Wat Tini
Wat tini adalah surah ke-95 diturunkan di Mekah. Umumnya dikenal dengan surah At-Tin. Surah ini merupakan wahyu ke-28 yang terdiri dari 8 ayat.
Ayat pertama, wat tini wat wat zaituni. Demi buah Tin dan buah Zaitun. Allah bersumpah dengan buah Tin yang bergizi tinggi dan tumbuh di Damaskus, atau Syam tempat tinggalnya Nabi Nuh. Buah Tin kini dapat ditanam di pot oleh warga desa Takerharjo. Allah juga bersumpah dengan buah Zaitun yang merupakan lambang perdamaian dan tumbuh di Palestina, atau Baitul Maqdis tempat tinggalnya Nabi Isa. Lagian Zaitun dapat digunakan sebagai minyak dan sabun. Hal tersebut menyiratkan agar kita gemar bertanam, merawat, memanen, mengolah dan memakan buah.
Ayat kedua, wa turi sinina. Demi gunung Sinai. Allah bersumpah dengan gunung Tur Sina tempat memanggil Nabi Musa. Sinin bermakna yang diberkahi, mubarak atau bukit yang indah karena adanya pepohonan yang berbuah. Ayat ini menyiratkan supaya tidak mengeksploitasi gunung. Dampaknya terjadi tanah longsor, banjir dan kerusakan lingkungan.
Ayat ketiga, wa hadzal baladil amin. Demi negeri Mekah yang aman. Allah bersumpah dengan tanah haram, tempat diutusnya Nabi Muhammad, dimana orang yang memasukinya merasa aman, baik pada masa jahiliyah maupun Islam. Ayat ini menyiratkan terciptanya desa wisata dan ekonomi kreatif serta mewujudkan negara yang aman sentosa.
Ayat keempat, laqod kholaqnal insana fi ahsani taqwim. Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Bentuknya selaras. Rupanya indah. Selagi demikian perbaiki dan perbanyak amal saleh yang berhias iman.
Ayat kelima, summa radadnahu asfala safilin. Kemudian kami kembalikan sebagian di antara manusia yang serendah-rendahnya. Ungkapan ini adalah kiasan masa tua, pikun dan lemah. Amalannya mulai berkurang. Jasadnya tak bermanfaat. Fitrahnya rusak.
Ayat keenam, illal ladzina amanu wa amilus salihati falahum ajrun ghairu mamnun. Akan tetapi orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. Yaitu surga. Meskipun mereka tidak mampu melakukan amalan kayak masih muda. Malaikat tetap mencatat sebagaimana yang biasa mereka lakukan.
Ayat ketujuh, fama yukadzibuka bakdu biddin. Maka apakah yang menyebabkanmu mendustakan hari pembalasan setelah melihat langsung tanda atau keterangan. Padahal tidak ada alasan untuk mendustakan. Janji Allah pasti ditepati.
Ayat kedelapan, alaisa allahu biahkamil hakimin. Bukankah Allah hakim yang paling adil? Allah akan membalas orang yang baik karena kebaikannya dan membalas orang jahat karena kejahatannya. Keputusan pembalasan tidak ada yang keliru.
Mushlihin, Sekretaris PRM Takerharjo Solokuro Lamongan