YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kebudayaan merupakan suatu norma atau nilai yang secara keseluruhan yang didalamnya terkandung dalam pengetahuan, kepercayaan dan kemampuan yang lain yang dipercaya dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan tidak terlepas dari suatu kebudayaan yang awalnya di bentuk dari suatu budaya yang diwariskan secara turun temurun.
Budaya terbentuk dari beberapa unsur seperti agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bentuk warisan tersebut merupakan suatu bentuk rasa cinta kepada nenek moyang yang diturunkan kepada pewarisnya untuk melestarikan budaya tersebut.
Salah satunya adalah membatik, yang sudah ada sejak zaman dahulu hingga saat ini. Batik memiliki nilai seni yang tinggi dan menjadi budaya besar bagi negara Indonesia (khususnya pulau jawa. Tradisi membatik sudah ada sejak turun temurun yang motif awalnya hanya dari keluarga saja hingga bertahan sampai saat ini. Batik sudah sangat terkenal di pulau Jawa hingga mancanegara.
Setiap daerah juga memiliki suatu budaya sebagai citra pengenal khas daerah terebut. Salah satunya adalah desa Gilang Harjo yang mempunyai beragam budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan. Desa Gilang Harjo sendiri mengandung arti sebuah desa yang selalu melestarikan potensi budaya lokal dengan kerangka ekonomi kerakyatan serta ruh semangat gotong royong menuju masyarakat mandiri dan produktif melalui pemenuhan hak-hak dasar.
Sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera, aman dan tenteram. Potensi budaya yang ada di desa Gilangharjo adalah kesenian karawitan, keroncong, gamelan. Kemudian situs sejarah yaitu Selo Gilang, Sendang Plempoh, Gunung Cilik, dan Gunung Tambalan dan sebagainya.
Sebagai desa budaya, desa Gilangharjo yang memiliki pola batik tersendiri yang menandakan ikon desa Gilangharjo. Batik merupakan gambaran yang pembuatannya khusus dengan menuliskan dan menerakan malam yang dilakukan secara khusus. Pada kain Pola batik tersebut membentuk pola gerobak sapi, keris, daun kelapa, dan bunga kenanga. Setiap pola tersebut memiliki arti dan makna tersendiri sebagai citra desa Gilangharjo.
Seperti gerobak sapi yang memiliki arti sebagai ciri khas desa gilangharjo. Keris di makna kan sebagai meninggalan kerajaan mataram. Sedangkan daun kelapa yang berjumlah 8 helai diartikan sebagai tanggal perintisan sentra kuliner. Dan bunga kenanga memiliki arti sebagai keberkahan dari sentra kuliner yang mendapatkan hibah dari Kemdikbud ristek.
Pola batik tersebut dirintis oleh anggota P3D HMPS PBSI UAD dan di ajarkan kepada warga desa Gilangharjo. Untuk mengenalkan pola batik tersebut anggota P3D mengadakan pelatihan membatik yang diwakilkan oleh beberapa ibu-ibu desa Gilangharjo. Mereka tidak hanya dilatih cara membuat pola, dan malam saja, tetapi juga dilatih untuk mewarnai kain batik mulai dari proses awal pelorotan malam hingga pewarnaan pada kain.
Dengan adanya pelatihan membatik tersebut, masyarakat diharapkan dapat mengembangkan kerajinan membatik tersebut. Serta mengajak masyarakat desa Gilangharjo untuk mengembangkan pola batik yang sudah dibuat anggota P3D. Dengan adanya kegiatan itu pula desa Gilangharjo menjadi desa maju dengan melestarikan dan mempertahankan budaya yang ada. (Piska Eka Widya)