Refleksi Hari Ibu: Wahai anakku, Maafkan Ibumu yang (belum) Sempurna
Wahai anak-anakku yang terlahir dari rahimku
Wahai anak-anak zamanyang tersebar di penjuru dunia
Tanggal 22 Desember diperingati menjadi hari Ibu, merupakan buah dari keputusan Kongres Perempuan III yang diselenggarakan pada tahun 1938 di Bandung. Dimana Aisyiyah juga hadir di dalamnya dan berperan di dalam momentum penting ini.
Refleksi hari ibu kali ini,tentu saja bukan sekedar ceremony memperingati hari ibu setiap tanggal 22 Desember. Karena sesungguhnya peran ibu nyaris full time 24 jam, setiap saat dan setiap waktu. Setiap detak jantung..
Ibu sebagai seorang sosok manusia istimewa, yang multi perannya diharapkan mampu membangun peradaban manusia, peradaban yang membawa pada kehidupan yang berkemajuan dan mencerahkan. Sudahkah peran ini kita lakukan? Sudahkah menjadi madrasah pertama bagi anak anak kita? Sudahkah kehadiran kita menjadi sosok panutan bagi mereka.
Anakku…Maafkan Ibumu,,,
Disaat engkau belum mengerti apa-apa, karena usiamu masih terlalu dini, ibumu terkadang menuntutmu untuk mengerti banyak hal, menuntutmu untuk memahami kondisi orang tuamu,menuntutmu untuk menjadi anak yang manis dan rapi.. menuntutmu dengan banyak hal yang tak kau mengerti,, sehingga terkadang emosi ini terluapkan di saat engkau tidak seperti yang diinginkan ibumu..
Anakku ,, maafkan ibumu,
yang tak mampu memberikan keteladanan yang baik padamu, tetapi menuntutmu menjadi anak yang serba baik..
Anakku,,, maafkan ibumu
Yang tidak punya banyak ilmu, sehingga tak mampu mendidikmu dengan cara yang benar, mendidik tauhid, ibadah, akhlak, muamalah dan juga life skill. Untuk dituntut menghadapi zaman yang serba canggih, tetapi bekalmu kurang, karena ketidakmampuan ibumu..
Anakku,, maafkan Ibumu
Terkadang memaksamu melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan bakat dan minatmu, tetapi hanya menuruti kemauan ibumu..
Anakku, engkau yang sering merindukan tempat curahan hati, pelukan dan kasih sayang..tetapi terkadang ibumu sibuk dengan urusan di luar.. maafkan ibumu anakku…
Anakku… maafkan ibumu, yang belum mampu menjadi ibu sempurna seperti yang engkau harapkan. Mungkin engkau sangat iri dengan temanmu yang mempunyai ibu yang begitu sempurna. Semoga masih ada waktu bagi ibu untuk berbenah, memperbaiki apa yang kurang.
Anakku, ….
bantu ibumu menjadi ibu yang kau rindukan,
ibu yang hadirnya menyejukkan hatimu,
ibu yang keberadaannya menyempurnakan kekuranganmu..
Ibu yang melimpahkan kasih sayang dan kesabarannya untukmu
Ibu… yang bisa bersama samamu menuju surgaNya.
Anakku… teruslah menjadi guru yang baik bagi ibumu, guru yang mendidik kesabaran, keihklasan dan daya juang ibumu tanpa batas, agar ibumu tak pernah berhenti belajar menjadi Ibu.. Belajar sepanjang hayat menjadi seorang ibu untuk anak anak zaman yang terus berkembang..
Anakku… dengarlah nasehat Rasulullah SAW ini..
Dikeluarkan oleh Imam an-Nasâ-i (6/11), al-Hâkim (2/114 dan 4/167) dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr (2/289), dengan sanad mereka dari Mu’awiyah bin Jahimah as-Sulami bahwa ayahnya Jahimah as-Sulami Radhiyallahu anhu datang kepada Nabi Muhammad n dan berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Wahai Rasûlullâh! Aku ingin ikut dalam peperangan (berjihad di jalan Allâh Azza wa Jalla ) dan aku datang untuk meminta pendapatmu.
” Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mempunyai ibu?”
Dia menjawab, “Ya.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tetaplah bersamanya! Karena sesungguhnya surga ada di bawah kedua kakinya.”
Anakku… bantulah ibumu, agar surga yang mulia itu pantas berada di bawah kaki ibumu, agar engkau bisa memasukinya dengan mudah, agar hidupmu kelak berbahagia dan membahagiakan
Untukmu…wahai anak anakku yang terlahir dari rahimku, anak-anak ideologisku, anak anak zaman yang tersebar di berbagai penjuru dunia, .. bantulah Ibumu.. menjadi ibu yang sempurna
Selamat hari Ibu… untuk semua Ibu Sholihah berkemajuan
Fastabiqul Khoirot
Nur Ngazizah
MT PWA Jawa Tengah