In Memoriam: KH Dahlan Yusuf, Tebang Pohon Berantas Syirik
Oleh: Haidir Fitra Siagian
Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Telah berpulang ke rahmatullah, Ustaz K.H. Dahlan bin Yusuf atau biasa dikenal dengan Ustaz Dahlan Yusuf, kemarin (Kamis, 13 Januari 2022). Adik-adik aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah Sulawesi Selatan mengabarkan berita duka ini melalui berbagai jenis media sosial dan juga media online. Kita merasa kehilangan sosok ulama yang dekat dan dicintai oleh masyarakat. Ceramahnya mudah dimengerti oleh semua kalangan. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Muhajir Effendi, pun turut berduka cita atas meninggalnya ulama sepuh Muhammadiyah Sulawesi Selatan ini.
Ustaz Dahlan Yusuf adalah mantan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan periode 2000-2010 dan jabatan terakhirnya adalah penasihat PWM Sulsel periode 2015 hingga sekarang. Boleh dikatakan bahwa beliau termasuk ulama yang paling senior di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Almarhum lahir di Kabupaten Sidrap, 20 April 1942. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Istrinya bernama Dra. Hj. Muliati Daud, M.Hum dan memiliki tujuh orang anak yang telah memberikan sebanyak 20 orang cucu. Pekerjaan terakhir adalah pegawai Departemen Agama Provinsi Sulawesi Selatan dengan jabatan sebagai Kepala Bidang Urusan Haji hingga akhir tahun 1990-an.
Almarhum pernah menjadi Kepala Kantor Departemen Agama di Kabupaten Sinjai tahun 1980-an. Menurut seorang teman yang bernama Dr. Ilham Hamid, Wakil Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, sudah mengenal almarhum pada saat itu. Dikatakannya bahwa almarhum juga aktif dalam memberikan ceramah dan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat. Bahkan almarhum pernah menebang pohon di Sinjai. Sebab pohon itu pernah dijadikan tempat keramat oleh masyarakat yang menjurus kepada perbuatan syirik.
Apa yang dilakukan oleh Ustaz Dahlan tersebut mengingatkan kita kepada kiprah pendiri Persyarikatan Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Dimana salah satu tujuan utama berdirinya Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran Islam yang ada di tengah-tengah masyarakat saat itu. Di antaranya adalah memberantas perbuatan syirik, yakni perilaku yang mempercayai benda-benda tertentu dengan cara menyembah atau memberikan makanan kepada pohon, batu, sungai, pantai dan sebagainya. Sejak beliau menebang pohon dimaksud, tidak ada lagi masyarakat Sinjai yang mempercayai pohon keramat.
Selain berkiprah sebagai Pegawai Negeri Sipil, almarhum juga dikenal aktif dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Beliau pernah menjadi Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Panakkukang dan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kotamadya Ujungpandang awal tahun 1990-an. Setelah itu, beliau masuk menjadi Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan tahun 1995. Kemudian pada tahun 2000 sebagai Koordinator Majelis Wakaf dan Kehartabendaan, serta menjadi Wakil Ketua PWM Sulawesi Selatan hingga tahun 2010. Juga pernah menjadi Anggota Sidang Tanwir Muhammadiyah menggantikan almarhum Prof. Radhi Al Hafid.
Selama hampir lima belas tahun, saya sering bersama beliau dalam kedudukan sebagai staf kantor PWM Sulawesi Selatan. Banyak kenangan dengan almarhum. Beliau memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi dalam mengurus umat Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah. Setiap tugas yang diembankan kepadanya, dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Tidak jarang beliau mengeluarkan uang pribadinya untuk membiayai perjalanan dakwah Muhammadiyah. Berbeda antara dulu dengan sekarang. Waktu itu keuangan Muhammadiyah Sulawesi Selatan masih sangat terbatas. Jadi membeli bahan bakar minyak, sewa penginapan dan makan di perjalanan, kerap kali harus keluar dari kantong pengurus.
Kami pernah ‘’terdampar’’ dan terpaksa bermalam di sebuah masjid di kawasan Kabupaten Luwu Utara. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2004, ketika kami pulang ke Makassar dari kegiatan Muhammadiyah di Kota Sorowako Kabupaten Luwu Timur. Jarak antara Makassar dengan Sorowako sekitar 600 km. Kami terpaksa bermalam di masjid, karena STNK mobil kami diambil oleh pihak kepolisian. Alasannya kami diduga menabrak pengendara sepeda motor di sekitar Kecamatan Wotu. Setelah negosiasi, kami diminta datang menjelaskan ke Kantor Polres Luwu Utara di Masamba. Ustaz Dahlan sebagai orang tua, mengatakan kepada polisi, bahwa kami tidak menabrak siapapun.
Untuk memperjelas ada tidaknya pelanggaran, kami bersama dengan dua petugas polisi yang berjaga dengan senjata laras panjang, pada tengah malam terpaksa balik ke belakang sekitar 70 km. Setiba di Wotu, kami mengecek ke kantor Polsek. Petugas di Polsek mengatakan, tidak ada laporan kecelakaan lalu lintas hari itu. Kami juga sempat mengecek ke lokasi kejadian dan menanyakan kepada kepada desa setempat. Kepala desa mengatakan, tidak ada kecelakaan lalu lintas di desa sepanjang hari. Dengan demikian, kami aman. Hanya saja, STNK berada di petugas polisi lain yang sudah pulang. Sedangkan petugas jaga mengatakan, tidak berani memintanya karena sudah larut malam. Dia menyarankan agar menunggu sampai pagi hari. Itulah sebabnya, kami mencari masjid untuk istirahat.
Selama bersama almarhum, di antara kelebihan almarhum dalam pandangan saya adalah kegemarannya melaksanakan silaturahmi ke tokoh-tokoh masyarakat dan juga keluarganya. Setiap kami berangkat ke daerah untuk urusan dakwah dan kegiatan organisasi, beliau selalu menyempatkan diri bertemu dengan tokoh masyarakat di daerah yang dikunjungi. Misalkan ketika kami ke Sinjai dan Soppeng, menyempatkan diri bertemu dengan ulama maupun tokoh masyarakat (opinion leader) setempat, meskipun bukan dari kalangan Muhammadiyah.
Demikian pula dengan silaturahmi kepada keluarganya yang dilalui sepanjang perjalanan. Kami sering singgah di Bone, Pangkep dan Maros sepulang dari melaksanakan kunjungan daerah. Setiap akan singgah di rumah keluarganya, almarhum terlebih dahulu singgah di toko atau warung untuk membelikan oleh-oleh. Hal ini pula yang menyebabkan saya memiliki banyak kenalan di berbagai daerah Sulawesi Selatan.
Wassalam
Haidir Fitra Siagian, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Aluddin Makassar / Ketua PRIM NSW Australia