Para Nabi Adalah Contoh Kongkrit Gerakan Pemuda
Oleh: Khoirul Bakhri Basyarudin
Manusia adalah makhluk yang senantiasa mengalami perkembangan dalam setiap fase kehidupan, dalam Alquran, penciptaan manusia disebutkan sebagai fayakun. Penggunaan fi’il mudhari’ sebagai penunjuk kata kerja yang sedang berlangsung atau senantiasa berlangsung menunjukkan bahwa manusia tidak sekedar diciptakan kemudian titik. Tetapi manusia diciptakan oleh Tuhan dan senantiasa berproses, ada fase kanak-kanak, pemuda, kemudian tua, dan setelah itu akan dipindahkan ke alam barzah, alam yang menjembatani antara kehidupan dunia dan akhirat.
Fase pemuda adalah puncak optimal dari kehidupan manusia, pepatah arab menyebutkan Atthufula quwwatun la ‘aqlan laha, wa anna as-syaikhuha hikmatun la quwwatan laha, wa as-syababu yajma’u al-istnaini al-quuwah wa al-hikmah, wahum ya’tabiruuna al-fi’al wa al-asaasi lil ummah,– masa kanak-kanak adalah kekuatan tanpa kebijaksanaan, sedangkan tua adalah kebijaksanaan tanpa kekuatan, tetapi pemuda adalah gabungan dari keduanya; kekuatan dan kebijaksanaan, dan inilah yang dibutuhkan ummat dan bangsa.
Pemuda adalah generasi yang dipersiapkan untuk mengatasi tantangan zaman, senantiasa membawa perubahan dengan kemajuan. Dalam hadis riwayat Ibn Abbas dijelaskan bahwa Allah tidak pernah mengutus Nabi kecuali seorang pemuda (Kitab Majma’ Az-zawaid wa Manba’ al-Fawaid, Juz.1, h.125).
Alquran mengabadikan kisah Nabi dan rasul, mereka menerima wahyu kenabian diusia muda;
Pertama, Nabi Ibrahaim alaihissalam. Adalah pemuda yang berani melakukan gerakan progresif berkemajuan. Dikisahkan ketika Raja Namrud mempertanyakan kepada pengikutnya tentang siapa yang berani menghancurkan seluruh berhala dan hanya meyisahkan satu diantaranya yang paling besar, maka pengikutnya menjawab “Kami mendengar seorang pemuda yang mencela berhala-berhala tersebut, Dia dipanggil dengan nama Ibrahim”(QS 21:60)
Ibrahim muda pun dipanggil oleh Raja Namrud untuk dimintai pertanggung jawaban, dengan dialektika logis Ibrahim menjawab, “Sebenarnya berhala besar ini yang melakukanya, tanyakanlah kepada berhala lainya jika mereka dapat berbicara”(QS 21:63).
Kedua, kisah Nabi Ismail. Diusia muda Ismail membantu ayahnya (Ibrahim AS) dalam membangun rumah Allah Ka’bah, sebagai tonggak peradaban manusia, rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia (QS 02:96).
Meneladani Nabi Ibrahim maka seorang pemuda harus berfikiran anti mainstream dan berani melawan kejumudan zaman, namun melakukan setiap gerakan dengan logis dan penuh perhitungan.
Sedangkan meneladani Nabi Ismail, berarti setiap pemuda harus melanjutkan perjuangan yang telah diwariskan oleh golongan tua, senantiasa membangun kecerdasan berfikir dan infrastruktur materil. Ulama mengharuskan untuk senantiasa melestarikan warisan atau tradisi lama yang baik, dan menginovasikan hal baru yang lebih baik dan bermanfaat, al-muhafadhatu ‘ala qadim as-salih wal akhdu bil jadid al-ashlah.
Ketiga, kisah Nabi Musa. Dalam tafsir Ibnu Katsir tentang Surat Yunus ayat 83 dijelaskan bahwa Musa dan kaum beriman yang mengikutinya saat itu adalah golongan pemuda. Musa diutus oleh Allah sebagai rasul, salah satu tujuanya adalah untuk memberi peringatan kepada penguasa yang zalim (Firaun).
Meski demikian, Musa tetap diperintahkan Allah untuk memberikan peringatan kepada Firaun dengan lemah lembut (QS 20:43). Sebagai teladan bagi kaum pemuda dalam menyampaikan kebenaran, harus tetap mengedepankan strategi dan tata krama yang baik, meski berhadapan dengan penguasa yang zalim.
Begitu juga sejarah perkembangan bangsa Indonesia, diwarnai oleh peran strategis dari golongan pemuda. Pemuda berkomitmen bersama untuk membangun Negara Kesatuan Indonesia yang merdeka, dalam bingkai tumpah darah dan tanah air yang satu, berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan senantiasa menjunjung bahasa kesatuan, bahasa Indonesia (sumpah pemuda 27-28 Oktober 1928). Komitemen kebangsaan yang harus diteladani bersama dan dilantjukan perjuanganya dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Jangan sampai ada yang merusak. #MerdekaPikirandanJiwa.
Khoirul Bakhri Basyarudin, Pemuda Muhammadiyah, Master Syariah dan Hukum Universitas Amir Abdelkadir Constantina Aljazair