang berarti telaga atau danau kautsar sebagai bagian dari iman kepada hari akhir sebagaimana Hadits Nabi SAW :
حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنِ الْمُخْتَارِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أُنْزِلَتْ عَلَىَّ آنِفًا سُورَةٌ ». فَقَرَأَ « بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ) ». ثُمَّ قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ ». فَقُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ ». زَادَ ابْنُ حُجْرٍ فِى حَدِيثِهِ بَيْنَ أَظْهُرِنَا فِى الْمَسْجِدِ (رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushirin dari al-Muhtar dari Anas berkata. Suatu hari ketika Rasulullah SAW di antara kami, tiba-tiba Beliau tertidur sejenak, lalu Beliau mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Maka kami berkata, “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Baru saja diturunkan kepadaku satu surah.” Beliau pun membacakan surah itu, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.– Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) Al Kautsar– Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah– Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (Qs. Al Kautsar: 1-3) Kemudian Beliau bersabda, “Tahukah kamu apa Al Kautsar?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya ia adalah sungai yang dijanjikan Tuhanku ‘Azza wa Jalla kepadaku, di atasnya terdapat kebaikan yang banyak; yaitu telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat, bejananya sejumlah bintang (di langit), lalu ada seorang hamba yang ditarik darinya, maka aku pun berkata, “Yaa Rabbi, sesunggunya ia termasuk umatku.” Allah berfirman, “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka setelahmu.” Ibnu Hujr –salah seorang rawi- menambahkan dalam haditsnya, “(Rasulullah SAW) berada di antara kami di masjid (HR. Muslim)
Hadits tentang telaga kautsar ini berkaitan dengan turunnya surat al-Kautsar. Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir bin As-Sa’di dalam Taisir al-Karim fi Tafsir Kalam al-Manan, menjelaskan bahwa “Allah SWT berfirman kepada Nabi-Nya memberikan nikmat kepadanya, “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.” Yakni kebaikan yang banyak dan karunia yang melimpah yang di antaranya adalah apa yang Allah berikan kepada Nabi SAW pada hari Kiamat berupa sungai yang disebut dengan Al Kautsar, dan telaga yang panjangnya selama sebulan, lebarnya selama sebulan, airnya lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu, bejananya seperti bintang-bintang di langit karena banyak dan bersinarnya. Barang siapa yang meminumnya, maka dia tidak akan haus setelahnya selama-lamanya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahih Muslim Bab Hujjatu Man Qala al-Basmalah nomor 921. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud Bab Fi al-Haudh, nomor 4749.
Imam Ahmad bin Hanbal dalam Mabahits Fi al-Aqidah karya Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad Ath-Thiyar (jilid 20: 102), berkomentar bahwa muslim wajib mengimani haudhul kautsar karena menjadi bagian penting yang harus diyakini keberadaannya di hari kiamat kelak.
Banyak ulama yang tidak meragukan khasiat dari air haudhul kautsar (telaga kautsar), Ibn Abi Zamanin dalam kitab Ushul as-Sunnah mengatakan bahwa siapa saja yang meminum air telaga tersebut, walaupun satu teguk, dia tidak akan merasa haus selama-lamanya. Pendapat di atas adalah penguat Hadits Nabi SAW yang menjelaskan tentang keistimewaan air telaga kautsar.
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ عُمَرَ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنْ اللَّبَنِ وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنْ الْمِسْكِ وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلَا يَظْمَأُ أَبَدًا (رواه البخاري)
Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abi Maryam, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin Umar dari Abi Mulaikah berkata, bahwa Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda : Telagaku luasnya seperti satu bulan perjalanan, airnya lebih putih daripada susu, baunya lebih harum dari minyak misk dan cangkir-cangkirnya (sebanyak) bintang di langit. Barangsiapa yang minum dari telaga tersebut, dia tidak akan haus selamanya (HR. Al-Bukhari)
Haudhul kautsar memang disediakan untuk umat Muhammad SAW dan suatu keistimewaan yang luar biasa dapat meminum air telaga tersebut. Namun apakah seluruh pengikut Muhammad diberikan kemudahan untuk mengakses air telaga kautsar tersebut.
