Refleksi Milad Kokam Ke-56 : Bangga Menjadi Anak Kokam (Takari)
Oleh: Rizkie Andri
Dapat foto jaman lama, tampak dalam foto anggota KOKAM memakai seragam dan didepan mereka ada papan bertuliskan tahun 1966, berarti itu adalah satu tahun berselang setelah berdirinya KOKAM 01-Oktober-1965.
Mereka ini adalah orang-orang yang saat kursus kader atau disebut TAKARI dibuka tanggal 30 September 1965 ini, diikuti oleh 250 orang dan merupakan utusan Cabang Muhammadiyah Jakarta. Acara itu sendiri digelar di Aula Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. Limau.
Dalam foto mereka tampak sudah memakai seragam, namun sejatinya pada saat ikut kursus pengkaderan dan pendidikan pelatihan TAKARI yang kemudian bernama KOKAM, mereka belum memakai atribut yang sama.
Tidak disangka ternyata mereka itu adalah bersaudara (kakak, adik dan sepupu). Dan merupakan generasi pertama yang juga ikut masa kursus pengkaderan TAKARI (KOKAM). Dimana setelah upacara kemerdekaan RI tahun 1966 mereka berfoto bersama dengan memakai seragam KOKAM.
Berselang setelah 54 tahun, saya mendapati foto ini dan ternyata oleh ibu dibenarkan bahwa salah satu diantaranya adalah bapak saya (alm) Bpk. Djumhana – (foto: pertama dari kanan memakai baret).
Subhanallah, ibu banyak bercerita saat itu bagaimana peran ayah menjelang ikut masa kursus pengkaderan TAKARI, karena keluarga ayah (kakek adalah TNI AU yang bertempat tinggal di sekitar Halim Perdana Kusumah pada tahun 1965).
“Benar Le, ibu punya foto bapak pakai baju KOKAM yang saat itu baru lulus dari STM di Halim Perdana Kusumah dan ikut mbah di Kompleks AU. Dan bapakmu waktu itu adalah salah satu peserta yang ikut pelatihan TAKARI (KOKAM) pada malam 30 September saat Jakarta rame-ramenya G30S/PKI,” tutur ibu mengulang cerita ayah.
Kembali ibu melanjutkan cerita, saat itu kompleks TNI AU disekitar Halim Perdana Kusumah yang berdekatan dengan daerah Lubang Buaya yang sebagaimana diketahui dipakai sebagai tempat untuk beraktifitas gerombolan PKI.
Sambil mengingat apa yang pernah diceritakan bapak, “Nah makanya Mbah waktu itu tidak ingin anak-anaknya kena pengaruh itu, maka mbah yang waktu di Purwokerto dulu aktif di Muhammadiyah begitu tahu ada informasi tentang kursus pengkaderan dan pelatihan Angkatan Muda Muhammadiyah langsung meminta anak-anaknya untuk ikut semua,”.
Mengingat tempat kelahiran bapakmu (Purbalingga) juga sama dengan tempat kelahirannya Panglima Besar Jendral Sudirman dan besar bersama Muhammadiyah. “Makanya le, tidak heran jika sikap tentara dari mbahmu dan jiwa KOKAM terbentuk dalam sikap bapakmu juga,” tutup cerita Ibu sembari melipat sajadah sholatnya.
Rizkie Andri, Putra KOKAM Banyuwangi