YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Sosialisasi Edaran Terkait Pandemi dan Idul Adha 1442 H. Dalam rangka Bersilaturahim dan berkoordinasi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), ‘Aisyiyah dan segenap komponen persyarikatan secara dari di masa Pemberlakuaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Dalam arahahannya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi menyampaikan ada banyak aspek dari dampak Covid-19, pertama aspek menyangkut kesehatan dan keselamatan jiwa. Kedua berdampak kepada aspek aktivitas keagamaan terlebih Muhammadiyah sebagai ormas Islam yang membimbing umat. Kemudian dalam aspek ekonomi dan sosial yang berdampak sangat besar dan tidak sederhana.
Oleh karena itu Muhammadiyah perlu menyamakan pandangan dan langkah yang platform umumnya telah diterbitkan melalu Edaran Nomor 05/EDR/I.0/E/2021 tentang Imbauan Perhatian, Kewaspadaan, Dan Penanganan Covid-19, Serta Persiapan Menghadapi Idul Adha 1442 H/2021 M.
“Dampak dari pandemi ini yang berkaitan dengan keselamatan jiwa tentu menjadi hal yang utama dan menjadi perhatikan kita,” tutur Haedar Nashir, Rabu, 7 Juli 2021. Korban jiwa maupun sakit bukan hanya aspek jumlah kuantitatif yang menunjukkan eskalasi luar bisa, melainkan juga aspek kualitatif yang bisa dirasakan seperti bagaimana saudara keluarga persyarikatan mulai dari ranting hingga pusat telah berpulang.
“Kemudian yang terkena positif pun bagaimana secara psikologis juga sebagai cobaan yang tidak ringan, lalu aspek-aspek mereka yang positif harus isolasi baik mandiri maupun ke rumah sakit. Persoalannya bukan sekedar kita menempati ruang secara sendiri tetapi dampak psikologisnya juga luar biasa,” ungkap Haedar Nashir.
Selain itu, mereka yang meninggal tidak bisa diantar oleh anggota keluarga selain petugas. “Dampak kualitatif pandemi seharusnya menggugah kesadaran keagaaman dan ruhaniah kita, bahwa ini bukan persoalan angka orang meninggal dan terpapar, ini pun sudah cukup tinggi, melainkan juga persoalan jiwa, kejiwaan, dan nilai-nilai kemanusiaan yang harus kita jaga,” tambahnya.
Maka dalam ajaran Islam yang dirumuskan oleh para ulama maupun fukaha bahwa maqashid syariah (prinsip dasar dan tujuan dalam syariat) begitu lengkap. Ada hifdzud din (menjaga agama), hifdzun nafs (menjaga jiwa), hifdzun aql (menjaga akal), hifdzun nasl (menjaga keturunan), dan hifdzun mal (menjaga harta). Jika dihayati berbagai aspek ini merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan.
Terlebih dalam konteks pandemi perlu ditumbuhkan jiwa ihsan atau irfani dalam relasi kehidupan. Bagaimana satu nyawa begitu dihargai oleh Allah SwT, menyelamatkan satu nyawa sama derajatnya dengan menyelamatkan seluruh kehidupan di dunia.
Oleh karena itu, Haedar Nashir mendorong agar segenap warga bangsa fokus untuk menyelesaikan pandemi. Terlebih Warga Muhammadiyah seperti dalam edaran poin 7 diinstruksikan mengikuti kebijakan dan pandangan Pimpinan Pusat tentang pandemi Covid-19 dan vaksinasi. Agar tidak terlibat perdebatan yang mengarah kepada tidak percaya Covid-19 dan menolak vaksinasi, yang mencerminkan sikap tidak menghargai ilmu serta beragama secara bayani, burhani, dan irfani.
Bagi Muhammadiyah segala usaha mengatasi Covid-19 termasuk vaksinasi adalah ikhtiar untuk pencegahan, penurunan risiko penularan dan menghilangkan kedaruratan, selain juga bertujuan untuk menjaga keberlangsungan generasi. (Riz)