Ghirah Berislam di Masjid Auburn Gallipoli Australia
NSW, Suara Muhammadiyah – Tidak seperti masjid kebanyakan di Australia yang biasanya adalah berupa bekas bangunan yang dibeli dan dijadikan masjid, Masjid Auburn Gallipoli memiliki keistimewaan tersendiri. Ini merupakan bangunan yang seluruhnya merupakan bangunan baru yang disengaja dibangun sebagai masjid. Arsitekturnya mirip dengan keindahan masjid Sri Alam Dunia di Sipirok Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Terdapat satu qubah besar di tengah dan dua menara yang cukup tinggi.
Memasuki ruang dalam masjid, terlihat pemandangan yang cukup indah. Beberapa ornamen yang dihiasi dengan lampu. Di dinding terdapat lukisan kaligrafi ayat-ayat suci Al Qur’an. Penataan cahaya matahari dari sela-sela qubah membuat suasana dalam masjid sangat terang. Ini didukung dengan kompleks masjid yang berada di lapangan yang cukup jauh dari bangunan-bangunan lainnya sehingga tidak ada yang menghalangi cahaya matahari.
Masjid terdiri dari dua lantai pada bagian belakang, bagian kiri dan bagian kanan. Sebenarnya lantai dua dikhususkan untuk perempuan. Namun karena hari Jumat, dapat dipergunakan jamaah lelaki untuk salat. Terdapat pula beranda di bagian belakang dengan suasana yang teduh. Itu biasanya dipakai untuk duduk santai antar sesama jamaah dan acara informal lainnya.
Untuk tempat berwudhu dan kamar kecil berada di lantai dasar, bawah masjid. Ini sengaja dibuat dibawah untuk mengurangi pemakaian lahan. Sebagian lahan dijadikan taman dan tempat parkir. Ada juga perpustakaan dan ruang pertemuan.
Sebelum kami masuk ke kompleks masjid, dua orang petugas berjaga-jaga di pintu gerbang. Dia memastikan sesiapa yang datang hanya dengan tujuan salat. Dalam masjid sudah ramai jamaah. Tata cara salat Jumat di sini sedikit berbeda dengan kebiasaan di masjid lain di Wollongong ataupun yang ada di Indonesia. Ketika waktu salat masuk, seorang khatib naik ke mimbar di samping kiri. Dia berceramah dalam bahasa Turki sekitar dua puluh menit. Kemudian muazzin mengumandangkan azan, lalu diikuti salat sunat dua rakaat oleh seluruh jamaah.
Lalu khatib yang tadi naik ke mimbar paling tinggi di bagian tengah masjid. Saat naik ke mimbar, khatib diiringi dengan salawat Nabi. Kemudian diadakan azan kedua. Khatib membawakan khutbah dalam bahasa Turki sekitar tujuh menit. Seseorang dari bagian belakang berdiri menerjemahkan isi khutbah tadi ke dalam bahasa Inggris.
Setelah itu khatib memimpin doa bersama. Selanjutnya iqomah dan salat dua rakaat secara berjamaah. Beberapa saat kemudian setelah jamaah bubar, ada lagi datang satu kelompok masyarakat lainnya. Mereka melaksanakan khutbah dan salat Jumat tersendiri. Kemungkinan mereka masyarakat yang tidak sempat tadi ikut berjamaah pada gelombang pertama.
Masjid Auburn Gallipoli ini adalah bahagian dari cahaya Islam di Australia. Semangat keberagamaan cukup tinggi di sini. Setiap saat diadakan berbagai kegiatan keislaman. Baik bagi orang tua maupun anak-anak. Ada pula sesi khusus perempuan.
Selama Ramadan ini diadakan buka puasa bersama. Bahkan beberapa anggota parlemen New South Wales datang berkunjung ke sini dan membawa makanan buka puasa. Maklum saja, jumlah umat Islam yang sudah jadi warga negara Australia di sekitar Auburn ini cukup banyak. Bahkan tiga puluh lima persen pemegang hak suara di daerah pemilihan ini, adalah umat Islam. (Haidir Fitra Siagian)