Pelajaran dari Perang Ahzab: Membentuk Pribadi Cinta Rasulullah

rasul

Foto Dok Ilustrasi

Pelajaran dari Perang Ahzab: Membentuk Pribadi Cinta Rasulullah

Oleh: Wardi, S,Pd,M.A

Dalam Qs.Al-Ahzab ayat 21, Allah memerintahkan kepada kaum mukmin untuk mencontoh (berittiba’) kepada perilaku Rasulullah dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Salah satunya adalah peristiwa perang Ahzab atau perang Khandaq (Qs.Al_Ahzab: 22).

Ayat Qs.Al-Ahzab ayat 22 ini Allah mengabarkan tentang peristiwa perang Azab. Alllah menunjukkan bagaimana kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, perjuangan Rasulullah, serta tetap menanti jalan keluar/ pertolongan Allah Swt.  Ada goncangan hati/ rasa takut kaum mukmin (Qs.Ali Imran: 122) ketika melihat betapa banyak pasukan musuh yang ada di hadapannya. Mereka berjumlah 10.000 orang, sementara kaum mukmin hanya 3.000 orang. Namun, peristiwa itu justru menambah iman dan ketundukannya kepada Allah SWt.(Qs.Al-Ahzab: 22)

Perang Ahzab

Perang Ahzab terjadi pada bulan Syawwal tahun 5 Hijriah. Dalam perang ini, kaum Muslimin menghadapi pasukan Ahzab atau sekutu dari golongan Yahudi Bani Nadir dan kaum musyrik Quraisy karena mereka tidak terima  telah diusir oleh Rasulullah Saw dari Madinah ke tanah Khaibar.  Pasukan Muslimin hanya terdiri dari 3.000 orang, sedangkan pasukan sekutu ada 10.000 orang. Pasukan Muslimin dipimpin oleh Rasulullah SAW dan pasukan sekutu dipimpin oleh Abu Sufyan. Pasukan sekutu terdiri dari Bani Quraidzah, Bani Nadhir, kaum Ghathafan, dan kaum Quraisy.

Perang Ahzab disebut juga Perang khandak atau parit. Disebut begitu karena pasukan muslim menggunakan parit sebagai beteng pertahanan. Parit dibuat dengan panjang 5.544 meter, lebar 4,62 meter, dan dalam 3.234 meter. Parit ini terbentang dari utara hingga selatan Madinah.

Pasukan sekutu tidak mampu menembus parit itu.  Selama 27 hari Sekutu mencari cara untuk menembusnya, akhirnya mereka menyerah. Hanya ada satu orang pasukan sekutu yang mampu menembus parit buatan kaum Muslimin. Dia adalah Amr bin Wadd, Amr bin Wadd kemudian menembus parit dan bertarung secara langsung dengan Ali bin Abi Thalib. Pertarungan berlangsung sengit. Ali berhasil mengalahkan Amr bin Wadd. Amr bin Wadd pun menyerah dan memutuskan untuk kembali ke Makkah.

Strategi/ Siasat Perang Rasulullah

Mendengar rencana serangan kaum Quraisy dengan pasukan berjumah 10.000 orang, Rasulullah berpikir keras. Beliau berpikir betapa mengerikan jika pasukan sekutu itu berhasil masuk kota Madinah, tentu umat Islam akan hancur di kandang sendiri.

Rasulullah tidak pernah memulai peperangan. Beliau tidak pernah berniat menyakiti siapa pun. Nabi senantiasa mengingatkan agar umat manusia memilih Tuhan Yang Maha Esa, menikmati kedamaian dan kesejahteraan di bawah hukum dan petunjung Sang Pencipta.

Strategi yang dilakukan Rasulullah adalah:

Bersmusyawarah

Rasulullah mengadakan musyawarah dengan para Shahabat bagaimna cara bijak untuk menghadapi kaum sekutu Quraisy itu. Beliau dengar nasihat dari Salman al-Farisi agar di tempat yang musuh bisa menerobos dibuat khandaq, atau parit pertahanan. Nasihat Salman itu segera beliau laksanakan. Beliau sendiri yang memimpin menggali parit bersama-sama dengan sahabat-sahabat yang banyak itu

Memimpin kerja bakti/gotong royong menggali parit

Dijelas oleh Hamka dalam tafsir Al-Azhar bab khusus tafsir surat Al-Ahzab secara lengkap bagaimana Rasulullah memimpin kerja bakti menggali parit itu. Untuk menimbulkan semangat keras itu, Rasulullah turut memikul tanah galian dengan bahunya sendiri, sehingga tanah-tanah dan pasir telah mengalir bersama keringat beliau di atas rambut beliau yang tebal. sambil bernyanyi gembira, dengan syair-syair gembira gubahan Abdullah bin Rawahah, dengan bahar rajaz yang mudah dinyanyikan. Tanah yang beliau angkat pun jatuh ke atas perut beliau dan lekat pada bulu dada dan perut karena bulu dada beliau tebal.

