Presiden dan Madrasah Mu’allimin
Oleh: Erik Tauvani
Dalam sejarah Indonesia, baru kali ini ada seorang presiden yang mengunjungi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, bahkan sampai dua kali. Kunjungan pertama pada 6 Desember 2018 dalam acara milad satu abad Mu’allimin Mu’allimaat. Kunjungan kedua pada 10 September 2021 dalam acara peresmian masjid Hajah Yuliana Mu’allimin, gedung asrama, dan gedung sekolah. Dua kunjungan itu hanya berselang 2 tahun, 9 bulan, 4 hari. Selang waktu yang cukup singkat bagi seorang presiden untuk mengunjungi sebuah lembaga pendidikan milik Persyarikatan Muhammadiyah.
Saat kunjungan pertama pada 2018, Presiden Joko Widodo berkomitmen akan turut membangun Madrasah Mu’allimin di Sedayu, Bantul. Pada 2019, pembangunan itu direalisasikan dan dimulai dari gedung sekolah. Hingga kini tiga gedung telah berdiri dan sebuah embung masih dalam proses pengerjaan. Masjid Hajah Yuliana dibangun atas donasi seorang pengusaha asal Minang, Yendra Fahmi, yang menginginkan nama almarhumah ibundanya disematkan menjadi nama masjid tersebut.
Sebagian siswa kelas 1 telah menghuni kawasan ini sejak Juli 2021. Sejak saat itulah ketiga gedung ini telah berfungsi sebagaimana semestinya. Tentu dengan penyesuaian terhadap kebutuhan sementara dan protokol Covid-19. Azan pun telah berkumandang di masjid yang indah dan megah ini saban lima waktu. Rasa syukur tak henti dipanjatkan kepada Sang Pencipta Yang Maha Kaya lagi Maha Pemurah.
Kunjungan Presiden yang Tiba-Tiba
Kabar kedatangan presiden ke Madrasah Mu’allimin Sedayu pada Jum’at, 10 September 2021, diterima dua hari sebelumnya pada Rabu siang melalui Ikhwan Ahada, Sekretaris Tim Pengembangan Mu’allimin. Tim, direksi, dan panitia di lapangan segera bergerak cepat. Persiapan lokasi dikebut, siang malam.
Info kedatangan presiden baru didapat Rabu siang menjelang sore, info terus dipastikan, malamnya rapat via Zoom. Esoknya, Kamis, semua bergerak ke lapangan. Paspampres terus menyisir dan memantau lokasi dengan super ketat. Jalan utama dari ujung ke ujung langsung diaspal, jalan penghubung antara gedung asrama dengan gedung sekolah dipasang conblock. Semua dikerjakan hanya dalam waktu sehari semalam. Kamis malam semua harus beres!
Kedatangan presiden ke Mu’allimin awalnya diagendakan pada sekitar akhir Mei 2021 dengan waktu persiapan yang cukup. Namun ternyata ada penundaan disusul kasus Covid-19 di Indonesia yang meningkat tajam. Maka kedatangan orang nomor satu di Indonesia ini bisa diperkirakan tidak akan terjadi sampai kebijakan PPKM level 4 turun ke level di bawahnya, demi keamanan bersama.
Meskipun mendadak, acara ini secara keseluruhan terselenggara dengan sangat lancar, khidmat, dan sesuai harapan. Presiden didampingi oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Tim Pengembangan Mu’allimin Buya Ahmad Syafii Maarif, Ketua BPH Mu’allimin Mu’allimaat Agung Danarto, Direktur Mu’allimin Aly Aulia, dan Pengusaha Yendra Fahmi.
Presiden Shalat Sunnah
Presiden Joko Widodo sedianya dijadwalkan hadir pukul 14.00 WIB, namun ternyata kedatangannya 10 menit lebih awal. Lokasi inti disterilkan, radius 150 meter tidak boleh ada orang kecuali yang berkepentingan, situasi lengang dan tenang. Panitia inti bersiap di tempat masing-masing, selebihnya hanya bisa melihat dari jauh, dari dalam ruang kelas di lantai dua.
