YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pesantren Mahasiswa K.H. Ahmad Dahlan (Persada) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan “Pelatihan Karya Tulis Ilmiah”. Pelatihan ini dilakukan secara offline di Aula Islamic Center UAD dan online via Zoom dan Youtube di channel “Persada Uad TV” pada Jum’at (26/11).
Acara pelatihan ini dihadiri beberapa pengurus Persada, musyrif dan musyrifah, serta seluruh santri Persada. Adapun narasumbernya adalah ustaz Kaprodi Magister Pendidikan Agama Islam UAD Suyadi. Dalam sambutannya, ustaz Usman (Kepala Bidang Minat dan Bakat Persada) menyampaikan alasan diadakannya pelatihan ini:
“Tentunya ini bukan tidak alasan, tetapi ini adalah sebuah kebutuhan. Kebutuhannya apa? Karena kita, saya, dan antum berada di lingkungan kampus, lingkungan pendidikan dalam suasana thalabul ilmi. Tentunya, kita tidak bisa dilepaskan dari dunia tulis-menulis, yang tadinya bingung bagaimana menulis makalah, bagaimana mencari referensi yang kredibel, referensi yang tepat, sehingga dunia tulis-menulis menjadi bagus,” ungkap Suyadi.
Selanjutnya, ustaz Suyadi sebagai narasumber pelatihan karya tulis ilmiah membuka materi dengan menyampaikan sebuah slogan: “Guru yang berkemajuan adalah guru yang menulis” dan “Guru yang boleh mengajar adalah guru yang terus belajar”.
Setelah itu, beliau menyampaikan pengalaman menulis beliau dimulai sejak kuliah Strata satu (S-1) hingga saat ini. Beliau menulis di sela-sela mengerjakan tugas akhir dan di waktu menunggu sidang tugas akhir. Dimulai dengan menulis cerita atau pengalaman hidup hingga tulisan yang sifatnya serius terkait dengan pendidikan, seperti artikel, jurnal, opini, buku, dan sebagainya.
Ustaz Suyadi menjelaskan bahwa dalam menulis tidak ada teori khusus yang ada adalah teori “menulis bebas”. Maksudnya adalah perbanyak latihan untuk menulis. Tentunya latihan menulis harus berawal dari banyak membaca terlebih dahulu. Sebab, penulis yang baik itu mesti banyak membaca. Semakin banyak membaca, maka tulisan yang dihasilkan akan semakin baik dan bagus.
“Kalau anda mau menulis 1 artikel, maka minimal anda harus baca 20 artikel. Kalau anda mau menulis 1 halaman, maka anda harus baca 20 halaman. Kalau anda mau menulis buku, maka buku yang harus anda baca minimal 20 buku,” ujar ustaz Suyadi.
Tradisi menulis harus dibangun dan dimulai dari sekarang. Ustaz Suyadi menjelaskan bahwa tulisan itu berawal dari ide-ide kecil yang dikompilasikan, sehingga menjadi ide yang besar. Ketika kita mendapatkan ide, maka harus dicatat dengan segera. Sebab, jika tidak dicatat maka ide-ide tersebut akan hilang.
Kemudian, ada dua karakteristik dalam tulisan. Pertama, tulisan dengan menggunakan otak kanan. Ciri-cirinya adalah bebas, umum, unik, menyukai gambar/foto, tidak berdasarkan fakta (intuitif, seperti cerpen, novel, dsb.), pengalaman empiris, dan subjektif. Kedua, tulisan dengan menggunakan otak kiri. Ciri-cirinya adalah teratur (tertib), berurutan, logis, berdasarkan data dan fakta, objektif, serta senantiasa mengoreksi dan menata.
Di penghujung materi ustaz Suyadi menyampaikan terkait dengan tips-tips menulis bagi santri. Pertama, bangunlah tradisi membaca dan menulis setiap hari. Kedua, membacalah sebelum tidur, dan bangunlah di sepertiga malam terakhir. Awali dengan salat sunah Tahajud dan lanjutkan dengan menulis (Tahajud ilmiah). Ketiga, tulislah apa yang selama ini telah diamalkan (dirasakan). Keempat, diskusikanlah apa yang anda tuliskan. Kelima, perbaiki dan kembangkan tulisan setelah didiskusikan. Keenam, Mulailah dari menulis opini di media massa, artikel di jurnal ilmiah, dan buku (fiksi/non fiksi).
Di akhir acara, pengurus Persada meminta kepada perwakilan santri untuk menyampaikan kesannya dalam mengikuti acara ini, serta meminta ustaz Suyadi untuk menyampaikan harapannya pasca diadakannya acara pelatihan ini.
“Keren banget materinya. Kalau aku bilang sih kayak predator buku ya. Semua buku dapat ditulis dalam waktu singkat. Cara menulisnya juga kaya efektif begit. Beliau bisa menulis dengan waktu cepat begitu, menurut saya itu keren banget,” ungkap Nur Fadhilah, salah satu santri putri Persada.
“Seru, nambah pengalaman dan pengetahuan juga, dan ada tips-tips menarik juga tadi,” Ungkap Jefri, salah satu santri putra Persada.
“Tema yang kita bawakan “Gerakan santri Persada menulis”. Santri itu punya tradisi membaca bagus, belum menulisnya. Jadi, kita kembangkan ini karena santri punya tradisi baca bagus tinggal menambah nulisnya. Karena rata-rata penulis yang bagus itu mesti pembaca yang bagus, sehingga harapan kami itu ada grup-grup yang menjadi penulis opini di media massa atau kalau yang mau idealis tugas-tugas kuliah itu tidak hanya sekedar makalah biasa, tetapi harus ditargetkan untuk publish di jurnal, atau bahkan yang lebih idealis lagi, selama dia di Persada di akan menulis satu buku tentang pengalaman di Persada atau dia akan menceritakan kalau dia suka fiksi di akan menulis novel tentang Persada. Kalau dia suka nonfiksi dia akan nulis bagaimana motivasi atau pengalaman dia di Persada, sebagaimana dulu yang saya alami pengalaman-pengalaman itu dapat menjadi konten atau dapat menjadi isi dari buku-buku yang kita tulis,” harap Kaprodi Magister PAI UAD. (Ahmad Farhan)