YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kampus Mengajar merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang diharapkan peserta dapat berkontribusi sebagai agen perubahan dalam tantangan pendidikan yang ada di Indonesia. Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa perguruan tinggi di bawah Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek Dikti untuk mengembangkan aktivitas-aktivitas di luar perkuliahan.
Termasuk mahasiswa PPKN Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi bagian dari Kampus Mengajar yang ternyata mendapat antusiasme sangat tinggi. Karena dalam pembukaan Kampus mengajar terdapat sekitar 50.000 pendaftar dan yang diterima hanya 15.000 peserta di seluruh Indonesia.
Sebanyak 17 mahasiswa PPKN UAD terpilih untuk mengikuti Kampus Mengajar Angkatan pertama. Para pejuang pendidikan tersebut telah menyelesaikan pengabdiannya selama tiga bulan sejak Maret 2021.
Program Studi PPKN UAD menyambut kembali para mahasiswa yang telah melaksanakan program sekaligus menggelar diskusi Berbagi Pengalaman Kampus Mengajar secara daring pada Sabtu, 26 Juni 2021.
Ketua Prodi PPKN UAD Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd mengungkapkan Kampus Mengajar menjadi wahana melatih profesionalitas mahasiswa dalam mengajar di satuan pendidikan. Serta melalui Kampus Mengajar mahasiswa beraktivitas di sekolah serta mengasah keahlian yang dapat diterapkan ketika di masyarakat.
“Diantaranya bagaimana para mahasiswa yang tergabung dalam peserta Kampus Mengajar menjadi mitra guru untuk berinovasi dalam pembelajaran literasi, numerasi, serta adaptasi teknologi di sekolah,” tuturnya.
Menurut Dikdik, aktivitas Kampus Mengajar angkatan pertama dinilai 12 SKS bagi peserta, sementara itu bagi angkatan kedua bisa mendapatkan 20 SKS. Dengan demikian diharapkan dapat menggugah peserta lain untuk mengikuti Kampus Mengajar Angkatan kedua.
Dalam sesi Berbagi Pengalaman Kampus Mengajar PPKN UAD menghadirkan dua narasumber yaitu Siti Komariah, Mahasiswa Peserta Kampus Mengajar di SDN Sungai Hitam, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Kedua, Elvi Nurhidayati Mahasiswa Peserta Kampus Mengajar di SDN 2 Sumber Katon, Lampung Tengah.
Mengikuti Kampus Mengajar, sebut Siti Komariah menjadi pengalaman yang sangat berharga, mulai sejak dalam proses pendaftaran saja sudah menjadi perjuangan tersendiri. Terlebih ketika masa pandemi, para mahasiswa kembali ke daerah asalnya masing-masing bisa mengabdi di tempatnya tersebut.
“Mahasiswa bukan hanya mendalami tentang teori pengajaran di kampus melainkan bisa menerapkannya di lapangan,” katanya.
Siti Komariah bercerita di sekolah penempatannya dominan membantu di bagian administrasi. Serta turut bangga dapat membantu sekolah yang berada di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal).
Sementara itu, Elvi Nurhidayati menyebut dirinya lebih banyak membantu pengajaran literasi dan numerasi di sekolah penempatannya. Selain itu, juga membantu sekolah untuk beradaptasi dengan teknologi meskipun di tengah keterbatasan infrastruktur.
Kampus Mengajar memiliki tujuan dalam penyetaraan dan mengembangkan pendidikan yang ada di Indonesia. Perguruan Tinggi berkolaborasi dengan pemerintah menjangkau sekolah yang membutuhkan pertolongan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.
Namun, dari diskusi tentang Pengalaman Kampus Mengajar perlu ada koordinasi yang lebih baik antar lembaga. Yaitu antara panitia Kampus Mengajar di Kementerian dengan Dinas Pendidikan terkait di daerah terkait. (Riz)