YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Suara Gending Jawa menyertai kegiatan Nguri-ngiri Kebudayaan yang di gelar oleh TIM Program Pengembangan Pemberdayaan Desa (P3D) yang berlangsung sejak Bulan Juli-November 2021. Kekayaan alam dan sumber daya manusia menjadi icon yang sangat terkenal dari bangsa Indonesia. Budaya, tradisi,adat istiadat,suku dan bangsa memiliki kekhasan yang terkenal seantero jagad. Kekayaan inilah yang menjadi warisan nenek moyang Bangsa Indonesia. Salah satu kekayaan Bangsa Indonesia adalah Batik.
Batik berasal dari kata batik yang berasal dari Bahasa Jawa “amba” yang memiliki arti menulis dan “titik” yang berarti titik. Secara history batik sudah ada sejak Abad XVII yang di lukis menggunakan daun lontar. Seiring dengan perkembangan zaman, Batik terus berkembang dengan beragam corak dan motif mulai dari abstrak, hewan dan tumbuhan, relief, wayang, dan sejarah, dan lain sebagainya.
Khasanah Kebudayaan khususnya Batik mendorong TIM P3D menghasilkan motif Batik sendiri. Berangkat dari ide dan gagasan para anggota TIM P3D, motif Batik yang di angkat memiliki filosofi yang dalam. Gerobak sapi yang berada di tengah lingkaran melambangkan bahwa Gerobak sapi menjadi ciri khas Desa Gilangharjo. Bakmi merupakan makanan tradisional jawa yang kental dengan cita rasa manis dan pedas, keris serta gambar garis 8 yang menceritakan awal dirintisnya Sentra Kuliner Omah Ayu.
Kegiatan nguri-nguri kebudayaan batik di kemas dalam bentuk pelatihan yang menarik. Omah Ayu menjadi tempat di selengarakanya pelatihan membatik berlangsung dengan meriah. Kegiatan ini di ikuti oleh 7 peserta dari kalangan ibu-ibu UMKM. Dengan di pandu oleh Khoniatur Rohmah dan Isnaini Niken Sholehah kegiatan ini berjalan dengan lancar dan penuh antusias.
Nguri-nguri kebudayaan bukan hanya tugas Sastrawan dan Budayaawan. Namun, menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua terlebih kekayaan batik nusantara menjadi kekayaan Bangsa Indonesia yang perlu di jaga dan di lestarikan. Atik Widyaningrum menuturkan “Motif batik TIM P3D ini In syaa Allah akan segera di HAKI kan dan dapat menjadi motif batik khas Desa Gilangharjo yang kedepanya akan di jadikan paket Eduwisata.
Jika para pelancong dari luar kota atau manca negara, wisatawan dapat melihat proses membatik secara langsung serta kain batiknya dapat dijadikan buah tangan “tegas atik”. Di bawah dorongan Iis Suwartini, S.Pd.,M.Pd dan Riswanda Himawan, S.Pd. kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik dan ibu-ibu UMKM sangat senang serta antusias. (Khoniatur Rohmah)