YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah— Khutbah dan kultum merupakan aktivitas strategis untuk mengubah konsepsi dan mindset masyarakat. Adapun, perubahan mindset menjadi hal penting dalam merubah peradaban. Tugas mulia ini menjadi tantangan paling berat bagi setiap dai yang menyampaikan khutbah maupun kultum.
Melalui pelatihan khatib dan kultum yang diselenggarakan oleh Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan pada Sabtu (2/10) di Aula Masjid Islamic Center UAD, Ust. Dr. Nur Kholis, M.Ag menyampaikan banyak pesan kepada para santri sebagai bekal menjadi seorang dai muda kader persyarikatan.
Esensi khutbah merupakan nasihat dalam rangka pembinaan umat Islam menuju umat yang lebih baik, tujuannya agar umat dapat mencapai kualifikasi kepribadian yang bertakwa pada Allah SwT. Kemudian, perubahan peradaban inilah yang diharapkan dari aktivitas mulia tersebut.
Untuk mengubah peradaban, perlu melalui beberapa proses, yakni perubahan mindset, setelah itu perubahan perilaku, selanjutnya perubahan sistem, baru kemudian peradaban dapat diubah.
“Seorang penceramah harus dekat dengan Allah SwT, sebab untuk mengubah mindset individu hingga jamaah, apalagi merubah perilaku itu tidak cukup melalui wawasan atau sumber bacaan saja, namun juga ada hidayah yang menjadi urusan Allah SwT,” tegas Ketua Takmir Masjid Islamic Center UAD ini.
Dalam menyampaikan pesan, beberapa hal mengenai persepsi keliru yang perlu diperhatikan antara lain ungkapan berikut, jangan mencari harta mati-matian, sebab harta tidak akan dibawa mati; Untuk apa jabatan, justru jabatan itu akan memberatkan seseorang di yaumil hisab; Orang yang tidak bermadzhab di Akhirat kelak akan kebingungan siapa pemimpinnya; Semua agama benar, karena mengajak kepada kebaikan… dan sebagainya.
Ungkapan-ungkapan tersebut, dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan di tengah masyarakat. Alih-alih menjadi umat yang unggul, justru banyak tertinggal dalam segala bidang, orang menjadi malas bekerja, kepemimpinan jatuh kepada orang-orang jahat, hingga dampak buruk lainnya.
“kita memang berbeda dalam urusan agama, namun dalam banyak hal kita masih bisa bekerjasama,” demikian Dekan FAI UAD ini memberikan contoh alternatif ungkapan manakala tengah dibenturkan dalam keyakinan beragama.
Berbagai hal yang harus dihindari dalam menyampaikan khutbah maupun kultum juga tidak luput disampaikan kepada para santri PERSADA. Persiapan yang baik dapat membantu mencapai hasil yang optimal, “jangan berharap turun mimbar diberikan penghormatan, manakala ketika naik mimbar tanpa ada persiapan,” pungkas Dr. Nur Kholis. (Dyan)