YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Salah satu literasi dasar yang menjadi bagian dari gerakan literasi nasional adalah literasi budaya dan kewargaan. Literasi tentang budaya penting dikuasai warga negara agar melahirkan sikap untuk sedia hidup berdampingan dengan budaya yang berbeda sebagai keniscayaan keragaman budaya bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga literasi kewargaan, ia perlu dimiliki agar tumbuh kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
“Sebagai warga negara, kita tidak cukup hanya memiliki literasi membaca, menulis, berhitung, literasi digital, literasi finansial, dan literasi sains, tetapi perlu juga memiliki literasi budaya dan kewargaan”. Demikian pengantar Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd., Ketua Program Studi PPKn UAD pada Seri Diskusi Penguatan Keilmuan PPKn yang digelar Sabtu, 20 Maret 2021 secara daring melalui Zoom Meeting dan streaming melalui kanal YouTube PPKn UAD.
Diskusi penguatan keilmuan PPKn yang merupakan penyelenggaraan ke-2 pada tahun akademik 2020/2021 ini dilaksanakan Program Studi PPKn Universitas Ahmad Dahlan secara berseri, setiap bulan. Periode Maret ini diselenggarakan atas kerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam rangka implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Diskusi mengangkat tema Literasi budaya dan kewargaan melalui pembelajaran PPKn dengan menghadirkan Syifa Siti Aulia, M.Pd dari UAD dan Obby Taufik Hidayat, M.Pd. dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sebagai narasumber.
Dalam paparannya, Syifa menawarkan pembiasaan di kelas dan penguatan konten materi pembelajaran PPKn dalam rangka literasi budaya dan kewargaan peserta didik. Bahkan kelas-kelas PPKn perlu mengenalkan nilai-nilai kearifan lokal dalam memperkuat literasi budaya. “Literasi budaya dan kewargaan ini koheren dengan upaya menyiapkan peserta didik hidup pada abad ke-21, karena itu perlu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, saintifik, inquiry, discovery, dan berbasis pemecahan masalah” lanjut Syifa yang juga merupakan Sekretaris Program Studi PPKn UAD.
Sementara itu Obby yang merupakan dosen mata kuliah Pendidikan Multikultural UMS, menegaskan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn dapat digunakan untuk melahirkan peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi. “Peserta didik perlu dilatih untuk tidak hanya mampu menerjemahkan konsep literasi budaya dan kewargaan dalam ranah kognitif, sekadar mampu menyebutkan kembali dan memahami, tetapi yang terpenting adalah mampu melaksanakannya dalam tindakan sehari-hari”, sambung Obby.
Peserta diskusi dari berbagai kalangan cukup antusias dan aktif merespons paparan dari para narasumber. Mereka memberi tanggapan yang memperkaya materi diskusi maupun mengajukan pertanyaan yang menambah khazanah pengetahuan peserta. Seri diskusi ini bersifat terbuka, dan dihadiri mahasiswa, guru mata pelajaran PPKn, dosen, dan para pemerhati kajian PPKn dari berbagai daerah di Indonesia.
Di akhir diskusi, Kaprodi yang sekaligus pemandu diskusi ini menyebut bahwa seri ke-3 diskusi penguatan keilmuan insyaAllah akan dilaksanakan pada bulan April 2021 sekalian menunggu waktu berbuka puasa. (DBA)