YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil meraih juara 2 Academic Library Innovation Award (ALIA) yang diumumkan pada Selasa (12/10). Sementara juara 1 diraih oleh Perpustakaan Universitas Pelita Harapan, dan juara tiga Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. ALIA adalah sebuah ajang bergengsi bagi perpustakaan yang ada di Indonesia yang diadakan 2 tahun sekali oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI). Ini merupakan kali pertama UMY mengikuti ALIA dan memberikan hasil yang memuaskan.
Kepala Perpustakaan UMY, Drs. Lasa Hs., M.Si sangat bersyukur dengan prestasi yang berhasil diraih oleh perpustakaan UMY. “Yang jelas kami sangat bersyukur dengan raihan prestasi ini, baru pertama kali ikut dan mendapatkan hasil yang bagus, ini juga adalah bukti bahwa perpustakaan UMY ini konsisten dalam meningkatkan mutu SDM dan prestasi,” jelas Lasa saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (18/10).
Lasa Sendiri tidak pernah menuntut target Perpustakaan UMY untuk merebut juara 1. “Saya selau menekankan kepada rekan-rekan untuk memberikan yang terbaik, dan meminta kepada Allah agar diberikan yang terbaik,” imbuh Lasa.
Perpustakaan UMY sendiri sangat konsisten mengikuti berbagai kompetisi perpustakaan maupun pustakawan dan selalu membuahkan hasil yang memuaskan. Baik yang diadakan oleh LLDIKTI maupun lembaga lainnya.
Dalam perlombaan ini, tim ALIA UMY sendiri terdiri dari 4 orang staff Perpustakaan UMY yaitu, Eko Kurniawan, SIP., MA. Yuliana Ramawati A.Md, M. Jubaidi, SIP. dan M. Fathori, SIP. Menurut Eko Kurniawan SIP.,MA. keberhasilan UMY melaju hingga babak final hingga keluar sebagai juara 2 tak lepas dari dukungan dan arahan Lasa. Bersaing dengan Universitas ternama di Indonesia seperti Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Ciputra, tak menyurutkan semangat tim perpustakaan UMY.
“Meskipun bersaing dengan universitas besar, Pak Lasa selalu mengarahkan kami agar selalu optimis. Kami bisa sejajar dengan universitas besar seperti UPH, UPI, dan Universiras Ciputra, buktinya kami bisa mengalahkan mereka dan tentu hal tersebut tak lepas dari dukungan serta arahan pak Lasa, semua lawan patut diperhitungkan, namun kami tidak pesimis untuk memberikan hasil terbaik dan menargetkan juara,” tutur Eko.
Lebih lanjut, M. Jubaidi, SIP mengatakan bahwa dalam kompetisi ini, yang dilombakan bukan individual seorang pustakawan. “Dalam ajang ini, yang berkompetisi bukan hanya pustakawannya saja, tetapi secara kelembagaan yang dilombakan adalah inovasi produk perpustakaan. Dan yang diangkat oleh tim ALIA UMY sendiri adalah konten kreator yang ada di perpustakaan UMY yang dibuat menjadi sebuah karya tulis kemudian dipresentasikan,” jelas Jubaidi.
Jubaidi juga menerangkan bahwa tantangan yang dihadapi dalam kompetisi ini adalah kurangnya alat dan teknologi penunjang namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Jubaidi dan tim.
“Karena kami mengangkat konten kreator sehingga kami dihadapkan dengan teknologi dan memang kami sendiri belum mempunyai alat yang sepenuhnya mensupport sehingga hal tersebut kami jadikan motivasi bersama, bagaimana dengan hal yang sederhana kami bisa menghasilkan sesuatu yang istimewa,” kata Jubaidi.
Di Indonesia sendiri ada 24 FPPTI wilayah dan setiap FPPTI mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti ajang ALIA. Untuk FPPTI DIY sendiri diwakili oleh UMY yang sebelumnya telah meraih juara 1 di tingkat regional DIY. Dari 24 FPPTI wilayah itulah kemudian dipilih 6 finalis yang harus kembali mempresentasikan karya unggulannya dan mengikuti FGD. Perpustakaan UMY menjadi juara kedua. (RM)