Di dalam Hadits lain dijelaskan bahwa banyak orang yang akan terusir dari telaga kautsar seperti diusirnya unta oleh pemilik telaga.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَأَذُودَنَّ رِجَالًا عَنْ حَوْضِي كَمَا تُذَادُ الْغَرِيبَةُ مِنْ الْإِبِلِ عَنْ الْحَوْضِ (رواه البخاري)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar, telah menceritakan kepada kami Ghundar, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Muhammad bin Ziyaad, aku mendengar dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda : Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh akan banyak laki-laki yang ditolak (diusir) dari telagaku, sebagaimana diusirnya unta asing dari telaga (pemilik unta) (HR. Al-Bukhari)
Tiga golongan yang akan terusir dari telaga Al-Kautsar
Ada tiga golongan yang akan terusir dari telaga ini sebagaimana dijelaskan dalam banyak riwayat yaitu:
-
Orang yang murtad (Murtadin)
Sebagaimana sebuah riwayat dari Al-Bukhari berikut.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ الْحَبَطِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَرِدُ عَلَيَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَهْطٌ مِنْ أَصْحَابِي فَيُحَلَّئُونَ عَنْ الْحَوْضِ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أَصْحَابِي فَيَقُولُ إِنَّكَ لَا عِلْمَ لَكَ بِمَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ إِنَّهُمْ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ الْقَهْقَرَى (رواه البخاري)
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa’id al-Habatiy, telah menceritakan kepada kami Ayahku dari Yunus dari Ibn Syihab dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda : Pada hari kiamat, beberapa orang sahabatku mendatangiku, kemudian mereka diusir dari telaga. Aku pun berkata, ‘Wahai Rabb-ku, (mereka adalah) sahabatku.’ Allah Ta’ala menjawab, ‘Sesungguhnya kamu tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu. Mereka berbalik ke belakang dengan melakukan murtad (keluar dari agama Islam) (dosa besar) (HR. Al-Bukhari)
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya Bab Man Intadzara Hatta Tudfana, no 6585.
Sukahar Ahmad Syafi’i (Sekretaris Majelis Tarjih & Tajdid PDM Kab. Pati)
حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنِ الْمُخْتَارِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أُنْزِلَتْ عَلَىَّ آنِفًا سُورَةٌ ». فَقَرَأَ « بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ) ». ثُمَّ قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ ». فَقُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ ». زَادَ ابْنُ حُجْرٍ فِى حَدِيثِهِ بَيْنَ أَظْهُرِنَا فِى الْمَسْجِدِ (رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushirin dari al-Muhtar dari Anas berkata. Suatu hari ketika Rasulullah SAW di antara kami, tiba-tiba Beliau tertidur sejenak, lalu Beliau mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Maka kami berkata, “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Baru saja diturunkan kepadaku satu surah.” Beliau pun membacakan surah itu, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.– Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) Al Kautsar– Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah– Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (Qs. Al Kautsar: 1-3) Kemudian Beliau bersabda, “Tahukah kamu apa Al Kautsar?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya ia adalah sungai yang dijanjikan Tuhanku ‘Azza wa Jalla kepadaku, di atasnya terdapat kebaikan yang banyak; yaitu telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat, bejananya sejumlah bintang (di langit), lalu ada seorang hamba yang ditarik darinya, maka aku pun berkata, “Yaa Rabbi, sesunggunya ia termasuk umatku.” Allah berfirman, “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka setelahmu.” Ibnu Hujr –salah seorang rawi- menambahkan dalam haditsnya, “(Rasulullah SAW) berada di antara kami di masjid (HR. Muslim)
Dari hadits di atas ada tiga golongan yang ditolak untuk mengakses air dalam telaga Al-Kautsar ini pada hari akhir. Yang pertama telah dijelaskan dalam edisi yang lalu yaitu mereka orang yang keluar dari agama Islam (murtad), selanjutnya yaitu:
-
Orang yang akidahnya tersesat
Imam al-Qurtubi dalam kitab At-Tadzkirah memberikan penjelasan bahwa orang yang akan tertolak dari telaga kautsar adalah orang yang menyelisihi akidah kaum muslimin, atau bisa disebut orang yang akidahnya sesat (dhalal).
وَقَالَ اَلْقُرْطُبِي فيِ التَذْ كِرَةِ: قاَلَ عُلَمَاؤُناَ -رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ وَأَشَدُّهُمْ طَرْدًا مَنْ خَالَفَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَفَارَقَ سَبِيلَهُمْ مِثْلُ الْخَوَارِجِ عَلَى اخْتِلَافِ فِرَقِهَا وَالرَّوَافِضِ عَلَى تَبَايُنِ ضَلَالِهَا وَالْمُعْتَزِلَةِ عَلَى أَصْنَافِ أَهْوَائِهَا فَهَؤُلَاءِ كُلُّهُمْ يُبَدِّلُونَ
Al-Qurthubi berkata dalam kitab at-Tadzkirah, bahwa ulama kami berkata, bahwa orang yang paling buruk terusirnya dari telaga Nabi adalah orang-orang yang menyelisihi jamaah kaum muslimin, semacam orang-orang Khawarij dengan berbagai macam sektenya, orang-orang Syi’ah yang sangat jelas kesesatannya dan orang-orang Muktazilah dengan berbagai macam kelompoknya. Mereka semua adalah orang-orang yang mengganti (mengubah) agamanya.
