Air Mata Itu Bernama Akhir Cinta
Sepulang dari melepas kepergian ibunda sahabat kita, kita hanya pasrah dengan ketidakberdayaan makhluk lemah ini. Angin menjelang malam mengantarku untuk segera menata diri jelang heningnya malam hari.
Puasa Ayyamul bidh baru saja selesai dikerjakan. Yakni hari Kamis, Jumat, Sabtu, pekan ini.
Dua hari kemudian dengan cinta melebihi cinta siapupun termasuk cinta anaknya, yang kini tetesan air mata selalu menghiasi dan membasahi di pipinya, Allah hadir mengutus malakulmaut untuk lebih mencintainya.
Entahlah sahabat, saudara, keluarga kini susul-menyusul seakan pernah berjanji untuk meninggalkan kita sesuai jadwal yang seakan-akan pernah disepakati
Usapan air mata belum kering setelah kematian sahabat setia, bahkan orang-orang dekat kita, keluarga kita, keluarga sahabat kita, bahkan pasangan kita, anak kita datang kemudian terdengar bahwa jamaah menyusulnya, juga keluarga yang sangat dekat. Aku pun melepas di pemakaman.
Hampir aku tak sanggup untuk membuat rangkaian kalimat yang indah untuk kuucapkan karena cinta yang hilang. Hampir tiap pekan di atas gundukan-gundukan tanah di pemakaman, aku selalu hadir. Yang aku ingat betul di bawah tanah pemakaman ada jasad guru-guruku, sahabat-sahabatku, keluargaku, tetangga-tetanggaku, dan banyak juga yang sepekan kemarin masih bersamaku.
Aku pun pulang dan merenung di keremangan malam yang semakin larut. Di balik tumpukam buku yang belum kurapikan secara tak sengaja kubaca daftar orang-orang yang kucintai dan telah pergi selama-lamanya.
Anakku, Ayahku, Ponakanku, Ibuku, sahabat-sahabatku.
Sahabatku
Kini kita sama sedang menunggu gilirannya.
Kalau dengar dan baca berita. Awalnya beberapa hari atau sepekan yang lalu baik² saja, tapi terhentak kabar ada pengumuman berita duka.
Cinta menjadi mudah untuk ditinggalkan. Inikah yang namanya zaman akhir?
Sahabatku aku tidak ingin kehilangan dirimu, bahkan aku tidak ingin meninggalkanmu saat2 ini.
Masih belum banyak bekal yang kita untai.
Mata masih sering berkhianat, telinga pun kadang mendengar maksiat, lisan pun tak amanat
Melalui kata-kata ini, aku hanya bisa berdoa untuk sahabat-sahabatku yang sedang dirundung duka, apalagi yang sedang sakit, juga sedang menunggu keluarganya yang sakit.
Marilah kita tetap Semangat menapak sisa-sisa cinta yang kita punya.
Orang-orang yang kita cintai dan telah pergi sudah selesai berjuang. Kini tugas kita jihad ditegakkan walau semakin berat.
Pesanku pada akhir tulisan ini sahabat-sahabatku terus sebutlah nama kita dalam daftar ahlul jannah di daftar panjang doa-doa malam dan doa sehabis shalat. Rangkailah zikir dalam untaian kalimat penuh makna. Basahilah selalu bibir kita dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, tinggalkan kebencian dekati kasih sayang. Berbagi adalah sumber bahagia. Di bulan-bulan haram ini jangan tinggalkan qiyamul lail dan puasa sunnah. Mari di sisa-sisa jatah usia yang Allah sudah siapkan kita kuatkan untuk berlomba Mana di antara kita yang paling baik amalnya
Surat cinta dari Sahabatmu
Alif Sarifudin Ahmad, Ketua PDM Kota Tegal