Hubungan Syirik dan Kucing Menurut Abdullah Renre

Mengenang Wakil Ketua Muhammadiyah Sulsel alm Dr H Abdullah Renre, MAg

Hubungan Syirik dan Kucing Menurut Abdullah Renre

Oleh : Haidir Fitra Siagian

Syirik merupakan perbuatan yang merusak nilai-nilai tauhid seorang Muslim. Perilaku yang tergolong sebagai perbuatan ini adalah termasuk dosa besar yang tidak dapat diampuni Allah Swt. Perbuatan syirik sangat dekat dengan kehidupan manusia, baik yang tampak di permukaan ataupun yang berada di dalam hati. Itulah sebabnya, setiap pribadi memiliki potensi melakukan perbuatan ini. Termasuk yang berada dalam wilayah tradisi atau budaya yang berlaku di masyarakat, misalnya jimat, kepercayaan terhadap jin atau makhluk maupun benda-benda lain, ramalan, dan sebagainya.

Tanpa disadari, dari dulu hingga sekarang, perilaku syirik masih ada di tengah-tengah masyarakat Islam. Dalam berbagai bentuk, baik syirik akbar maupun syirik Asghar (kecil). Padahal semestinya setiap Muslim mesti menjauhi perbuatan syirik. Merujuk firman Allah Swt dalam surat An-Nisa ayat 8: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan satu abad yang lalu, satu di antara latar berlakangnya adalah karena banyak perbuatan syirik yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Oleh itu, Muhammadiyah merupakan organisasi yang bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam dari berbagai perbuatan yang termasyuk syirik. Bahkan hingga saat ini, para dai atau muballigh Muhammadiyah di seluru penjuru tanah air masih terus-menerus menjalankan dakwah dengan tema memberantas perbuatan syirik.

Demikian pula di Sulawesi Selatan, muballigh-muballigh Muhammadiyah senantiasa mengajarkan kepada umat tentang syirik, bahaya yang ditimbulkan dan segala hal yang terkait dengan itu. Perkara ini penting untuk senantiasa dibahas agar umat tidak terjurumus kepada perbuatan yang dosanya tidak terampuni ini. Salah satu ulama sepuh Muhammadiyah yang sangat getol memberikan ceramah tentang bahaya syirik ini adalah Ustadz Dr. H. Abdullah Renre, M.Ag.

Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Pada akhir bulan Agustus lalu, dalam usia 72 tahun, beliau telah dipanggil kembali menghadap ke haribaan Allah Swt., dengan tenang di kediamannya, kawasan Pallangga Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Tentu wafatnya memberi duka yang mendalam bagi keluarga besar Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Selama ini, khususnya di jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, beliau termasuk ulama yang memiliki kedalaman dalam kajian agama Islam, khususnya tentang aqidah dan akhlak.

Almarhum lahir di Sinjai Barat, 31 Desember 1949. Sebelum memasuki usia pensiun, almarhum adalah dosen (PNS) pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Juga sempat menjadi dosen pada Fakultas Agama Islam Univesitas Muhammadiyah Makassar dan pimpinan pada Pondok Pesantren “Ummul Mukminin” Aisyiyah Sulawesi Selatan. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Direktur Program Ulama Tarjih Muhammadiyah Unismuh Makassar.

Sebelum menjadi Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, almarhum pernah menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gowa selama dua periode, 2000-2005 dan 2005-2010. Pada periode pertama, beliau terpilih dalam Musyawarah Daerah tahun 2001 di Sungguminasa. Saya hadir dalam Musyda tersebut selama dua hari, mendampingi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan Drs. KH. Nasruddin Razak.

Meskipun saat itu almarhum boleh dikatakan adalah pendatang baru di jajaran Muhammadiyah Kabupaten Gowa, tetapi beliau langsung dipilih menjadi ketua. Sebelumnya almarhum adalah Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Karunrung Kotamadya Ujung Pandang selama dua periode tahun 1985-1995, lalu pindah domisi ke Kabupaten Gowa sekitar tahun 1997. Terpilihnya almarhum menjadi Ketua PDM Gowa selama dua periode adalah dilihat dari aspek ilmu agama yang dimiliki. Di antara anggota formatur terpilih, dari sisi keulamaan atau pengetahuan agamanya, beliau dipandang lebih tinggi.

Selama menjadi Ketua PDM Gowa, bersama pengurus lainnya, melakukan kegiatan dakwah membina umat hingga ke pedalaman. Apalagi di beberapa desa di Kabupaten Gowa, terdapat adanya program pemurtadan terhadap umat Islam, terutama di kalangan yang miskin dan berada di pelosok yang cukup sulit dijangkau. Demi membentengi aqidah umat Islam, almarhum tidak ragu berjalan kaki hingga ke desa-desa dan bermalam di sana dengan siatuasi yang sangat sederhana.

Saya sudah mengenal almarhum sejak awal tahun 1990-an. Saat itu, beliau masih menjabat sebagai Ketua PCM Karunrung. Di Kotamadya Ujung Pandang, Cabang Karunrung memang termasuk cabang yang cukup progresif, baik dari aktivitas dakwah pengajian, kegiatan organisasi maupun pengelolaan amal usaha Muhammadiyah. Sebagai staf Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, saya beberapa kali mengundang beliau untuk mengadiri kegiatan tingkat Muhammadiyah wilayah.

Tanpa sengaja, sekitar tahun 1993, saya pernah mengikuti khutbah Jumat di Masjid Al Kautsar Jalan Andi Mangerangi Ujung Pandang. Masjid ini tidak jauh dari sekolah saya, SMA Negeri 3 Ujung Pandang, saat itu masih duduk di kelas tiga. Ketika khutbah akan dimulai, saya melihat ternyata Ustadz Abdullah Renre yang jadi khatib. Saya mendekat ke arah khatib agar lebih jelas mendengar suaranya.

Dalam khutbahnya, almarhum sempat menyinggung antara kucing dan syirik. Menurutnya di kalangan masyarakat, masih terdapat paham yang lebih menghormati atau menakuti kucing daripada manusia. Contohnya, jika ada seorang yang mengemudikan kendaraan. Bila diperhadapkan untuk menghindari antara kucing dengan manusia, maka dia akan memilih menghindari kucing dan menabrak manusia. Mengapa?

Jika menabrak manusia, bisa nanti diobati, memberi ganti rugi atau minta maaf. Ataupun dihukum penjara beberapa tahun. Sedangkan jika menabrak kucing, maka dia akan takut akan bayang-bayang kucing yang mati, akan mengganggu sepanjang hidupnya, atau bahkan mendatangkan bencana kepadanya atau kepada kelurganya. Menurut almarhum, keyakinan seperti ini sudah termasuk perbuatan syirik yang harus dihindari oleh seorang beriman. Wallahu’alam.

Wassalam
Keiraville, 08 September 2021
Haidir Fitra Siagian, dosen UIN Alauddin Makassar / Ketua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales, Australia

Exit mobile version