Merajut Kebersamaan, Kukuhkan Semangat Ikatan
Oleh: Asman
Sampai detik ini, keyakinan akan IMM tidak akan perna pudar dan tergilas oleh waktu. IMM akan selalu ada menjadi perekontruksi peradaban, menuju perbaikan-perbaikan yang solutif. Sebagai organisasi kaderisasi, yang memiliki tujuan untuk membentuk akademisi Islam yang berahklak mulia menjadikan IMM harus tetap konsisten dan komitmen dalam proses mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana tulisan Djazman Al-Kindi yang terbit pada suara Muhammadiyah No. 6/68/1988:16 bahwa eksistensi sebuah organisasi akan di lihat pada komitmen untuk mencapai tujuannya. Komitmen itulah yang kemudian IMM ingin dicapai. Tak terkecuali dengan IMM di Provinsi Sulawesi Tenggara upaya tersebut dilakukan untuk menghadirkan komitmen dalam rangka pemajuan IMM.
Apa yang dikatakan oleh Djazman Al-Kindi memberikan suatu pemahaman bahwa, IMM seharusnya tetap pada komitmen dan konsistensinya dalam menjaga marwah organisasi dengan penguatan kaderisasi sebagai penguatan ideologi. Perpaduan kecerdasan intelektual dan aqidah, yang termanisfestasikan dalam kehidupan sosial individu dan sosial kemasyarakatan. Itulah yang kemudian kepribadian IMM yan gtidak boleh tercerabiut dari akar paradigma kader IMM dimanapun berada. Pada kaitannya dengan IMM Sulawesi Tenggara, yang di depan mata sendang akan menyabut musyawarah daerah tentunya banyak harapan dan keresahan yang harus di jawab secara Bersama-sama.
Untuk menyambut musyawarah tersebut, maka perlunya kita memberikan suatu pandangan tentang bagaimana IMM sultra saat ini. Pentingnya Kembali memahami eksistensi IMM di Sultra sebagai salah satu organisasi mahasiswa Islam yang turut andil dalam proses pembangunan daerah baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan penguatan basis kaderisasi, intelektualitas yang dengan di padukan kecerdasan aqidah harus benar-benar termanisfestasikan.
Menurut saya, ada pergeseran paradigma yang terkonstruk dipikiran kader IMM Sultra yang membawa IMM Sultra kepada realitas kehidupan yang praktis. Keadaan tersebut membuat IMM Sultra bisa dikatakan stagnan dalam gerakan, sebab orientasi yang dibangun tidak berdasarkan paradigma IMM. Menurut Thomas S Kuhn yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “The Structure Of Scientific Revolutions” atau yang disebut dengan peran paradigma dalam revolusi sains mengatakan jika suatu paradigma yang dibangun tidak memberikan suatu perubahan pada suatu realitas, maka harus dibutuhkan paradigma baru untuk mengubah hal tersebut.
Setidaknya IMM hari ini maupun di Sultra itu sendiri, kehilangan tiga hal yang sangat penting bagi IMM, yaitu pertama kehil;angan refleksi tauhid sebagai basis Gerakan keagamaan IMM yang tidak bisa di tinggalkan. Kedua, kepemimpinan yang genuine (tulus) sudah hilang di akibatkan terkoptasinya dengan pemahaman komprador politik praktis, ekonomi yang bersifat personal dan kelompok. Dan ketiga ialah intelektualitas yang bersifat intelektualitas tukang yang hanya tidak mampu memberikan kontribusi kepada kemaslahatan orang banyak. Menurut Edwar Said sorang intelektual memiliki tanggungjawab yang sangat sulit, sebab ia tidak boleh bermesraan dengan kebohongan untuk menipu masyarakat. Begitupun dnegan Antonio Gramsci yang menyerukan intelektual organic yang harus selalu hadir pada masyarakat yang membutuhkan.
Ketiga persoalan tersebut, menjadikan IMM sultra hari ini terjebak pada paradigma yang tidak memberikan kontribusi kepada realitas kehidupan sosila. Ditambah lagi keadaan kolektif yang hilang oleh seluruh komponen yang terlibat pada IMM Sultra. Adanya konflik internal yang berkepanjangan, membuat proses pada pemajuan IMM Sultra terhambat. Pimpinan yang tidak memperdayakan anggotanya akhirnya terjadi kepemimpinan yang sentralitrik. Akhirnya berdampak pada stganasisnya visi serta misi yang dibangun oleh seluruh komponen kader IMM Sultra. Kalua paradigma yang terbangun seperti ini selamanya, maka IMM Sultra akan selalu berada posisi yang tidak berkemajuan.
Perlunya Paradigma Baru
Manurut hemat saya, IMM Sultra perlu mengrekonstruksi Kembali paradigma yang terbangun. Paradigma IMM Sultra harus berdasarkan gerakan ideologi IMM. Menurut Prof. Shri Ahimsa Putra perlu adanya transformasi atas setiap gerakan keagamaan umat Islam saat ini. Maka begitupun dengan tri komptensi dasar IMM perlu di transformasikan menuju satu paradigma yang kokoh yang di sebut dengan “paradigma IMM” paradigma ini setidaknya mampu menjawab persoalan yang ada di IMM Sultra. Kedepan IMM Sultra perlu mengkolaborasikan seluurh sumber daya yang berada pada IMM.
Penguatan basis keagamaan, kaderisasi, konsolidasi organisasi, intelektual, serta merumuskan suatu gerakan penguatan dan penumbuhan serta mengakomodasi keilmuan, skil kader IMM Sultra menjadi sebuah paradigma IMM yang baru, sehingga mampu memberikan perubahan pada seluruh sector. Kuncinya adalah kolaborasi yang selalu terjalin akan membentuk suatu kekuatan organisasi yang terus menerus maju, bukan ekslusif melainkan infklusif.
Merajut Kebersamaan Pada Musyawarah
Di momen nanti, di tempat pelaksanaan musyawarah dilaksanakan kita akan merajut kebersamaan yang selama ini mungkinsedang berada pada posisi tepi jurang, disebabkan masih adanya koptasi atas dinamika internal yang selalu terjadi. Di musyawarah tersebut pula, kita harus Kembali menyatu, berajut Bersama berjalan berdampinagn dalam rangka pemajuan IMM Sultra. Kita akan sangat berdosa jika rumusan tersebut kemudian tidak mampu menajdi suatu niatan yang tulus utnuk kita semua memperbaiki keadaan yang ada. Semangat ikatan adalah semangat menuju perubahan, menuju ijtihad yang berkemajuan. Semua orang siap berkolaborasi untuk IMM Sultra asalkan setiap kita mampu menekan ego dan menunjukkan kedewasaan dalam beroranisasi. Maka dari itu, dengan harapan yang terbaik dan konsep-konsep gerakan yang ada , pasti kita akan dapat mengukuhkan semangat berikatan.
Asman, Kader IMM Sulawesi Tenggara