Ulama Muda Muhammadiyah Berkualifikasi Internasional dari Sengkang

Bagian 6: In Memoriam alm. Ustadz Munawwar Khalil, S.Ag., M.Ag. (1979-2021)

Ulama Muda Muhammadiyah Berkualifikasi Internasional dari Sengkang

Saat almarhum berdakwah di berbagai kota di Australia 2016 (sumber Mas Dodik/istimewa/Perth)

Ulama Muda Muhammadiyah Berkualifikasi Internasional dari Sengkang

Bagian 6: In Memoriam alm. Ustadz Munawwar Khalil, S.Ag., M.Ag. (1979-2021)

Oleh: Haidir Fitra Siagian

Di samping tugasnya sebagai dosen dan dalam berbagai dunia akademik lainnya, almarhum juga dikenal sebagai pengurus sebuah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di permukaan bumi ini. Dia menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam mengemban amanah sebagai wakil ketua, itu dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Dia tidak hanya duduk manis menerima SK (surat keputusan) sebagai pengurus saja . Tetapi lebih jauh dari itu, terjun ke berbagai pelosok tanah air membina dan memberikan pendidikan tentang keislaman, kemasyarakatan maupun kemuhammadiyahan yang mencerahkan kepada kader-kader Muhammadiyah di seluru pelosok tanah air.

Terlebih lagi kemampuan almarhum dalam pengelolaan manajemen mutu perguruan tinggi Islam. Pernah menjabat sebagai Ketua Unit Penjaminan Mutu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011-2013, pada saat usianya baru memasuki 32 tahun. Sekedar perbandingan di tempat saya, Ketua UPM dijabat dosen yang usianya hampir enam puluh tahun, bergelar doktor luar negeri dan sudah professor. Setelahnya, almarhum pernah mendapat tugas dari Majelis Pendidikan Tinggi dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk membina Terguruan Tinggi Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Jadi, meskipun secara formal tidak memiliki atau membina pondok pesantren tradisional, akan tetapi justru lebih dari itu.  Ada lebih seratus lima puluh “pondok pesantrennya” dalam bentuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang sudah menikmatik buah pemikiran dan ide-idenya, pun sentuhan jari-jari manisnya.

Semua tugas yang dibebankan kepada almarhum dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan pengabdian kepada Allah Swt. Dikerjakan dengan ikhlas dan totalitas yang tinggi. Bagi almarhum, melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, adalah bagian dari upaya mensyukuri nikmat yang dia peroleh selama ini. Keikhlasan beliau dalam bekerja dapat diukur dengan seberapa banyak jejak kakinya di seluruh persada negeri. Membina amal usaha Muhammadiyah dan mendidik kader-kader Muhammadiyah. Sudah hampir seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah memiliki memori yang indah dengan almarhum.

Mengikuti pendidikan program doktor yang selama hampir sembilan tahun ditekuni oleh almarhum, hingga sekarang belum tuntas. Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Al Makin, dalam testimoni acara takziyah virtual beberapa waktu lalu, mengatakan almarhum telah menyelesaikan seminar penelitiannya. Dan sebenarnya tidak lami lagi sudah dapat mengikuti tahapan selanjutnya. Masa studinya juga telah sempat diperpanjang karena tidak dapat selesai pada waktu normal. Tentu hal ini tidak begitu elok jika dikatakan terjadi karena kelalaian atau kesibukan almarhum di berbagai tempat.  Justru dapat dikatakan bahwa almarhum lebih mengutamakan tugas membina masyarakat untuk kepentingan yang lebih besar, dibandingkan menangani urusan  yang sifatnya lebih terbatas.

Jiwa keulamaan seorang Munawwar Khalil tidak hanya berada dalam level lokal ataupun nasional. Bahkan sudah dapat dikategorikan sebagai ulama dengan kualifikasi internasional. Jika diambil parameter ulama yang berkualifikasi internasional adalah seorang Muslim yang berpengetahuan agama Islam yang luas, dimana dakwah yang dia sampaikan, ruang lingkupnya tidak hanya berada dalam satau atau negara, justru sudah dapat diterima masyarakat lintas negara. Apakah karena atas inisiatifnya sendiri, diuruskan oleh satu organisasi atau karena diundang secara khusus oleh umat Islam di luar negeri.

Ketika penulis ikut membagikan berita duka kepergian almarhum ke berbagai grup media sosial, mendapat tanggapan dari beberapa teman. Seorang teman di Adelaide atas nama Dr. Mujahiduddin,  mengatakan bahwa amarhum pernah membawa ceramah di Australia Selatan. Demikian pula Mas Dodik, seorang teman dari Perth, mengirimkan beberapa foto ketika almarhum membawakan ceramah dan mengisi khutbah Idul Fitri pada tahun 2016 lalu di Australia Barat. Teman yang lain atas nama Muhammad Irawan Fauzi pun mengatakan bahwa almarhum pernah menginap di rumahnya, saat mengisi safari Ramadhan di Sydney, New South Wales dan sekitarnya.

Memang dalam media sosial tahun 2016 yang lalu, penulis pernah melihat postingan almarhum sedang  berada di Sydney. Saat itu saya menanyakan dalam rangka apa berada di Benua Selatan ini. Katanya, sedang melaksanakan tugas dakwah dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Mengisi pengajian di berbagai kota di Australia bersama warga Muhammadiyah dan komunitas Muslim setempat. Mulai dari Sydney, Melbourne, Adelaide, hingga ke Perth. Sebagai gambaran, bahwa keempat kota tersebut berada di negara bagian yang berbeda di Australia. Jarak antara satu kota dengan yang lain cukup jauh, bisa mencapai ribuan kilometer.

Penunjukan beliau oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk berdakwah ke luar negeri dapat dinilai sebagai bukti pengakuan atas dalamnya pengetahuan keagamaannya. Ini pula yang mempertegas bahwa almarhum adalah seorang ulama muda Muhammadiyah yang berkualifikasi internasional. Ulama muda Muhammadiyah kelahiran Sengkang, yang pernah dibina oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah Sulawesi Selatan di Pondok Pesantren “Darul Arqam”.  Insya Allah, seluruh jasa dan ilmu yang dibagikan kepada umat, menjadi ladang pahala bagi almarhum (selesai).

Wollongong, 09 September  2021

Haidir Fitra Siagian, Dosen UIN Alauddin Makassar/Ketua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales Australia

Exit mobile version