Oleh: Darsun
Pekerja Migran Indonesia asal Wotan, Gresik Jawa Timur. Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan, PCIM Malaysia.
Lahirnya Sebuah Amal Usaha
Warung Soto Lamongan (Wasola) dibuka secara resmi pada hari Ahad 16 Agustus 2020. Tidak terasa, sehari menjelang hari kemerdekaan RI yang ke 76 ini, genap satu tahun usia restoran amal usaha PCIM Malaysia.
Didirikan pada masa pandemi, problematika yang dihadapi warung yang menyajikan menu makanan khas jawa timuran ini tentunya amat berat. Perlu optimisme tinggi dan pengorbanan besar dalam pengelolaanya untuk bisa bertahan.
Dalam sebuah rapat internal pengurus setahun yang lalu, ketua PCIM Malaysia Sonny Zulhuda menggarisbawahi keadaan ini.
“PCIM Malaysia ini terus bergerak walau dalam keadaan sulit sekalipun seperti pandemi saat in. Mungkin bagi sebagian orang ini anti nalar. Bagaimana tidak, disaat orang lain tiarap, PCIM malah bangkit berdiri mengelola ibadah korban dan bahkan mendirikan amal usaha yaitu Wasola.”
Kata-kata penyemangat yang disampaikan di TPA Ar-Rihlah Kampung Baru itu kontan disusuli tepuk tangan meriah dari kami semua yang hadir menandakan rasa optimis kami.
Nama Warung Soto Lamongan sendiri muncul atas ide ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PCIM kala itu H. Ali Fauzi dan disetujui oleh para pimpinan PCIM Malaysia lainya. Menurut Haji Ali, nama ini unik dan menarik dan belum pernah dipakai di manapun di Malaysia.
Adapun keputusan menentukan tempat di jalan Raja Alang Kuala Lumpur adalah didasari pertimbangan bahwa disitulah titik sentral acara-acara penting PCIM Malaysia terutama yang melibatkan tokoh-tokoh dari pimpinan pusat (PP). Disitu juga letaknya Hotel Tamu Internasional, yang merupakan hotel berbintang populer milik pengusaha Muslim di Malaysia.
Kami semua mengimpikan bila kondisi sudah normal kembali, para tokoh yang menginap di hotel Tamu bisa dengan leluasa berjalan kaki mengunjungi Wasola dan tempat lain yang menjadi venue acara.
Para Relawan Wasola
Tercatat, renovasi restoran dimulai pada 9 Juni 2020, yaitu sehari setelah berakhirnya tempo Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) yang pertama.
Kondisi fisik unit toko di lantai dasar Wisma Sabarudin itu sangat memprihatinkan sehingga memaksa lamanya waktu pengerjaan serta banyaknya material yang diperlukan. Dan segalanya harus disiapkan dari nol.
Puluhan relawan dari berbagai komunitas Ranting di bawah PCIM Malaysia bekerja siang dan malam. Tenaga, pikiran dan harta benda mereka sumbangkan demi terwujudnya Wasola.
Setelah beroperasi, para relawan itu juga lah yang menjadi pelanggan setia Wasola. Mengharukan memang!
Tidak berhenti disitu, hingga kini kerja-kerja pembersihan dan perbaikan tetap mereka kerjakan, tanpa diminta. Seolah-olah sudah menjadi piket wajib buat mereka.
Pengorbanan para relawan berbuah manis tatkala instansi pemerintah Malaysia telah memberikan predikat A buat Wasola, yaitu predikat kategori rumah makan sangat bersih, beberapa bulan beroperasi.
Berita ini jelas menggembirakan dan makin memotivasi Wasola untuk mempertahankan status tersebut. Tidak berlebihan jika mereka ingin menjadikan Wasola rumah kedua mereka. Maka tidak heran jika halaman belakang Wasola yang dulu kumuh berbau kini berubah menjadi bersih, nyaman dan asri.
Lalu, imbalan apa yang diberikan Wasola untuk mereka? Jawabnya, tidak ada!
Walaupun mereka dari dulu berkorban untuk Wasola, mereka tetap dilayani sama seperti pelanggan lainnya, tanpa layanan khusus. Bahkan tanpa diskon harga. Jika ditawarkan, pasti ditolak. Malah tradisi mereka itu mengikhlaskan uang kembalian untuk dimasukkan kotak infaq Lazismu yang terletak di meja kasir. Sungguh luar biasa!
