SANG SURYA dan Tangis Bu Guru dari Sambas
Ruang Pusat Syiar Digital Muhammadiyah kantor PP Muhammadiyah Jogja, menjelang shalat Jum’at, 22 Oktober 2021. Acara launching beasiswa Mentari dan Sang Surya hampir selesai. Tinggal mendengarkan pesan dan kesan perwakilan penerima mafaat. Sebagian peserta hadir secara offline dan sebagian lainnya hadir online. Terutama penerima beasiswa. Mereka berasal dari segala penjuru Nusantara. Dari Sumatera sampai Papua. Mereka juga dari ragam pemeluk agama. Sejak semula acara berlangsung ceria. Terutama bagi penerima beasiswa. Pandemi yang belum usai tidak menghalangi kemeriahan acara yang diselenggarakan oleh Lazismu Pusat ini. Tetapi di ujung acara suasana berubah menjadi syahdu. Air mata menggenang di pelupuk mata. Setidaknya di pelupuk mataku. Apa pasal? Inilah kisah tentang bagaimana sebuah program yang mensinergikan banyak pihak telah menemukan sasarannya yang tepat.
Sebagai lembaga filantropi yang menghimpun dana umat Lazismu telah lama mendukung pendidikan bermutu (quality education). Pendidikan bermutu merupakan salah satu dari tujuh belas indikator SDG’s (Sustainable Development Goal) yang merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Tujuannya mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Dalam hal ini Lazismu menyalurkan dana melalui beragam program di bawah pilar pendidikan. Di antaranya Save Our School (SOS), Bakti Guru, serta Beasiswa Mentari dan Beasiswa Sang Surya. Dalam penghimpunan dananya Lazismu melibatkan donatur yang turut peduli dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah Bank Mega Syariah (BMS).
Pada periode-2 tahun 2021 ini Lazismu menyalurkan Beasiswa Mentari dan Sang Surya untuk 500 penerima manfaat. Mereka terdiri dari 250 Siswa SD-SMP-SMA dan 250 mahasiswa. Secara khusus SMK Labschool UAD yang berada di Sambas Kalimantan Barat menerima dana Rp. 200 juta untuk 20 siswa mereka. Total dana yang disalurkan Rp. 857 juta. Pada sisi lain 18 guru dari Labschool UAD ini juga sebagai penerima program Lazismu lainnya yaitu Bakti Guru 2020. Dana yang disalurkan berasal dari zakat dan infak yang dihimpun Lazismu Rp. 381 juta, zakat Bank Permata Syariah Rp. 216 juta, dan zakat BMS Rp. 260 juta. Muhammad Sabeth Abilawa, Dirut Lazismu menyampaikan antusiasme masyarakat untuk Beasiswa Lazismu ini sangat tinggi setiap periodenya. Pada periode ini pemohon yang masuk sebanyak 18.175 orang. Sedangkan kapasitas Lazismu untuk memenuhinya terbatas hanya untuk 500 orang.
Acara launching beasiswa ini dihadiri Lazismu Pusat, pihak Bank Mega Syariah, serta para penerima beasiswa. Dirut Lazismu Sabeth Abilawa mewakili manajemen Lazismu mangucapkan selamat dan berharap penerima memanfaatkan sebaik-baiknya beasiswa ini. Mereka diminta menjaga nama baik dan menjadi duta Islam berkemajuan. Tetap menjadi seperti sang surya dan mentari yang senantiasa mencerahkan, menyinari, dan memberi enegri. Penerima hendaknya terus bersemangat dan memberi kemanfaatan kepada umat, bisa membanggakan bagi keluarga, dan bisa berhasil dalam capaian sekolah atau kuliah mereka. Selanjutnya Sabeth mohon doa agar Lazismu bisa berbuat lebih banyak lagi di masa-masa yang akan datang.
Bank Mega Syariah (BMS) diwakili kepala divisi Corporate Secretary Ratna Wahyuni. Beliau berterima kasih pada Lazismu yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Beliau juga berharap beasiswa sebagai tanggung jawab sosial perusaahaannya ini dapat memberi manfaat sebaik-baiknya bagi seluruh penerimanya. Selanjutnya Ratna mohon doa semoga BMS dapat terus berkembang dan menjadi lebih besar. Dengan begitu dapat memberi manfaat lebih banyak bagi seluruh rakyat Indonesia. Khususnya kepada masyarakat muslim. Lazismu diharapkan terus berkoordinasi sehingga BMS dapat bekerjasama dalam setiap kegiatan Lazismu. Menjawab Bu Ratna aku mengucapkan “terima kasih bu Wahyuni dari BMS yang sudah menyalurkan dana yang besar untuk program beasiswa ini. Insya Allaah akan berlanjut dan Lazismu siap menjalankannya. Bahkan dalam jumlah yang lebih besar.”
