MEDAN, Suara Muhammadiyah – Tim dosen kampus Muhammadiyah tepatnya Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) memberikan alternatif pengendalian hama untuk tanaman jambu madu kepada petani di kawasan Payaroba, Kota Binjaiu. Bagi masyarakat Payaroba, jambu madu menjadi salah satu tanaman bernilai ekonomi tinggi selain rambutan. Untuk itu, guna mendapatkan hasil buah yang berkualitas, tim PKM UMSU mengedukasi warga untuk pembuatan bioatraktan dari daun cengkeh untuk pengendalian hama lalat buah.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di kelurahan Payaroba Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai diikuti ibu-ibu kelompok PKK Kelurahan Payaroba. Tim PKM dari FP UMSU adalah Dr. Widihastuty, S.P., M.Si selaku ketua tim dan Dr. Ir. Desi Ardilla, M.Si dan Dr. Dafni Mawar Tarigan, S.P., M.Si selaku anggota.
Lalat Buah Menjadi Acaman Jambu Madu
Lalat buah atau Bactrocera sp merupakan hama utama pada berbagai tanaman buah-buahan. Ada sekitar 4000 spesies lalat buah didunia dan 35% diantaranya merupakan hama penting pada buah-buahan termasuk didalamnya buah-buahan komersial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Tanaman jambu air Madu Deli merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di di daerah Kota Binjai dan Kabupaten Langkat. Di kota Binjai tanaman jambu air Madu Deli ini menjadi buah andalan setelah buah rambutan. Seperti halnya pohon rambutan, tanaman jambu air Madu Deli ini ini juga hampir selalu hadir di halaman dan pekarangan masyarakat kota Binjai.
Kendala utama dalam budi daya jambu air madu ini adalah adanya serangan hama lalat buah yang dapat menurunkan nilai ekonomis dan kualitas buah. Kehilangan hasil akibat serangan lalat buah bervariasi antara 30-100% tergantung pada kondisi lingkungan dan kerentanan jenis buah yang diserangnya.
Pengendalian hama lalat buah yang dilakukan saat ini sangat bervariasi, mulai dari melakukan pembungkusan buah, penggunaan attraktan metil eugenol, penyemprotan pestisida dan melakukan pengendalian hayati. Pengendalian hama lalat buah harus dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh.
Pengendalian dengan menggunakan perangkap metil eugenol sudah lama dikenal dalam pengendalian hama lalat buah, tetapi karena harga metil eugenol yang dijual di pasaran cukup relatif mahal, maka masih banyak petani yang enggan untuk melakukan pengendalian dengan cara ini. Tanaman-tanaman yang mengandung senyawa minyak atsiri umumnya mempunyai kandungan senyawa metil eugenol dengan kadar yang berbeda-beda. Salah satu tanaman yang mengandung senyawa metil eugenol adalah tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum), sehingga senyawa metil eugenol bisa didapatkan dengan metode ekstraksi yang sederhana.
Masyarakat Kelurahan Payaroba kota Binjai umumnya melakukan pengendalian hama lalat buah pada tanaman jambu air madu mereka dengan melakukan pembungkusan dengan kantong plastik. Pengendalian dengan cara ini memang dapat menurunkan serangan lalat buah, tapi penggunaan plastik ini tidak sejalan dengan gerakan untuk menyelamatkan lingkungan hidup, karena sampah plastik termasuk sampah yang sangat sulit terurai di lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu tindakan pengendalian yang lain yang lebih ramah lingkungan.
Alternatif pengendalian yang ditawarkan oleh tim PKM UMSU adalah dengan melakukan pembuatan bioatraktan dari daun cengkeh untuk pengendalian hama lalat buah. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan oleh dosen Fakultas Pertanian UMSU ini dilakukan di kelurahan Payaroba Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai dan mitranya adalah ibu-ibu kelompok PKK Kelurahan Payaroba. (Syaifulh/Riz)