Penjelasan Imam al-Qurthubi ini terekam juga dalam kitab Mabahits Fil Aqidah karya Muhammad bin Ahmad Ath-Thiyar ( Jilid 20: 109); Kitab al-Irsyad fi Al-Aqidah karya Al-Fauzan bin Abdullah (jilid 11: 70); dan dalam Lawami’ al-Anwar karya Syamsuddin Abu al-‘Aun Al-Hanbaly (jilid 2: 200).
-
Pelaku bidah
قَالَ ابنُ عَبْدِ اْلبَر: وَكُلُّ مَنْ أَحْدَثَ فِي الدِّينِ مَا لَا يَرْضَاهُ اللَّهُ وَلَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ فَهُوَ مِنَ الْمَطْرُودِينَ عَنِ الْحَوْضِ الْمُبْعَدِينَ عَنْهُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Ibn Abdil Bar berkata: Setiap orang yang membuat-buat perkara baru dalam agama yang tidak Allah ridhai dan tidak diizinkan oleh Allah Ta’ala, maka mereka termasuk orang-orang yang diusir dari telaga dan dijauhkan dari telaga. Wallahu a’lam.
Penjelasan mengenai ahli bid’ah termasuk orang yang diusir dari telaga kautsar telah dijelaskan oleh Imam Ibn Abdil Bar dalam kitabnya at-Tamhid Lima Fi al-Muwatha’ min Al-Ma’ani Wa Al-Asanid (jilid 20: 262); Al-Istidzkar (jilid 1: 195) dan dalam kitab Imta’ al-Asma’ Bima Lin-Nabi min Al-Ahwali wa Al-Amwali karya Taqiyuddin Ahmad bin Ali al-Maqrizy (jilid 3: 307).
Dengan ini, Haudhul Kautsar adalah fasilitas istimewa yang disediakan oleh Allah SWT bagi Nabi Muhammad SAW yang kemudian menjadi fasilitas istimewa untuk umatnya. Hal ini dikuatkan pula dalam Hadits yang dibawa oleh Anas bin Malik ra. yang tercatat dalam Shahih al-Bukhari Bab Man Intadzara Hatta Tudfana, nomor 6581:
حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :بَيْنَمَا أَنَا أَسِيرُ فِي الجَنَّةِ، إِذَا أَنَا بِنَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ الدُّرِّ المُجَوَّفِ، قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ، الَّذِي أَعْطَاكَ رَبُّكَ، فَإِذَا طِينُهُ – أَوْ طِيبُهُ – مِسْكٌ أَذْفَرُ (رواه البخاري)
Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik dari Nabi SAW ketika kami berjalan di surga, tiba-tiba ada sungai yang pinggirnya berupa kubah dari mutiara berongga. Aku bertanya, ‘Apa ini, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Inilah al-kautsar yang Allah Ta’ala berikan untukmu.’ Ternyata tanahnya atau bau wanginya terbuat dari minyak misk adzfar (HR. Al-Bukhari)
Bahwa haudhul kautsar adalah perkara ghaib yang wajib diimani oleh kaum muslimin, karena kelak umat Muhammad SAW akan mendapatkan kemuliaan dari telaga kautsar kelak di hari kiamat. Mereka akan meminum air telaga tersebut lalu mereka tidak akan merasa haus selama-lamanya. Sebagaimana Hadits dari jalur Abu Dzar yang terekam dalam Shahih Muslim Bab Isbat al-Haudhi, nomor 6129:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَابْنُ أَبِى عُمَرَ الْمَكِّىُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا آنِيَةُ الْحَوْضِ قَالَ: يَشْخُبُ فِيهِ مِيزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ (رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim dan Ibn Abi Umar al-Makky dari Abdullah bin Shomit dari Abi Dzar berkata, aku bertanya, wahai Rasulullah apa tanda-tanda al-Haudh, beliau bersabda : Dialirkan pada telaga itu dua saluran air yang (bersumber) dari (telaga al-Kautsar) di Surga, dan barang siapa yang meminumnya, dia tidak akan haus selama-lamanya. (HR. Muslim)
Sukahar Ahmad Syafi’i, Sekretaris Majelis Tarjih & Tajdid PDM Kab.Pati
Sumber: Majalah SM No 17-18 Tahun 2018