Sebagai Sekretaris badan Pengurus Lazismu aku menyampaikan beberapa pesan kepada para siswa dan mahasiswa. Pertama, selamat atas penerimaan beasiswa ini. Ini harus disyukuri dengan belajar lebih focus dan lebih serius. Dengan bersyukur maka Allaah akan menambah nikmat-Nya sebagaimana ayat lain syakartum laaziidannakum. Kedua, mengacu pada Q.S. Al-Lail ayat 5-7 barang siapa yang suka berbagi maka dimudahkan Allaah ke jalan yang mudah. Sebaliknya kalau pelit maka dimudahkan ke jalan yang sulit. Adik-adik penerima beasiswa diharapkan suka berbagai dalam bentuk tenaga dan pikiran. Mereka harus ringan tangan dalam membantu orang lain. Misalnya, menjadi guru mengaji di TPA. Atau menjadi pembimbing belajar anak-anak SD-SMP-SMA. Terakhir saya menegaskan dalam rangka menuntut ilmu jangan pernah menyerah. Jangan pernah putus asa. Selalu ada jalan. Salah satu cara membuka jalan itu adalah dengan suka berbagi.
Aku menutup sambutan ini dengan dua pantun. Pertama, “Kalau hendak mendaki gunung Merapi/mari mendaki dengan gembira hati/Selamat kepada para penerima beasiswa ini/jadikan motivasi untuk terus berprestasi.” Pantun kedua, “Agar-agar dan jadah untuk sarapan/sate klatak dan jus mentimun untuk makan siang/Agar dimudahkan urusan dan semua jalan/jadikan suka berbagi sebagai kebiasaan. Dua pantun ini mendatangkan kegembiraan. Terbukti para peserta menepukkan tangan dengan semangat.
Lalu sampailah pada sambutan terakhir yang diwakili penerima manfaat dari SMK Labschool UAD di Sambas. SMK ini dihadirkan di Sambas oleh UAD yang berada di Jogja setelah sebelumnya mahasiswanya melaksanakan KKN selama empat periode disana. Jadi ini merupakan respon UAD atas permintaan masyarakat sekitar. Pada kesempatan peresmian sekolah ini Pak Kasiyarno, rektor UAD saat itu (14/05/2018), mengatakan sarana pendidikan ini berkonsep pesantren dan fokus pada jenjang SMP dan SMK. Pembangunan sekolah ini juga selaras dengan program unit sekolah baru (USB) yang dicanangkan Kemendikbud RI. Lahan yang digunakan seluas 15 hektar yang sebagiannya merupakan lahan wakaf. Lebih lanjut beliau menerangkan, “Boarding school ini merupakan laboratorium UAD. Dari Jogja kami memberikan dukungan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) untuk Sambas.”
Sambutan atas nama SMK Labschool UAD Sambas disampaikan oleh salah satu gurunya Bu Hesti. Bu guru ini berpidato secara online. Setelah salam, hormat, dan terima kasih Bu Guru mohon maaf karena suaranya terputus-putus. Lalu dia mematikan videonya. Tetapi suara Bu Guru Hesti tanpa video tetap tersendat-sendat. Ternyata Bu Guru mulai terbawa perasaan. Dia bercerita tentang sekolah dan para muridnya. Sekolah mereka berada di daerah 3T (terjauh, termiskin, dan tertinggal). Para orang tua lebih memilih anak bekerja di negeri jiran daripada lanjut sekolah. Anak-anak cukup tamat SD. Sebagian anak sudah berada di Malaysia karena orang tua mereka sudah lama disana. Disana anak-anak mereka tidak bisa mengakses sekolah. Lalu hadirlah sekolah labschool UAD di Sambas. Maka Bu Hesti dan kawan-kawan memberikan pencerahan kepada para orang tua. Agar mereka mengizinkan anak-anak sekolah.
Anak-anak di perbatasan nan jauh itu lalu diusung ke Labschool UAD di Sambas. Untuk itu Bu Hesti dan kawan-kawan menempuh jarak ratusan kilo. Mereka harus menyeberangi banyak sungai dan melewati beberapa gunung. Meski demikian mereka sangat bersyukur telah diberi kesempatan untuk terus berkarya untuk bangsa. Walaupun dengan dengan berbagai keterbatasan. Bu guru ini juga mengucapkan terima kasih kepada Lazismu Pusat dan kepada BMS selaku donatur Sang Surya. Tiba-tiba Bu Guru Hesti terisak. “Tidak bisa diungkapkan dengan seribu bahkan berpuluh ribu kata …. Terima kasih telah mendukung perjuangan kami. Mendukung perjuangan Muhammadiyah meningkatkan Pendidikan… di pedalaman yang jauh ini.” Tangis haru Bu Hesti dari Sambas menjadi bukti program yang mensinergikan banyak pihak ini telah menemukan sasarannya yang tepat. Alhamdu lillaah.
Menteng Raya 62 Jakarta, 19 Nopember 2021
Mahli Zainuddin Tago