YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah— Judul tersebut merupakan tema Talk Show yang diselenggarakan oleh Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (PERSADA) beberapa hari yang lalu, Sabtu (26/6). Narasumber kegiatan tersebut ialah Ust. H. Fathurrahman Kamal, Lc., MSI, dan Hanum Salsabiela Rais, MBA. Dipandu oleh Ust. Hendra Darmawan, M.A. sebagai moderator, meskipun acara dilakukan secara virtual, namun peserta tetap antusias.
Kedua narasumber menyampaikan banyak point penting sebagai pesan sekaligus motivasi bagi para peserta Talk Show yang merupakan santri, mahasiswa, dan juga anak muda dari berbagai daerah. Sekitar 300 peserta, baik dari ruang zoom maupun channel youtube Persada UAD TV turut menyimak.
“Tantangan kita bukan hari ini saja, namun juga tahun 2035 atau 2045, sebab pada masa itu Indonesia akan menjadi negara dengan populasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki usia produktif tertinggi, dibandingkan dengan beberapa negara yang lain. Kita akan memperoleh bonus demografi,” pesan Ust. Fathurrahman, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Saat Muhammadiyah menyelenggarakan muktamar ke-47 di Makassar, salah satu isu sentral kebangsaan yang dibahas ialah bagaimana memaksimalkan bonus demografi tersebut. Dalam narasi keputusan muktamar, disebutkan bahwa bonus demografi memungkinkan Indonesia tumbuh menjadi negara besar dengan produktivitas kerja yang tinggi dan kekuatan ekonomi yang memungkinkan Indonesia memperkuat pengaruhnya di tingkat regional dan internasional. Inilah sisi optimisme yang perlu dibangun. Namun apabila potensi bonus demografi tidak dikelola dengan baik, justru Indonesia dapat jatuh menjadi negara gagal, na’udzu billaah.
Mudir PERSADA, H. Thonthowi, M.Hum, dalam sambutannya mewanti-wanti kepada peserta, khususnya para santri PERSADA agar menjadi pemuda dan mahasiswa sebagai benteng negara yang memiliki iman dan takwa. Menanamkan keyakinan apabila turut mengambil peran dalam memikirkan urusan umat, maka insyaallah negara akan terjaga dengan baik.
Pemuda merupakan benteng umat dan negara tercinta ini, bahwa urusan umat terletak di tangan para pemuda. Maka dari itu wajah generasi muda harus benar-benar dijaga, dirangkul, dan tidak boleh dibiarkan, sebaliknya generasi muda harus diorbitkan.
Tantangan hari ini juga semakin kompleks, setelah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19, muncul data yang menyebutkan tentang kerapuhan ketahanan keluarga, timbul anak-anak yang kekurangan gizi, meningkatnya kasus pengangguran, juga angka kekerasan dalam rumahtangga hingga kasus perceraian. Ditambah lagi dengan proses pembelajaran online yang menyisakan beragam persoalan moral yang tinggi.
Generasi muda harus mampu menyaring dan memilih setiap informasi yang membanjiri media sosial. Perlunya waspada terhadap segala macam bentuk proxy war atau perang yang menggunakan actor-aktor bayangan, dengan sasaran merekayasa generasi muda menjadi tidak produktif, hidup dengan suasana glamor, kehilangan navigasi moralitas, serta tidak memiliki sendi ideologi yang kuat. Padahal anak usia sekolah menengah hingga perguruan tinggi sekarang, mereka inilah yang akan menjadi leader, pemegang kebijakan negara ke depan. Bisa dibayangkan, anak yang diproyeksikan tersebut, mengalami proses perusakan yang massif, terstruktur dan terjadi hampir di setiap elemen kehidupan, hal itu nampak dalam media sosial.
Islam memandang bahwa anak muda sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an merupakan puncak karunia Allah, berbagai macam kekuatan serta potensi bisa ditumbuhkan dalam masa ini.
“Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” terjemah QS. Ar-Rum: 54.
Berdasarkan pemaparan materi, di antara pesan tersirat yang disampaikan antara lain agar generasi muda sekarang segera melakukan amal shalih, sehingga tumbuh indikator kualitas diri atau tanda-tanda kebaikan dalam pribadi. Bisa dengan jalan sebagai seorang entrepreneur, membangun kualifikasi akademik yang baik, dalam kapasitas sosial hadir sebagai pembawa pencerahan, serta meningkatkan kompetensi teknis, sehingga siap membangun peradaban ke depan (Diyan)