YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Museum Rekor Indonesia menyematkan penghargaan bagi Suara ‘Aisyiyah atas konsistensinya selama hampir satu abad menjadi corong peradaban dan suluh penggerak literasi di kalangan perempuan. Penghargaan tersebut dianugerahkan kepada Suara ‘Aisyiyah dalam acara Puncak Milad Suara ‘Aisyiyah pada Sabtu (30/10/2021). Diserahkan langsung oleh Jaya Suprana selaku pencetus sekaligus Ketua Umum Museum Rekor Indonesia.
Suara ‘Aisyiyah merupakan majalah perempuan tertua yang telah terbit sejak tahun 1926 tetap eksis hingga kini. Kehadiran poros media perempuan di Persyarikatan menegaskan bahwa Muhammadiyah dalam aksinya turut memperhitungkan perempuan. Kesadaran tersebut sudah sekian tahun yang lalu muncul dan dilakukan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, bahwa perempuan berhak mendapat kesempatan yang sama dalam berbagai persoalan kehidupan yang ada, khususnya dalam aspek pendidikan dan literasi.
Ungkapan Kiai Dahlan menegaskan hal tersebut secara gamblang, beliau menyebutkan: “Jika kaum laki-laki melihat aurat kalian, apakah kalian malu? Tentu malu. Jika kalian merasa malu lalu mengapa ketika sakit lalu berobat kepada dokter yang laki-laki? Terutama ketika kalian hendak melahirkan anak. Jika kalian benar-benar merasa malu, teruslah belajar dan jadilah dokter, sehingga ada dokter perempuan yang khusus untuk kaum perempuan.” Ungkapan Kiai Dahlan tersebut benar-benar melampaui zaman dan mengisyaratkan kesamaan hak bagi setiap perempuan dalam hal pendidikan dan kesadaran akan gerakan literasi perempuan.
Suara ‘Aisyiyah kemudian menerjemahkan pandangan dan penghargaan Persyarikatan terhadap perempuan dengan senantiasa membersamai, menjadi corong literasi perempuan berkemajuan, dan menegaskan posisinya sebagai suluh peradaban. Atas hal tersebut kemudian Museum Rekor Indonesia mengapresiasi usaha nyata Suara ‘Aisyiyah.
“Piagam Penghargaan Museum Rekor Dunia dan Indonesia, Majalah Perempuan Islam Tertua yang Berkesinambungan Terbit, rekor ini kami berikan kepada Suara ‘Aisyiyah. Kenapa saya menyebutkan rekor dunia dan Indonesia? Karena setelah kami kurasi Kembali ternyata pencapaian yang dilakukan oleh Suara ‘Aisyiyah tidak hanya dalam ruang lingkup negara kita saja, melainkan juga di dunia,” tutur Jaya Suprana.
“Saya harap dunia Internasional dapat menjadikan perempuan-perempuan di dalam lingkaran Persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagai contoh. Saya mendengar kabar misalnya perempuan-perempuan Afgan di bawah kekuasaan Taliban dibatasi ruang geraknya. Contohlah perempuan Indonesia yang dicitrakan oleh ‘Aisyiyah. Sekali lagi saya tegaskan, ini bukan cuma rekor Indonesia melainkan rekor dunia,” tambah Ketua Umum MURI tersebut.
Ketua Umum PP ‘Aisyiyah menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang baru saja disabet oleh Suara ‘Aisyiyah tersebut, “Semoga menjadi bentuk kesyukuran kita semua. Sama-sama kita berjuang,” singkat Noordjannah Djohantini. (syauqi)