YOGYAKARTA, Suara Muhammadiya — Lebih dari satu abad usia organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. Dikenal orang sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, Muhammadiyah memiliki perjalanan panjang dan dinamika yang menantang. Momen milad ke-109 ini begitu tepat untuk mengingat kembali semangat awal berdirinya organisasi ini.
Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PW IPM DIY) melalui bidang Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga (ASBO) menyelenggarakan kegiatan Sowan lan Dolan “Muhammadiyah 109 Tahun Lalu” pada Ahad (21/11). Ini berupa tour keliling Kampung Kauman untuk menapak tilas (menelusuri jalan yang pernah dilalui).
Kampung Kauman yang terletak di sebelah barat Alun-alun Utara Yogyakarta ini adalah saksi lahirnya Muhammadiyah dan dulunya tempat tinggal KH Ahmad Dahlan. Menerapkan protokol kesehatan, kegiatan luring ini diikuti oleh terbatas 30 orang peserta baik dari IPM maupun dari umum.
Peserta tersebut terdiri dari anggota dan pimpinan IPM di ranting, daerah, serta wilayah. Beberapa lainnya adalah aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA) yang mendaftar secara mandiri karena tertarik.
Setelah dibuka dengan doa yang dipimpin oleh Slamet Nur Hidayat, Ketua Bidang ASBO PW IPM DIY, kegiatan pun dilanjutkan dengan tour sebagai acara inti. Narasumber yang dihadirkan ialah Ghifari Yuristiadhi, S.S., M.A., M.M. (Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY yang membidangi Seni Budaya dan Olahraga).
Mengawali tour, narasumber yang akrab disapa Yuris tersebut menjelaskan soal simbol-simbol yang ada pada bangunan Masjid Gede Kauman, “Anda kalau masuk ke ruang kebudayaan Jawa, harus paham dengan simbol-simbol. Sekilas kalau dilihat biasa, tidak ada apa-apa, tapi kalau dilihat lagi maknanya luar biasa.”
Terdapat beberapa titik lokasi yang dianggap saksi sejarah dan dikunjungi pada kegiatan pagi itu. Di antaranya ialah Masjid Gedhe Kauman, Kawedanan Pengulon, TK ABA Kauman, Batik Handel, Langgar Aisyiyah, Pendopo Tabligh, Rumah dan Langgar KH Dahlan, Makam Nyai Ahmad Dahlan, serta SD Muhammadiyah Kauman.
Yuris yang merupakan Dosen Bisnis Perjalanan Wisata Universitas Gadjah Mada (UGM) ini pun menceritakan fungsi-fungsi tiap bangunan baik di masa lalu maupun saat sekarang. Tentunya juga bagaimana kaitan tiap bangunan dengan awal-awal berdirinya Muhammadiyah.
Selain KH Ahmad Dahlan, tokoh-tokoh nasional lainnya seperti Ki Bagus Hadikusumo, KH Fakhruddin, KH Sudja, Nyai Ahmad Dahlan, Abu Bakar Ali, Ahmad Dahlan (cucu KH Ahmad Dahlan), dan sebagainya turut dikupas dalam kegiatan ini.
“Dari 109 tahun perjalanan Muhammadiyah, kita bisa belajar bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang tak pernah berhenti berjuang. Mulai dari memberdayakan dan membebaskan perempuan, berkemajuan dalam pendidikan dengan mengintegrasikan ilmu agama dan umum, berjuang di pelayanan sosial, serta ada banyak tokoh nasional dari Muhammadiyah yang inspirasinya patut kita petik bersama,” tutur Yuris.
Para peserta tampak antusias dan mengharapkan agar kegiatan semacam ini dapat diadakan kembali. Salah seorang peserta, Muhammad Naufal Anshari dari PR IPM SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta mengungkapkan, “Asik banget tadi acaranya, saya jadi punya motivasi buat bikin PR IPM di SMA saya biar aktif.” (Ahimsa)