Krisis Layanan Kesehatan
Oleh: Yudha Kurniawan
Pak Haedar Nashir yang dikenal sebagai tokoh kalem dan tenang dalam pekan ini nampak geram mengkritik kaum covidiot dan antivak. Pak Haedar menengarai di tengah upaya segenap elemen bangsa menghadapi pandemi covid 19, kaum covidiot dan antivak gencar menyebar hoax misalnya tentang teori konspirasi, persekongkolan ahli vaksin dan nakes. Sering pula menggunakan dalil agama yang digunakan tidak pas dan kontraproduktif terhadap upaya membendung pandemi.
Ulah tak bertanggungjawab kaum covidiot dan antivak dengan narasi hoax-nya banyak dimakan mentah-mentah dan menjadi rujukan masyarakat. Ditengarai hal ini mendorong banyak warga masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan. Akibatnya penyebaran virus Covid 19 di Indonesia semakin tak terkendali yang berujung timbulnya krisis layanan kesehatan.
Banyak ambulan gratis tapi tidak kebagian rumah sakit
Selasa 29 Juni 2021 sekitar jam 8 pagi, Mas Nanang tetangga saya menelpon minta dicarikan ambulan untuk Mbah Hadi Siswoyo. Pasien ini sudah sepekan terakhir sakit, obatnya dari dokter Agus Suharto sudah habis. Pak dokter Agus tetangga kami dan sudah 2 kali home visit ke Mbah Hadi Siswoyo. Untuk home visit berikutnya dokter Agus tidak bersedia karena ada dugaan covid 19, sehingga menyarankan dibawa ke rumah sakit saja.
Berdasar dugaan dokter Agus maka saya hubungi Kang Soni Gunawan Wibisono Ketua MCCC PCM Sewon Utara yang jelas memiliki armada ambulan Covid 19. Setelah keluarga pasien mengisi form data online, ambulan pun menjemput. Alhamdulillah Mbah Hadi dapat terlayani di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dan dirawat inap di IGD isolasi covid19.
Sore harinya saat siap-siap pulang kerja, kembali Mas Nanang menelpon saya agar menghubungi ambulan untuk mengangkut Bu Yantinah. Mas Nanang disambati putra Bu Yantinah bahwa ibunya sakit sesak nafas sejak sebelum Mbah Hadi Siswoyo jatuh sakit. Setelah saya kirimkan formulir online untuk memanggil ambulan MCCC Sewon Utara, Kang Soni menelpon saya.
Dengan suara beratnya, Kang Soni menjelaskan bahwa sore ini harus mencari dulu rumah sakit yang bisa menampung Bu Yantinah, karena tadi pagi setelah Mbah Hadi Siswoyo masuk nampaknya PKU Bantul terus tutup juga. Jika sudah ada rumah sakit yang bisa melayani baru ambulan bisa menjemput. Bergegas kita hubungi beberapa teman-teman MDMC yang bekerja di rumah sakit, pertama saya hubungi Mas Fauzi PKU Jogja.
Keterangan dari Mas Fauzi sore itu PKU Gamping IGD sudah ditutup, lalu untuk kirim pasien ke PKU Jogja saya disarankan hubungi dulu Mas Irfan Bahtiar. Ketika Mas Irfan saya hubungi rupanya sedang di perjalanan dalam posisi mengemudi sehingga tidak bisa memberi keterangan. Sesaat kemudian saya dikabari oleh sepupu saya dr Hanum, informasinya RS Nur Hidayah masih ada peluang untuk menampung. Belum sempat saya hubungi RS Nur Hidayah, Mas Nanang sudah ngabari jika Bu Yantinah berhenti bernafas.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, tetangga saya meninggal dunia ketika sedang menunggu layanan kesehatan yang bisa menolongnya. Ini adalah krisis layanan kesehatan yang nyata dihadapi rakyat Indonesia dan wajar Pak Haedar Nashir-pun sampai mengkritik keras pihak-pihak yang kontra dengan upaya penanganan pandemi ini. Pak Haedar adalah Ketua Muhammadiyah, jangankan membiarkan kematian massal akibat pandemi, sejak didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan persyarikatan ini selalu terdepan dalam mengurus umat yang lapar dan sengsara.
Puncak gunung es
Kang Soni sahabat saya ini totalitasnya mengurus penanganan pandemi covid 19 terbilang luar biasa. Sebagai ketua MCCC PCM Sewon Utara, pihaknya mengoperasikan ambulan layanan covid lengkap dengan tim kubur cepat-nya. Kang Soni tentu punya data lengkap semua pasien covid yang dilayani lembaganya termasuk para korban yang meninggal dunia.
Kamis siang 1 Juli 2021 melalui pesan WA Kang Soni menceritakan fenomena tentang gunung es kasus Covid 19. Krisis layanan kesehatan dengan penumpukan antrean layanan rumah sakit hanyalah sedikit sample yang mewakili populasi kasus covid 19 yang sesungguhnya.
Kang Soni menunjukkan data bahwa MCCC Sewon Utara juga telah melayani rukti jenazah penderita covid 19 yang meninggal dunia di rumah ketika sedang menjalani isolasi mandiri. Pasien isolasi mandiri jumlah nya tidak sedikit, tentu saja mereka memiliki risiko kondisi memburuk. Dengan populasi penderita yang telah terdeteksi saja kita kesulitan untuk melayaninya. Tentu patut diduga masih banyak yang belum terdeteksi dan terus berkeliaran berpotensi terus menyebar.
Mendengar keterangan Kang Soni kita menjadi paham mengapa Muhammadiyah mendorong Presiden Joko Widodo untuk menerapkan PSBB atau apapun istilahnya secara ketat untuk Jawa dan Bali. Tentu menarik pula dalam siaran persnya Pak Agus Syamsuddin Ketua MCCC PP Muhammadiyah menekankan penerapan PSBB harus disertai penegakan sanksi yang tegas tanpa pandang bulu kepada siapapun yang melanggar. Jangan sampai terjadi lagi, aparat kita yang tegas menerapkan aturan PSBB justru belakangan hari harus meminta maaf gara-gara yang ditegasi adalah seorang pembesar atau tokoh masyarakat.
Yudha Kurniawan, Ketua Umum Pimda 02 Tapak Suci Bantul