Tanggung Jawab Memajukan Muhammadiyah
Oleh DR H Haedar Nashir, M.Si.
“Mengingat keadaan tubuhku kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakku semua sedangkan aku tidak memiliki harta benda yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian. Karena itu, aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya.” —KH Ahmad Dahlan— (Munir Mulkhan, 2007).
Para pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting bersama segenap pengurus Organisasi Otonom, Majelis, Lembaga, dan Amal Usaha sungguh mulia ketika bersedia menjadi penerus perjuangan Kyai Haji Ahmad Danlan dalam berkhidmat mengurus Gerakan Islam ini. Tanggungjawab mengurus Muhammadiyah sama dengan mengikuti perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. dalam mendakwahkan Islam untuk membangun peradaban utama.
Kyai Dahlan telah meletakkan fondasi dan merintis perjuangan Muhammadiyah dengan segala pengorbanan meski di kala fisiknya melemah dan keaadaan serba terbatas. Tentu bagi para pemimpin Persyarikatan saat ini bagaimana meneruskan secara lebih gigih dalam memajukan Muhammadiyah. Lebih-lebih setelah diberi amanat oleh Muktamar, Tanwir, Musywil, Musyda, Musycab, Musyran, dan mandat organisasi lainnya. Keadaan Muhammadiyah saat ini lebih baik dan memiliki fasilitas relatif mudah, maka dituntut tanggungjawab lebih tinggi dari para pimpinannya.
Meski Indonesia sedang berada di tahun politik 2019 dan warga Muhammadiyah harus mengambil bagian dalam kehidupan politik kebangsaan, tetapi jangan melalaikan tugas mengurus Muhammadiyah untuk memajukan gerakan. Jangan sampai para aktivis dan elite pimpinan di Persyarikatan setiap hari sibuk membahas isu-isu politik praktis melebihi orang partai politik dan tim sukses. Sedangkan urusan dan agenda Muhammadiyah yang demikian banyak dan krusial menanti untuk diurus dengan segenap tanggungjawab tinggi.
Menghadapi Masalah
Dari Tanwir Bengkulu 15-17 Februari 2019 masih terdapat waktu satu setengah tahun menuju Muktamar ke-48 tahun 2020 di Surakarta, yang diikuti dengan permusyawaratan di bawahnya. Bagaimana program dan usaha Muhammadiyah dalam waktu yang tidak terlalu lama tersebut dapat dilaksanakan sebagai wujud pertanggungjawaban pimpinan pada organisasi. Program di bidang tarjih, tabligh, pustaka dan informasi, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi dan kewirausahaan, pemberdayaan masyarakat, dan seluruh program lainnya yang jumlahnya 6 program umum dan 21 program perbidang.
Jika dibaca keputusan Muktamar 2015 betapa banyak program yang harus dijalankan para pimpinan Muhammadiyah dengan frekuensi yang tinggi. Jika dinaikkan tingkatannya secara kualitas, sejumlah program unggulan penting untuk dilaksanakan sampai tuntas dan optimal, yang dapat membawa kemajuan Muhammadiyah secara lebih signifikan. Jika benar-benar serius pun tampaknya tidak mencukupi untuk dijalankan selama satu periode. Lebih-lebih manakala teralihkan oleh perhatian yang lain, maka betapa berat mandat para pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting, sehingga nyaris tidak ada kesempatan untuk berwaktu-luang.
Sungguh saat yang tepat jika pada Tanwir Bengkulu setiap anggota pimpinan dan semua pihak yang mendapat amanat dari Persyarikatan menghisab seberapa jauh kontribusi dalam menjalankan program sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan pada organisasi. Setiap hari bagaimana memikirkan dan mengerjakan amanat Psrsyarikatan? Memang berkhidmat di Muhammadiyah merupakan kesukarelaaan, tetapi komitmen selaku pimpinan selalu menuntut pertanggungjawaban dalam menjalankan amanat organisasi. Jika bukan pimpinan yang menunjukkan pengkhidmatan, lantas siapa yang akan melakukan?
Bersamaan dengan itu, Muhammadiyah secara internal juga memiliki sejumlah masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan. Di sejumlah wilayah masih terdapat daerah, cabang, dan ranting yang tidak sepenuhnya aktif yang memerlukan penguatan. Program dakwah komunitas, termasuk di tingkat jamaah, masih belum terlaksana sebagaimana mestinya. Semua masjid masih belum terkelola dan dimakmurkan dengan sebaik-baiknya. Warga dan umat yang heterogen dengan berbagai masalahnya belum sepenuhnya tergarap oleh dakwah Muhammadiyah, baik di perkotaan maupun pedesaan dan daerah terjauh di seluruh kepulauan Indonesia.
Pada saat ini juga berkembang berbagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan lain yang semakin masuk ke masyarakat dengan aksi dan programnya yang menarik minat publik. Mereka menggarap lembaga pendidikan, kesehatan, dan usaha lain sebagaimana dilakukan Muhammadiyah yang berkualitas. Rumah sakit Siloam berdiri di setiap kota atau daerah, yang memerlukan kompetisi Muhammadiyah.
Beragam paham keagamaan pun semakin meluas di lingkungan umat Islam yang memerlukan panduan keagamaan alternatif. Sementara media sosial menjadi area interaksi sosial baru yang memerlukan kehadiran dakwah yang mencerahkan. Bagaimana menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam alternatif yang unggul di tengah dinamika baru keagamaan dan kemasyarakatan yang dinamis itu? Para pimpinan Muhammadiyah dituntut pemikiran dan kerja-kerja yang cerdas dan produktif. Manakala lengah dan merasa aman, lama kelamaan pihak lain bergerak jauh ke depan, sementara Muhammadiyah ketinggalan.
Orentasi Baru
Bagaimana para pimpinan Muhammadiyah memikirkan agenda-agenda penting dalam satu setengah tahun ke depan? Muhammadiyah tidak cukup berada di zona aman jika ingin terus maju menjadi gerakan Islam yang unggul. Amal usaha yang besar jangan sampai membuat para pimpinan Muhammadiyah berjalan di tempat tanpa melakukan usaha-usaha penguatan, peningkatan, dan pengembangan secara lebih berkualitas. Jika tidak mampu melakukan terobosan, lakukan pengembangan kualitas. Hal yang niscaya ialah membangun pusat-pusat keunggulan yang akan menjadi kekuatan Muhammadiyah dalam lahan gerakannya di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, plus tablig yang masif dan mencerahkan.
Gerakan ke masyarakat di kota maupun desa serta daerah terjauh harus menjadi fokus pengembangan Muhammadiyah jika ingin tetap mengakar di negeri ini. Jangan terus berwacana dan sibuk dengan mengusung isu organisasi lain lebih maju, misi agama lain masif, dan kita merasa ketinggalan jika tidak diberangi dengan kesungguhan menjalankan usaha-usaha Muhammadiyah secara optimal. Kadang mau merumuskan satu konsep atau pemikiran saja tidak tertunaikan, sementara reaksi atas masalah yang terjadi sering begiturupa tinggi tanpa memberikan pemikiran alternatif dari Muhammadiyah.
Jika tidak puas dengan keadaan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan maka rumuskan pemikiran dan langkah-langkah alternatif dan strategis, bukan mengedepankan sikap reaktif yang berlebihan minus ikhtiar penghadapan yang semestinya. Dalam bahasa Muhammadiyah kedepankan sikap dakwah “lil-muwajahah” (menggadapi) daripada “lil-mu’aradlah” (mereaksi), sehingga dihasilkan solusi. Solusi pun bukan instan apalagi sekadar be-WA (WhatsApp) yang seringkali pendek dan dangkal. Berilah solusi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang yang mambawa Muhammadiyah, umat Islam, dan bangsa menuju arah yang diidealisasikan.
Jika memiliki pemikiran yang penting dan strategis baik tentang Muhammadiyah maupun tentang kehidupan umat Islam dan bangsa maka tawarkanlah dengan pikiran-pikiran alternatif untuk didialogkan, dibahas, dan dicarikan perumusan secara organisasi. Jika menyangkut umat Islam maupun bangsa dapat dikomunikasikan dan diwacanakan dengan golongan lain sehingga memberikan jalan strategis ke depan. Sikap mudah saling menyalahkan tanpa menawarkan peta-jalan dan pemikiran yang luas maka yang terjadi stagnasi dan distorsi sesama umat. Rumuskanlah strategi perjuangan umat Islam di bidang politik, ekonomi, dan budaya yang dapat dijadikan agenda bersama!
Dalam bermuhammadiyah memang memerlukan pemikiran dan langkah sistematis dengan basis koridor prinsip, sistem, dan mekanisme organisasi yang menjadi rujukan bersama. Jika memiliki pemikiran alternatif terbuka untuk didialogkan sesuai dengan koridor di Persayarikatan. Bukan pikiran dan langkah individual, lebih-lebuh sekadar pikiran lepas. Bermuhammadiyah itu harus berpikir sekaligus bekerja dan berkorban secara kolektif dan tersistem. Karenanya para pimpinan di seluruh tingkatan pasca Tanwir Bengkulu 2019 kian dituntut tanggungjawabnya yang tinggi dalam memikirkan dan menjalankan amanat organisasi untuk membawa Muhammadiyah menjadi semakin berkemajuan. Pesan Kyai Dahlan sangatlah tegas, “agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya.”!
Sumber: Majalah SM Edisi 4 Tahun 2019