JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Semangat Islam Berkemajuan adalah memberikan solusi atas segala problem kehidupan sebagaimana spirit dakwah Islam rahmatan lil alamiin. Diantaranya melalui upaya untuk mendampingi saudara-saudara kelompok difabel agar memperoleh keberpihakan, perhatian, dan penghormatan.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman menyebut upaya persyarikatan Muhammadiyah membersamai dan memberikan pendampingan kepada kelompok difabel merupakan bagian dari jihad kemanusiaan. “Persyarikatan Muhammadiyah berusaha dengan serius menjadi bagian yang terus memberikan solusi bagi permasalahan,” tuturnya dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jum’at (10/12/2021).
Ajaran Islam telah memberikan prinsip yang luhur sebagaimana tauhid mengajarkan agar umat manusia menghormati seluruh kehidupan. Yang seyogyanya umat Islam menghormati sisi kemanusiaan apapun kondisinya. Maka, Pimpinan Pusat mengajak kepada segenap warga persyarikatan agar upaya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak dapat dilakukan secara nyata. Membersamai Kelompok Difabel baik secara teologi, advokasi kebijakan, dan sistem gerakan.
Peran-peran yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam rangka membersamai kelompok difabel terus dikembangkan. Mulai dari kebijakan maupun gerakan-gerakan yang berpihak dalam rangka memberikan hak kepada kelompok difabel. Contoh sederhana salah satunya dalam Amal Usaha Muhammadiyah harus ramah terhadap difabel. “Masjid-masjid di Muhammadiyah harus ramah terhadap difabel, bahkan ranting dan cabang kita harus ramah terhadap difabel,” tutur Agus Taufiqurrahman.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menerbitkan pedoman berupa Fikih Difabel. Hal ini merupakan tuntunan agar umat Islam dan khususnya warga Muhammadiyah agar memiliki sikap yang benar secara teologis dan praktinya dalam kehidupan sehari-hari.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan terdapat sekitar 15% dari penduduk dunia adalah kelompok difabel. Menurut Agus Taufiqurrahman angkanya bisa naik turun karena bisa bertambah dengan problem penyakit yang terus bertambah. Bahkan adanya bencana alam atau berbagai peristiwa yang menjadikan kelompok difabel bertambah.
Sementara itu, Ketua Himpunan Difabel Muhammadiyah Fajri Hidayatullah menyebut masih banyak praktik diskriminasi dalam berbagai sektor kehidupan terutama pelayanan publik terhadap penyandang difabel. Penting untuk membangun cara pandang agar memanusiakan manusia terutama kepada saudara-saudara kelompok difabel. Diharapkan Muhammadiyah menjadi lembaga yang dapat memfasilitasi sekaligus mendinamisasi kerja-kerja advokasi publik terhadap penyandang difabel.
Ustadz Ali Yusuf dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyebut perlu memberikan kesempatan, membuka ruang dan berbagi peran dalam menerapkan Fikih Difabel. Juga memberikan pendampingan dan penyantunan terhadap kelompok difabel tertentu yang membutuhkan perhatian. Juga sisi lain dari spirit fikih Al-Maun yang sudah menjadi bagian dari gerak langkah dakwah Muhammadiyah.
Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah M Nurul Yamin mengungkapkan ada banyak ragam penyandang difabel, maka perlu ragam cara juga pendekatan dan strateginya. Salah satunya adalah membangun kesadaran dari keluarga dan komunitas ramah difabel. MPM telah medampingi berbagai kelompok agar lebih berdaya dan membuat koperasi bank difabel. Baru-baru ini kelompok dampingan MPM turut membuat APD bagi nakes. Apresiasi seni budaya dan olahraga bagi difabel. Termasuk mendorong afirmasi beasiswa bagi kelompok difabel. (rpd)