Disiplin kerja

Rupanya, karena lelah bekerja dan berjaga, dan hari sangat dingin, Zaid  masuk ke dalam parit itu lalu tidur sehingga senjatanya terlepas dari tangannya. Datang  pemuda lain bernama Ammarah bin Hazem, mengambilnya senjata yang terjatuh itu dan disimpannya.

Setelah Zaid terbangun dari tidumya dilihatnya senjatanya tak ada lagi. Dia pucat terkejut dan cemas. Maka tibalah Rasulullah di tempat itu. Setelah beliau lihat Zaid baru terbangun dari tidumya, berkatalah beliau: “Hai Abaa Ruqaad! (Hai Pak Penidur), engkau tertidur dan senjatamu terbang!” Tetapi wajah beliau tidak membayangkan marah sedikit juga, sehingga Zaid bertambah takut disertai malu.

Lalu beliau melihat keliling dan berkata pula: “Siapa yang menolong menyimpan senjatanya?” Ammarah menjawab: “Saya yang menyimpannya, ya Rasul Allah!” Lalu beliau suruh segera kembalikan senjata Zaid dan beliau bernasihat pula kepada Ammarah didengar oleh yang lain.

Mengirim patroli pengontrol/ pasukan pengintai

Rasulullah selalu menugaskan anak buahnya (Shahabat) untuk mengadakan patroli atau pengintaiandan pengawasan terhadap musuh. Dalam peperangan ini, Rasulullah menugaskan Huzaifah.

Melindungi anak buah

Huzaifah pulang patroli. Malam sangat dingin dan angin sangat keras. Ketika itu didapatnya Rasulullah s.a.w. sedang shalat. Untuk menangkis dingin yang sangat itu, Rasulullah shalat berselimut dengan selimut tebal pemberian salah seorang isteri beliau. Tetapi oleh karena shalat beliau masih panjang dan belum selesai, ditariknya Huzaifah ke dekatnya, lalu diselimutkannya kepada Huzaifah ujung selimut yang beliau pakai shalat itu, sehingga Huzaifah terpelihara dari pukulan angin dan dingin. Rasulullah meneruskan shalat, Di belakang beliau, Huzaifah mengekor menutupi dan memanaskan badannya dengan ujung selimut yang dipakai Nabi sedang shalat itu.

Setelah selesai barulah dia menoleh kepada Huzaifah meminta berita. Setelah mendengar berita Huzaifah, maka disampaikannyalah khabar gembira kepada Huzaifah bahwa tentara yang menyerbu itu dengan persekutuannya akan gagal.

Membaca takbir syukur

Dan besoknya setelah matahari naik, mereka melihat ke sebelah timur, nampak jelas bahwa tentara Sekutu itu telah pergi dan yang tinggal hanya bekas-bekas dari tentara yang gagal. Maka bersyukurlah Rasulullah s.a.w. kepada Tuhan lalu membaca:

لا اله الا الله  وحده صدق وعده  ونصر ووحده  واعز جنده  وهزم الحزب  وحده   لا شئ  بعده

,Tidak ada Tuhan, melainkan Allah yang yang esa (Allah sendiri) . Benar janji-Nya, Dia yang menolong hamba-Nya, Dia muliakan tentaraNya, dan Dia kalahkan sekutu-sekutu dengan sendiriNya. Maka tidaklah ada sesuatu  sesudahNya. “

Kemenangan Tidak Ditentukan karena Jumlah Yang Banyak

Allah telah memberi inspirasi dengan firman-Nya: dalam Qs.Albaqarah ayat 249 bahwa jumlah yang banyak tidak selalu menentukan kemenangan. Hanya izin Allah dan kesabaran kaum itulah yang menentukan.

Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”(Qs.Albaqarah: 249)

Perang Azab ini identik dengan kedisiplinan, kesabaran, dan keteguhan tentara Thalut yang mengalahkan Jalut. Dalam peperangan itulah muncul seorang anak yang masih sangat muda bernama Daud bin Esa.

Wardi, S,Pd,M.A, PCM Semin Majelis Pustaka

Exit mobile version