SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Moderasi beragama adalah cara beragama yang dilakukan dengan pandangan tengahan, atau menolak cara-cara ektrimisme yang nir ilmu dalam menyebarkan agama. Dalam berbagai macam kajian, moderasi dianggap sebagai cara beragama yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi, tidak berlebihan serta mencintai kedamaian.
Berangkat dari perspektif ini, IMM sebagai organisasi islam yang bergerak di ranah kemahasiswaan mencoba untuk menyuarakan islam moderat di tengah masyarakat melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya dengan kegiatan Ngopi Bareng: Apa Itu Islam Moderat?.
Bersama dengan Cangkir Opini, sebuah komunitas digital yang dibentuk oleh IMM Jawa Timur mengadakan sebuah kegiatan Ngopi Bareng : Apa itu Islam Moderat?. Acara Ngopi Bareng ini bertajuk “Islam Moderat untuk Mencegah Ekstrimisme Berbasis Agama”. Kegiatan ini dilaksanakan di Surakarta, Solo-Jawa Tengah (18/06).
Pada kesempatan ini, IMM mengundang pembicara Hammam Sanadi tokoh intelektual yang saat ini aktif sebagai dosen IAIN Salatiga dan Majelis Pendidikan Kader PWM Jateng, lalu ada Mahmud Hariono mantan narapidana terorisme asal Jombang yang pernah dikirim ke Filiphina untuk berlatih militer, dan seorang akademisi muda yang aktif meneliti persoalan radikalisme agama di Indonesia yaitu Nafik Muthohirin.
Dalam kegiatan tersebut, Hammad Sanadi memberikan pandnagan bahwa moderasi beragama adalah upaya memberikan ruang yang selebar-lebarnya kepada anak muda dalam mengekspresikan agamanya tapi dengan satu tujuan, yaitu menjaga harmonisasi beragama dan bermasyarakat.
Dalam aktualisasinya, islam moderasi harus menjadi narasi alternative agar gerakan-gerakan ekstrimisme beragama tidak menyebarluas di kalangan masyarakat. Ruang-ruang public harus diberikan kepada generasi muda yang memiliki wawasan moderat yang kuat untuk mencerahkan keberagamaan masyarakat yang saat ini sangat mudah dipengaruhi oleh paham-paham ekstimisme. Terang Dosen IAIN Salatiga itu.
Nafik Muthohirin yang juga menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut mengungkapkan bahwa moderasi beragama harus disebarluaskan di media social, karena ia menyadari bahwa organisasi mainstream seperti Muhammadiyah dan NU adalah organisasi yang sangat representative untuk berbicara moderasi beragama di Indonesia.
Nafik juga mengatakan bahwa generasi muda memiliki peran yang signifikan dalam menyuarakan paham beragama yang moderat di media sosial. Karena dengan kreatifitas yang dimiliki seperti kemampuan desain, membuat meme, dan menuliskan narasi progresif bisa dijadikan alat untuk menyuarakan moderasi beragama yang sampai hari ini masih jarang mencuat di media social.
Diakhir, Mahmud Hariono memberikan pandangan bahwa sebagai mantan napi terorisme ia berpesan bahwa jangan sampai generasi muda mengikuti jejaknya. Hal ini akan memberatkan keluarganya, ia teringat ketika masih di penjara, karena tindakan yang pernah dilakukan di masa lalu akhirnya harus memberatkan keluarga, mereka harus bolak balik dari rumah ke nusakambangan.
Pasca lepas dari penjara, ia bertekad untuk menyebar luaskan ajaran Islam yang cinta damai, dan tidak lagi berurusan dengan hal-hal yang berbau kekerasan apalagi setelah melihat perjuangan keluarganya sewaktu dirinya masih di dalam penjara. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah agama yang mencitai kedamaian, dan harusnya menjadi penyejuk bagi siapapun yang tahu dengan Islam, bukan sebaliknya, digunakan untuk berperang.
Kegiatan Ngopi Bareng ini juga sangat diapresiasi oleh ketiga pembicara karena sangat jarang dilakukan oleh generasi muda. Kegiatan diskusi yang mengkaji topic moderasi agama harus terus menerus digalakkan Islam kedepan tetap menjadi agama yang rahmatan lil alamin.
Kegiatan ini dihadiri oleh kalangan aktivis muda yang berasal dari berbagai macam latar belakang organisasi. Peserta sangat antusias mendengarkan paparan dari para pemateri. Apalagi dengan berbagai kasus terorisme yang telah terjadi di Solo dan sejumlah kasus penangkapan yang dilakukan oleh kepolisian sehingga membuat IMM Jawa Timur, IMM Jawa Tengah dan Cangkir Opini akan gencar untuk menyuarakan moderasi beragama di Indonesia. (Riz)