Saat ini, di tengah gelombang pandemi yang meningkat dan diterapkannya peraturan pembatasan yang sangat ketat, tidak bisa dipungkiri tantangan yang dihadapi Wasola juga makin sulit.
Banyak rumah makan yang sudah berpengalaman, terkenal dan mapan kini terpaksa tutup atau gulung tikar. Adapun Wasola, syukur alhamdulillah sampai detik ini masih bisa bertahan.
Belajar Berjalan dan Berlari Bersamaan
Menggeluti bidang yang benar-benar baru, kami semua dipaksa belajar dalam waktu singkat dan dipaksa untuk bisa.
Kami serius menuju pengelolaan yang profesional dan ideal.
Saat awal melangkah, kami meminta bimbingan dari para ahli. Salah satunya Prof. Dr. M. Akhyar Adnan ketua PCIM Malaysia pertama yang kini adalah Pengawas BPKH di Jakarta.
Soal transparansi dan akuntabilitas, itu soal biasa buat kader persyarikatan. Tapi untuk mencapai tahap ideal yang proporsional, mungkin masih sangat sulit pada masa ini.
Kita masih sangat bergantung dengan para pengelola yang statusnya sukarelawan, dan mayoritas adalah para Pekerja Migran Indonesia.
Sungguh besar pengorbanan mereka. Bukan seperti kepanitiaan suatu acara yang sifatnya singkat, mereka ini dituntut berjibaku sepanjang hari, pekan dan bulan. Ditambah lagi beban untuk terus mempertahankan bisnis agar terus berjalan.
Impian Terus Berlanjut
Meski kondisi pandemi ini menyulitkan, optimisme tidak boleh kendor. Kami yakin bahwa badai ini akan berlalu. Keadaan akan semakin pulih dan ekonomi akan membaik.
Maka visi dan impian kami tetap dicanangkan: Kami akan membuka Wasola-Wasola baru di tempat lain. Akan ada armada kendaraan berlabel gerobak Wasola bergerak ke sana ke mari mengantarkan produk-produk Wasola. Wasola akan memiliki sejumlah staf profesional dengan gaji yang cukup. Sehingga pengoperasian Wasola bisa benar-benar ideal.
Untuk bisa ke sana tentu dibutuhkan peran dan dukungan dari semua komponen persyarikatan terutama pada masa-masa sulit sekarang.
Saya sangat tersentuh oleh penyampaian Ketua PCIM saat rapat internal online membahas langkah Wasola menghadapi PKP 3.0 di bulan Mei 2021 yang lalu.
Diawali dengan memetik kata-kata dari pendiri Facebook, Mark Zuckerberg dan Muhammad Ali sang petinju legendaris dunia, pak Sonny mengingatkan:
“Coba kita menoleh ke belakang 12 bulan yang lalu, kita tidak punya apa-apa. Sekarang, kita bisa tersenyum dan berkata ‘kami kini memiliki sebuah restoran, sebuah amal usaha: yaitu Wasola’.”
“Setidaknya kini, kita punya harapan dan harapan itu tiada pembatasnya. Kita bisa cari untung dari Wasola tiga, lima, sepuluh ribu per bulannya, atau bahkan lebih, itu pasti bisa! Kini harapan itu tidak ada yang membatasi, kecuali diri kita sendiri.”
“Kalau kita sendirian memang sulit rasanya.Tapi kalau kita lakukan bersama-sama, baik yang PMI-nya, yang pelajar dan mahasiswanya, yang guru atau yang dosennya, dan yang pengurus maupun warga persyarikatannya, InsyaAllah impian kita pasti bisa tercapai!”
Demikian Pak Sonny memotivasi kami para pengurus dan relawan Wasola.
Kami yakin, sekecil apapun bentuk dukungan yang diberikan oleh semua warga persyarikatan, sejarang apapun melakukan transaksi pembelian, maka itu tetap bermanfaat buat Wasola, PCIM dan umat.
Kami tetap yakin, Wasola menghubungkan angan menjadi cita. Dan Wasola juga yang menghubungkan cita menjadi realita.
Angan dan cita itu sudah tiba: ia bernama Wasola. Silakan Tuan dan Puan mencoba sajian kami, menu khas bernama harapan dan cita-cita anak bangsa di negeri Malaysia.
Di Wasola, kami tunggu disini!
Selamat Tahun Baru 1443 H; Dirgahayu RI ke-76; Salam Merdeka Malaysia ke-64!
Selamat ulang tahun WASOLA!