Masjid Hajah Yuliana adalah gedung pertama yang dikunjungi presiden. Dengan didampingi Haedar Nashir dan Khoiruddin Bashori, presiden mengungkapkan kekagumannya pada desain masjid ini. Selain menampilkan desain yang indah dan modern, kata presiden, juga tetap menampilkan simbol kebudayaan klasik. Menjadi modern tanpa meninggalkan budaya asli kita.
Saat memasuki ruang utama masjid, presiden langsung menuju tempat wudhu, kemudian melaksanakan shalat sunnah atas saran Yendra Fahmi. Momen ini tentu membahagiakan hati sang donatur tunggal pembangunan masjid tersebut dan menjadi sejarah tersendiri bagi Mu’allimin. Presiden menyempatkan shalat sunnah bersanding dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Wakil Ketua Tim Pengembagan Mu’allimin, Khoiruddin Bashori.
Sebelumnya, Menteri PUPR telah turut serta dalam shalat Jum’at di masjid ini bersama para santri dan tokoh lainnya; Abdul Mu’ti, Marpuji Ali, Agung Danarto, Khoiruddin Bashori, Aly Aulia, Yendra Fahmi, Badrodin Haiti, Anas Farchan, Ikhwan Ahada, Alfian Djakfar, dan yang lainnya.
Metafora Buya Syafii Maarif
Kedatangan presiden ini menjadi momen yang penting dan bersejarah bagi Madrasah Mu’allimin dan Muhammadiyah. Presiden telah menunjukkan perhatiannya pada upaya Muhammadiyah untuk memajukan bangsa dan negara melalui pendidikan. Bagaimanapun juga, mencerdaskan kehidupan bangsa sejatinya merupakan kewajiban negara. Muhammadiyah hadir dan membantu negara untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
Buya Syafii sejak awal berada di garda terdepan untuk turut memajukan pendidikan Madrasah Mu’allimin melalui pembangunan kampus. Sejak gempa bumi yang meluluhlantakkan Yogyakarta dan sekitarnya pada 2006 yang silam, Buya Syafii menahkodai pembangunan gedung utama Mu’allimin empat lantai di Wirobrajan. Karena animo pendaftar terus bertambah dan gedung tidak lagi mampu menampung jumlah siswa lebih banyak lagi, terpaksa banyak pendaftar dari berbagai penjuru Indonesia itu ditolak.
Tahun 2012 dibentuk Tim Pengembangan Kampus Mu’allimin oleh PP Muhammadiyah. Buya Syafii lagi-lagi menjadi ketuanya. Sesibuk apapun Buya, baginya tidak ada kata penolakan untuk Madrasah Mu’allimin. Pengadaan tanah memakan waktu yang cukup lama. Tahun 2019 baru dimulai pembangunan. Dengan segala usaha dan aral melintang, saat ini tiga gedung telah berdiri dan diresmikan oleh orang nomor satu di negeri ini. Meskipun masih ada sekitar 9 gedung lagi yang harus dibangun, sudah berdiri tiga gedung ini patut disyukuri.
Saat bersama Menteri Basuki di halaman masjid Hajah Yuliana, Buya berkata: “Pak Menteri, gedung asrama yang dibangun PUPR ini bagus sekali, tapi untuk tahun depan siswa kita akan bertambah.” Menteri Basuki tentu langsung menangkap maksud Buya itu. Kata Pak Menteri: “Saya siap bangun lagi, Buya, asalkan ada perintah dari Pak Presiden, hehehe.” Lalu Buya langsung saja mengalihkan wajah ke presiden dan berkata: “Pak Presiden, saya ditantang Pak Menteri. Katanya, kalau Pak Presiden memerintahkan Pak Menteri untuk membangun asrama lagi, akan langsung dikerjakannya.” Presiden pun langsung berkata pada Menteri Basuki: “Pak Menteri, saya perintahkan segera bangun gedung asrama lagi untuk Mu’allimin.”
Beberapa saat kemudian, Buya bercerita bahwa ia baru saja main “Pingpong” bersama Pak Menteri. Saya agak kaget, “Hah? Main pingpong di mana, Buya?”. Buya gemas, “Hayyaaah, Anda ini kuliah S-3 kok belum mengerti juga. Ini bahasa metafora!”. Begitulah Buya yang kaya dengan bahasa metafora dan saya yang masih lola (loading lama), hehehe.