Paradoks Kepribadian Pasar
Oleh: Dr Masud HMN
Persepsi kepribadian manusia terbaik berdasar pandangan Islam adalah manusia bila keberadaannya memberi nilai banyak manfaat pada sesama. Dengan kata lain ada faedah kepada manusia lain dan lingkungan. Menurut pandangan Islam itulah peran yang harus dilakukan manusia.
Bukan sebaliknya dengan berbuat kerusakan, korupsi dan kehancuran. Tentu saja tidak diinginkan. Seperti berita yang luas tersebar dalam media elektronik dan media cetak menyatakan harta kekayaan pejabat Negara mengalami kenaikan di era pandemi covid-19. Sementara kemiskinan rakyat meningkat (Kompas 7 Sept 2021).
Padahal salah satu pertanda majunya bangsa adalah kukuhnya nilai kepribadian yang muncul dari tradisi yang tumbuh dan berkembang sebagai ciri yang membedakan dengan bangsa lain. Kepribadian itu menjadi kebanggaan dan nilai melekat dilestarikan. Tanpa kepribadian tiada progress dan kemajuan. Bahkan bukan Indonesia berkemajuan terjadi tetapi masyarakat masuk jurang. Nauzubillahi min zalik!
Karena itu masyarakat perlu mengikuti petunjuk nilai kepribadian Islami yang digambarkan manusia untuk memberi rahmat bukan hanya kepada umat Islam tetapi lebih dari itu menjadi rahmat seluruh alam. Itulah disebut kepribadian Islami. Hal itu dipersepsikan sebagai manusia yang sempurna tidak hanya ubudiyah, tetapi banyak nilai lain.
Kepribadian Islam didukung Ahli psikologi barat. Yang menekankan peran individu untuk manfaat lingkungan. Menurut Psikolog Harvad University Amerika Gordon Allport (1897-1967), kepribadian adalah organisasi sistem raga manusia yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian individu terhadap lingkungan.
Ini sejalan dengan Carl Gustav (1867-1951) kelahiran Finlandia, mengatakan kepribadian merupakan wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya. Dua tokoh psikologi sosial ini memberi landasan bahwa kepribadian selain wujud orientasi kejiwaan individu namun dalam perwujudan dalam orientasi praktek lingkungam nilai sosial yang ada.
Dengan demikian Kepribadian itu ditentukan (berkorelasi) dengan faktor lain seperti nilai, tadisi, lingkungan. Kepribadian yang tidak mantap atau buruk ada bersama lingkungannya. Lingkungan yang buruk menjelmakan wujud yang buruk juga.
Maka kepribadian akan mantap bila kontribus nilai, tradisi dan lingkungan positif. Sebaliknya kepribadian tidak mantap bila faktor yang mempengaruhi itu negatif.
Logika di atas dapat dihubungkan model kepribadian Pasar (market Personality), Dalam persepsi yang umum diambil faham adalah kepribdaian suka-suka. Kemana angina berhembus ke sana pula condongnya pohon cemara, kata masyarakat awam
Agaknya bukan keliru dan memang itulah model kepribadian macam ini sedang meraja lela dalam masyarakat umum, Sawah tak punya pematang. Tiada bingkai moral. Artinya mencari yang untung, yang mudah, tetapi tidak peduli nilai yang baik, faedah pada orang lain. Ada sebuah Hadis yang memberi petunjuk agar manusia itu memihak kepada yang baik. Dalam hadits itu nabi Muhammad SAW bersabda
Khairunnas yan tafaunnass
Manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain (Riwayat Imam Akhmad)
Sekali lagi itulah kepribadian pasar, yang tidak peduli dengan ajaran Islam yang menyuruh berbuat baik dan manfaat kepada orang lain bahkan seluruh alam lingkungan.
Apa yang kita temukan dengan kepribadian pasar adalah negatif untuk kemajuan masyrakat yang kita dambakan. Kita harus menjunjung konsep menjadikan keperibadian yang peduli, menyumbangkan faedah keapada masyarakat dan lingkungan. Semoga.
Dr Masud HMN, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA)