AMM Depok Mengaji, Cetak Intelektual Muda yang Qur’ani
SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Depok, Sleman, kembali mengadakan AMM DEPOK MENGAJI, pertama di tahun 2022. Acara ini rutin diadakan setiap bulan dari masjid ke masjid yang ada di wilayah Depok. Beberapa waktu yang lalu, AMM Depok Mengaji diadakan di Masjid Al Qomar Gowok Caturtunggal Depok Sleman.
AMM Depok Mengaji edisi Januari ini mengangkat tema, “Pemuda Al-Qur’an: Mencetak Intelektual Muda yang Qur’ani” dan menghadirkan Bupati Sleman periode 2010-2021 Drs. H. Sri Purnomo, M.Si sebagai penceramah. Acara ini dihadiri oleh Ketua PCM Depok Drs. H. M. Jumiran, M.Pd.I., Panewu Depok Wawan Widiantoro, S.IP., M.P.A., Anggota DPRD Kabupaten Sleman H. Ardi, S.Ag., M.MPar., M.M. juga para senior PCM Depok, segenap AMM Depok, dan tamu undangan lainnya.
Menurut uraian Sri Purnomo, di dalam Al-Qur’an, kata pemuda disebut dengan fataa dan fatayat di beberapa surat, salah satunya dalam Al-Anbiya ayat 60. Ayat tersebut, mengisahkan seorang pemuda yang menghancurkan patung berhala dan pemuda tersebut bernama Ibrahim yang kelak akan menjadi seorang Nabi. Di masa kecilnya, kaum Nabi Ibrahim adalah penyembah berhala, bahkan ayahnya yang bernama Azhar bekerja sebagai pembuat patung berhala.
Nabi Ibrahim saat itu mengingatkan ayahnya untuk tidak lagi menyembah dan membuat patung berhala, lalu selanjutnya terjadi perdebatan panjang antara dia dengan ayahnya. Beranjak remaja, Nabi Ibrahim berinisiatif untuk menghancurkan semua berhala yang dimiliki oleh kaumnya hingga menyisakan satu patung berhala yang besar.
Karena peristiwa tersebut, Raja Namrud yang memerintah saat itu menjatuhkan hukuman kepadanya yaitu dibakar hidup-hidup. Namun, saat dibakar atas kuasa Allah api tersebut menjadi dingin bagi Nabi Ibrahim.
Dari kisah tersebut, bisa diambil hikmah, yang pertama bahwa Nabi Ibrahim merupakan sosok pemuda dalam Al Qur’an sebagai suri teladan. Ia berani menegakkan kebenaran di atas umumnya adalah kemungkaran yang ada di wilayahnya.
“Itulah mereka pemuda yang berpendirian kuat karena dibimbing langsung oleh Allah sehingga dapat berani menyampaikan kebenaran untuk amar makruf nahi mungkar,” ungkap Sri Purnomo.
Kemudian, pemuda lainnya yang disebut dalam Al-Quran adalah Nabi Musa. Di masa kecilnya, ia hidup di bawah asuhan Raja Fir’aun setelah sebelumnya istrinya, yaitu Asiyah menemukan Musa di sungai Nil. Kala itu, terdapat aturan di mana setiap bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh setelah Raja Fir’aun diberikan ramalan bahwa akan ada seorang bayi laki-laki yang saat dewasa akan memusuhinya.
Setelah Nabi Musa beranjak dewasa, terjadi sebuah insiden perkelahian antara seorang pemuda dari Bani Israil dengan bangsa Mesir. Pemuda Bani Israil itu meminta pertolongannya dan tanpa pikir panjang Nabi Musa meninju pemuda Mesir dan kemudian mati, hanya dengan sekali tinju. Kisah ini tertuang dalam Al Quran surat Al-Qashash ayat 15.
Peristiwa pembunuhan pemuda Mesir tersebut oleh Nabi Musa rupanya telah sampai ke telinga Fir’aun dan membuatnya marah. Ia kemudian memburu Nabi Musa. Seorang pemuda dari Bani Israil memberi tahu Nabi Musa tentang Fir’aun yang mengejar dia, Nabi Musa yang saat itu diliputi penyesalan karena sudah membunuh kemudian berlari menghindari Fir’aun dari Mesir hingga sampai ke Negeri Madyan.
Sesampainya di Madyan, Nabi Musa menjumpai dua orang gadis perempuan yang juga membawa ternaknya menunggu untuk meminumkan ternaknya. Diliputi rasa penasaran, Nabi Musa pun mendekati keduanya dan bertanya mengapa kedua gadis itu meminumkan ternaknya di tempat yang dikerumuni oleh banyak penggembala lelaki.
Salah seorang dari mereka menjelaskan kalau mereka tidak mungkin bisa memberi minum ternaknya sampai para penggembala tersebut pulang, sehingga sumber air tersebut kosong barulah keduanya bisa meminumkan ternaknya. Kedua gadis itu tak punya saudara laki-laki yang bisa bekerja untuk meminumkan ternaknya, sementara ayahnya sudah tua renta.
Nabi Musa melihatnya sebagai sebuah ketidakadilan. Lantas, ia menyingkirkan para penggembala laki-laki itu dan kedua gadis tersebut dipersilahkan memberi minum ternaknya. “Dari kisah ini, terdapat hikmah pemuda yang kedua, yaitu mampu melihat ketidakadilan dan berinisiatif untuk memberikan bantuan bagi yang membutuhkan, dilakukan dengan sebaik-baiknya” papar Ketua Dekranasda Kabupaten Sleman ini.
Kemudian, terdapat kisah pemuda yang ketiga, yakni Ashabul Kahfi. Dalam surat Al-Kahfi, mereka diceritakan sebagai kumpulan pemuda yang beriman kepada Allah swt di tengah-tengah umat dan penguasa yang sangat jahiliyah, sehingga dipaksa untuk menyembah berhala. Karena itulah, para pemuda yang beriman tersebut meninggalkan kaumnya dan saat perjalanan beristirahat di sebuah gua.
Menurut beberapa tafsir, mereka beristirahat di dalam gua sebenarnya ditidurkan sementara oleh Allah selama 300 tahun, meskipun para pemuda itu merasa tertidur hanya semalam. Ketika mereka bangun dan keluar dari gua, kehidupan di kotanya sudah berubah drastis.
“Di sinilah hikmah pemuda yang ketiga, bahwa mereka para ashabul kahfi adalah golongan pemuda yang berani untuk tidak patuh kepada penguasa yang jahat dengan memaksa menyembah berhala. Mereka tahu kalau itu tidak benar dan tetap percaya pada Allah swt sehingga berani untuk hijrah meninggalkan kaum itu,” jelasnya.
Selain berpesan untuk meneladani kisah para pemuda dalam Al-Qur’an tersebut, Sri Purnomo juga berpesan kepada para jamaah, terlebih AMM Depok untuk tidak meninggalkan shalat, terutama shalat jamaah lima waktu dan senantiasa memakmurkan masjid.
“Sebaik-baik perbuatan adalah melaksanakan shalat tepat pada waktunya, lebih baik lagi dengan berjamaah. Alangkah indahnya ketika para pemuda-pemudi ini bisa shalat berjamaah di masjid, khususnya di waktu subuh. Maka, para aktivis AMM harus punya prinsip shalat harus berjamaah di masjid,” tegasnya. (Dzikril Firmansyah/Bidang Media PCPM Depok)