Menguak Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
Oleh: Wardi,SPd, MA
Hari Kebangkitan nasional diperingati setiap tahun pada tanggal 20 Mei. Tahun ini peristiwa itu sudah 113 kali diperingati. Tema Harkitnas 20 Mei 2021 adalah “Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh!”. Tema ini mengingatkan bahwa semangat Kebangkitan Nasional dapat mengajarkan kita untuk selalu optimis dalam menghadapi masa depan.
Banyak hikmah bisa kita petik. Semoga dengan tulisan pendek ini kita bisa mengambil hikmah lebih banyak.
Polotik Etis Kolonial Belanda
Kebijakan politik etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek) dikeluarkan oleh Ratu Belanda Wilhelmina pada 1899. Kebijakan tersebut keluar tidak lepas adanya kritik dari tokoh Belanda, C.Th. Van Deventer lewat tulisan di majalah De Gids pada 1899. Isi pokok kebijakan tersebut adalah: karena Pemerintah Belanda telah begitu lama mengambil untung besar dari wilayah jajahan, sementara rakyat pribumi menderita. Sehingga pemerintah Belanda memiliki kewajiban moral untuk melakukan balas budi melalui kesejahteraan penduduk.
Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa bumiputera di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tersebut ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Van deventer yang meliputi:
- Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian.
- Imigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.
- Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan.
Bidang Pendidikan dan Pengajaran
Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat terasa dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852–1925), seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900–1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.
Kebijak tersebut ternyata berjalan tidak seperti yang diputuskan. Pemerintah Belanda memang membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk seluruh rakyat, hanya diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang mampu. Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang berharta, dan di sekolah kelas II kepada anak-anak pribumi dan pada umumnya.
Belanda telah berhasil menciptakan sekelompok orang Indonesia jadi terpelajar. Belanda mendirikan sekolah-sekolah, yang dikenal dengan nama Sekolah Pribumi. Tujuan di lapangan dari pilitik ini adalah untuk mencari karyawan bergaji murah untuk dijadikan juru ketik (Klerk) di kantor-kantor pemerintah Kolonial Belanda.
Muncul Gerakan Kebangkitan Nasional
Ternyata, anak-anak orang kaya dan pejabat, banyak yang mengikuti pendidikan sekolah dasar tingkat awal itu. Maka tujuan pemerintah kolonisl itu pun tercapai. Namun, dari sinilah dimulainya pemikirian baru, untuk memperebutkan kemerdekaan yang merupakan cita-cita para pahlawan terdahulu. Di antara ribuan peserta itu, ada orang-orang yang benar-benar intelektual, Bahkan di antara mereka tidak sedikit yang berdarah pejuang, anak cucu dari para para pahlawan yang zaman dulu menentang penjajahan.
Para pemuda itu sadar bahwa pemerintah Belanda di Indonesia terlalu kuat untuk dikalahkan dengan senjata, melainkan dengan gerakan intelektual, persatuan, dan kesadaran berbangsa. Maka banyaklah bermuculan organisasi berkait dengan tujuan tersebut. Untuk pertama kali berdirilah Budi Utomo (1908), kemudian disusul oleh Serikat Dagang Islam (1911), Indische Partij didirikan di Bandung tanggal 25 Desember 1912, Perhimpunan Indonesia (1925), dan termasuk Muhammadiyah (!912) yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Partai Nasional Indonesia (PNI) yang awalnya merupakan perkumpulan yang dibentuk oleh Ir. Soekarno yang bernama Algemeene Studie Club tahun 1925. Nahdatul Ulama atau NU berdiri tahun 1926.
Meskipun memiliki ideologi berbeda, namun organisasi-organisasi tersebut memiliki tujuan yang sama meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Mereka bergerak bukan dengan menggunakan peralatan senjata perang, tetapi menggunakan dengan memanfaatkan pemikiran yang didilakukan oleh kaum-kaum intelektual.
Dalam masa 20 tahun, melalui Politic Etis dan kesadaran nasional, mereka menggalang perjuangan. Pada tahun 1928 mereka mencetuskan janji nasional yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Tujuh belas tahun kemudian, yaitu tanggal 17 Agustus 1945, atas berkah rahmat Allah yang Maha Kuasa, kemerdekaan bangsa pun dapat diraih.
Hari Kebangkitan Nasional adalah masa bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.Hari kebangkitan Nasional ditandai oleh peristiwa penting bagai Indonesia dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 dan Ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Budi Utomo didirikan oleh siswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten). Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik. Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara, dan Dr. Douwes Dekker bersama-sama membidani lahirnya organisasi tersebut yang merupakam embrio semangat kebangsaan negeri tercinta ini.
Budi Utomo ini organisasi politikyang pertama di Indonesia yang bersifat nasional serta modern. Budi Utomo (B0) pada 20 Mei 1908. Budi Utomo adalah organisasi yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan, tetapi tidak bersifat politik.Tujuan Budi Utomo adalah meningkatkan pengajaran bagi orang Jawa. Dalam perkembangannya, Budi Utomo mengalami kemunduran karena adanya perpecahan antara golongan muda dan tua. Akhirnya, Budi Utomo bergabung dengan organisasi lainnya dan membentuk Partai Indonesia Raya.
Peranan Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Muhammadiyah didirikan tanggal 18 November 1912 oleh K.H Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah mengajar di sekolah Budi Utomo sejak 1909. Beliau memberikan pelajaran agama.
Peranan Muhammadiyah dalam masa kebangkitan nasional adalah bahwa berperan memberikan pendidikan bermutu dan mengumpulkan masa yang memiliki ikatan beragama Islam (ukhuwah). Kesatuan ini yang mendorong gagasan dan semangat kemerdekaan.
Pada awal zaman perebutan kemerdekaan itulah Muhammadiyah berdiri, dan sejalan dengan cita-cita bangsa dan viralnya jalur pendidikan, Muhammadiyah ikut berjuang. Perjuangan Muhammadiyah itu ditandai dengan aktifnya mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang didirikan itu mempunyai kelebihan, yaitu memadukan antara model pendidikan barat (sistem pendidikan dalam Politik Etis Belanda) dengan pendidikan Islam model pondok peaantren. Disamping itu, Muhammadiyah pada zaman pemerintahan Kolonial Belanda juga banyak mendirikan Panti Asuhan anak yatim dan rumah sakit.
Muhammadiyah adalah organisasi sezaman dengan Budi Utomo. Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin. Muhammadiyah, alhamdulillah masih eksis sampai saat ini.
Wardi,SPd, MA, PCM Semin Majelis Pustaka