Muhammad Natsir dalam Kenangan Perjuangan, Kabar Wafatnya Terasa Lebih Dahsyat dari Bom Atom Hiroshima

natsir

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kehidupan Mohammad Natsir sebuah perjalan epik sekaligus semangat epos perjuangan dalam bingkai Islam dan keimanan, seorang tokoh Islam dan juga negarawan teladan yang pada tahun 2008 dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah Republik Indonesia. Pribadi yang gigih berjuang, pemikirannya visoner ke ke depan, sosok yang bersahaja namun kaya legacy semangat pemikiran dan ruh perjuangan yang tak lekang diterpa zaman.

Menurut Adian Husaini selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, “ sosok M. Natsir lahir dari hasil pendidikan yang sangat ideal dan darinya lahir pribadi dengan yang mempunyai adab yang tinggi terhadap ilmu, guru dan orang tua dan model pendidikan seperti inilah yang ideal untuk dikembangkan”.

Hal itu mengemuka dalam sambutan acara Seri Webinar #5 Perjuangan Melawan Kolonialisme: Kontribusi Cendekiawan Muslim di Asia Tenggara, Muhammad Natsir dari Indonesia dan Tan Sri Muhammad Ibrahim dari Malaysia pada Sabtu 4 Desember 2021 yang digelar oleh International Institute of Islamic Thought.

Acara ini dibuka dengan Sambutan dan Pembukaan – Ustaz M. Habib Chirzin, Perwakilan IIIT Indonesia dan Ustaz Dr. Adian Husaini Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII)  dengan dipandu oleh moderator Shahran Kasim.

Presentasi tentang sosok Mohammad Natsir, Indonesia disampaikan oleh -Dr. Imam Zamroji, M.A. dari STID yang membahas betapa sosok Muhammad Natsir  adalah seorang Da’i, Pendidik, Politisi dan Negarawan pejuang kemerdekaan yang teguh dalam Keimanan, pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia yang  ketokohannya disegani oleh kawan mapun lawan.

Mohammad Natsir lahir 17 Juli 1908 di Alahan Panjang Sumatra Barat dan wafat 6 Februari 1993 di Jakarta . Salah satu bukti keteladanan betapa  M. Natsir menjadi penjaga, menyatukan  serta penyelamat Indonesia dari upaya perpecahan adalah apa yang digagasnya berupa Mosi Integral menjadi bukti tokoh-tokoh Muslim dalam menjaga Indonesia.

Fase perjuangan Idonesia setelah KMB ( Konferensi meja Bundar ) ternyata belum usai, Belanda masih berupaya memecah  Indonesia menjadi Negara Serikat (RIS).  Hal inilah yang mendorong Muhammad Natsir sebagai Ketua Fraksi Masyumi di Parlemen RIS berinisiatif untuk mengusulkan pembubaran RIS untuk kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikenal dengan Mosi Integral M Natsir 3 April 1950. Disamping itu beliau adalah Perdana Menteri Indonesia (1950–1951) , Pendiri Universitas Islam Indonesia dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.

Bahkan di masa Orde Baru karena ketokohannya di kancah internasional yang sangat dikenal diminta oleh Soeharto untuk menjadi peloby untuk pemerintah Jepang agar bisa membantu perjuangan masa depan pemerintah Orde Baru di Indonesia yang bersih dan sejahtera, bersamaan dengan cita-cita beliau untuk menciptakan dunia Islam yang stabil, adil, sejahtera dengan kerja sama Jepang.

Bahkan diakhir hayatnya pada 6 Februari 1993 di Jakarta dalam usia 85 tahun mantan Perdana Menteri Jepang, Takeo Fukuda dalam suratn belasungkawanya tertanggal 8 Februari 1993, yang ditujukan kepada keluarga besar Mohammad Natsir, Takeo Fukuda menulis, bahwa berita wafatnya Mohammad Natsir, terasa lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima dan kehilangan pemimpin dunia, dan pemimpin besar dunia Islam. Peranan beliau masih sangat diperlukan dalam mengkoordinasikan dunia yang stabil.

Selanjutnya Presentasi 2  disampaikan Dr Aida Othman Partner at Zaid Ibrahim & Co and Managing Director at ZICO law Shariah Advisory Services Sdn Bhd  yang membahas tentang Tan Sri Prof. Dr. Ahmad Ibrahim, seorang cendekiawan Muslim dari Malaysia dengan oaoaran berjudul “Permata Pengislahan Perundangan Islam”.

Profesor Emeritus Tan Sri Ahmad bin Mohamed Ibrahim lahir 15 Mei 1916 di Singapura dan wafat 17 April 1999 merupakan tokoh undang-undang Islam di Malaysia dan diiktiraf sebagai bapa undang-undang Malaysia.

Beliau merupakan pakar di bidang aspek undang-undang sivil maupun undang- undang Islam yang telah memberikan sumbangan yang amat besar kepada perkembangan undang-undang Islam di Malaysia dan hal ini juga temasuklah jasa beliau dalam sektor perbankan Islam.

Lebih lengkapnya bisa disimak dalam tayangan https://www.youtube.com/watch?v=mF0yZOHpCwE.

Dengan mengenal, memahami dan mendalami sejarah dan pemikiran tokoh serta cendekiawan Muslim  ini hendaknya menjadi bekal untuk mensikapi perkembangan terkini serta mengupayakan terwujudnya misi Islam yang rahmatan lil ‘alamin. (Arief Hartanto)

Exit mobile version