Sopir, Sang Legendaris Agen Majalah SM
Sopir, begitulah orang memanggilnya. Pria yang berusia sekitar 70 tahun ini tinggal di sebuah rumah kecil, di daerah Klampok Sari, Malang, Jawa Timur.
Perawakannya kecil dan suaranya yang melengking, sering disalahpahami oleh karyawan Suara Muhammadiyah jika berkomunikasi via telp. Bagi karyawan yang belum kenal, pak Sopir dikira seorang perempuan paruh baya.
Bahkan dalam banyak peristiwa, ketika karyawan Suara Muhammadiyah menghubungi beliau via telp, selalu ungkapan pertama yang disampaikan, “bisakah kami bicara dengan bapak sopir bu.” Karena dikira, yang mengangkat telp pertama itu, adalah istrinya. Padahal, itu adalah bapak Sopir sendiri.
Bapak sopir merupakan agen majalah Suara Muhammadiyah yang cukup lama dan legendaris. Ia memulai bergabung menjadi agen SM sejak tahun 1973. Saat itu menurut penuturannya, ia memulai dengan menjadi staf salah seorang tokoh di Malang yang terdaftar menjadi agen resmi, untuk mengantarkan majalah ke rumah-rumah pelanggan.
Namun, setelah atasannya yang terdaftar menjadi agen resmi tersebut meninggal dunia, beliau kemudian langsung menggantikan posisinya sebagai agen pengganti.
Sejak saat itu, pak Sopir aktif untuk menawarkan dan mengantarkan setiap majalah yang datang ke rumah-rumah pelanggan. Setidaknya ada ratusan majalah yang berlangganan melalui pak Sopir. Bahkan tidak hanya majalah SM, pak Sopir juga menjadi agen majalah Suara Aisyiyah (SA) sekaligus.
Proses pendistribusian majalah ke rumah-rumah pelanggan ia lakukan dengan berjalan kaki. Total jarak yang ditempuh oleh pak Sopir berjalan kaki tidak kurang 30 kilometer.
Walaupun sudah puluhan tahun berprofesi sebagai agen majalah SM. Tidak ada kata mengeluh, apalagi pesimis. Justru setiap bertemu dengan pak Sopir, selalu yang tampak wajah penuh semangat, optimisme dan bahagia.
Bagi beliau, kebahagian dan kesenangan itu bukan semata-mata karena memiliki jabatan atau harta yang melimpah. Tapi, kebahagiaan itu, tergantung diri kita sendiri ikhlas dan bersyukur dari setiap yang kita miliki dan jalani.
Sebagai seorang agen resmi, pak sopir adalah agen yang sangat tertib. Tidak ada rumus menunggak apalagi berhutang. Setiap uang yang dikumpulkanya dari pelanggan, ia susun dan ikat rapi dengan ikatan rambut. Hingga sekarang, pak sopir tidak memiliki hutang 1 rupiah pun.
Hanya saja bagi bapak Sopir, untuk melakukan proses pembayaran tidak percaya (tidak cukup pengetahuan) kepada bank. Beliau beranggapan, jika pembayaran uang dilakukan melalui bank, dikhawatirkan tidak sampai ke kantor Suara Muhammadiyah. Oleh karenanya beliau lebih percaya jika pembayaran dilakukan secara langsung melalui orang atau staf SM.
48 tahun sebagai agen majalah SM, tentu bukanlah waktu yang singkat. Tapi karena pekerjaan yang dilakukan penuh dengan semangat, kecintaan dan keikhlasan, sehingga waktu separoh abad yang dilalui pak Sopir sebagai agen majalah SM, masih dianggap waktu yang baru kemarin.
Maka ketika ditanya, sejak kapan pak Sopir menjadi agen majalah SM, jawabanya baru kemarin tahun 70-an.
Terimakasih pak Sopir atas dedikasi dan khidmatnya bersama Muhammadiyah. Dari pak Sopir kami banyak belajar tentang kerja ikhlas, kerja keras dan kerja penuh cinta. (Deni Asyari)