Mengejar Jihad Meninggalkan Cinta

alif

Mengejar Jihad Meninggalkan Cinta: (Lanjutan tulisan Tangisan Cinta: Aku Tidak Ingin Jatuh Cinta Lagi)

Oleh: Alif Sarifudin

Seorang ayah akan meneteskan air mata bahagia kalau mendapati 5 perkara

  1. Ketika bertemu dengan pujaan hatinya
  2. Ketika melihat istri dan anaknya setelah berjuang sukses dalam persalinan
  3. Ketika melihat anak-anaknya sukses
  4. Ketika melihat anak-anaknya di pelaminan
  5. Ketika bisa berbagi dengan cucu-cucunya

Itulah yang diimpikan oleh Bachreisy. Tapi impian itu menjadi kandas ketika gadis yang dicintainya telah pergi meninggalkannnya karena telah memilih dengan pujaan hati si gadis. Ternyata gadis itu tidak setia lebih memilih yang lebih dari dirinya. Lebih kaya dan lebih menjanjikan untuk masa depannya. Gadis itu tidak mencintai Bachreisy karena ketidakcocokan dengan selera dan kekuatan iman.

Ketika mentari pagi bersinar dengan cerah, burung pagi berkata kepada teman-temannya marilah kita mencari cinta untuk keluarga kita. Burungpun tidak selamanya berhasil mencari cinta, kadang gagal dan tidak kembali kepada keluarganya. Ternyata langit tidak selamanya biru. Bunga tidak selamanya mekar. Warna tak selamanya indah. Ketahuilah ada pelangi di balik badai. Senyum di setiap air mata. Berkah di setiap cobaan. Kemudahan di saat kesulitan. Jalan setiap ada masalah. Dan bahagia di balik tangisan cinta.

Namanya Muahammad Bachreisy. Ia seorang yang dilahirkan dalam serba kekurangan . Ayah dan ibunya miskin. Dilahirkan pada hari Jumat, 20 Januari 1995. Ayahnya bernama Ahmad dan ibunya bernama Lia. Lahir dari orang tua Muslim, sejak kecil ia telah dididik dengan nilai-nilai Islam. Ketika Bachreisy berumur 10 tahun, Ia berhijrah dari tanah kelahirannya dan menetap di Jakarta bersama saudara ayahnya Jamaluddin namanya.

“Ini Bachreisy, anak yang pandai. Nanti ia akan menjadi murid engkau,” ucap ayah Bachreisy memerkenalkan putranya. Permintaan Ayah diterima, Bachreisy yang dalam masa transisi dari anak-anak menuju remaja menjadi murid Jamaludin dan tetap melanjutkan peran tersebut hingga ayahnya dan Jamaludin wafat.

Selama membersamai keluarga Jamaludin di Jakarta, Bachreisy yang cerdas ini berusaha memanfaatkan peluang secara optimal. Ia senantiasa menimba ilmu  di sisa-sisa waktu dari guru sekaligus ayah angkat Jamaludin sampai beliau sampai wafatnya, yakni saat dirinya berumur 20 tahun.

Ia amat rajin bermulazamah (menimba ilmu secara privat dan berhadapan langsung) kepada Sang guru, Jamaludin. Kedekatan inilah yang membuatnya menduduki di hati Jamaludin dan sangat disayangi dibandingkan dengan anak-anaknya yang berjumlah empat orang.

Bachreisy benar-benar seorang pembelajar. Selain kepada Jamaludin, ia juga menimba banyak ilmu kepada gurunya ayah angkat Jamaludin, yakni Agus Salim, Ahmad Yaqub, dan siapa saja yang menurut Bachreisy sesuai dengan keilmuannya.

Penguasaannya akan ilmu membuat Bachreisy mampu mendidik banyak murid yang kemudian menjadi orang-orang yang berperan penting dalam perjuangan mengejar jihad dan meninggalkan cinta. Mereka antara lain, Hasan, Ibnu Sirin, Yahya. Selain bergelut di dunia keilmuan, Bachreisy juga mengabdikan diri di dunia persilatan, bahkan sejak usianya masih belia ia menjadi pegulat tangguh.

Saat pecahnya Perseteruan  antar etnis di daerah minoritas muslim pada tahun 2020 dirinya baru beranjak remaja. Setelah Jamaludin, ayah angkatnya wafat bersamaan dengan itu ayahnya juga wafat, lelaki yang digelari Abu Jamal ini turun ke medan pertikaian untuk membantu dan mendampingi teman-temannya yang dibantai. Selama hidupnya, tercatat sebanyak delapan kali ia terjun ke medan tempat terjadinya perseteruan. Ia juga salah seorang yang berbai’at dalam peristiwa saat Islam dilecehkan ia siap tampil sebagai pejuang.

Satu keistimewaan yang dimiliki Bachreisy adalah, ia memeroleh doa khusus dari ayahnya dan ayah angkatnya serta ibunya yang orang desa di saat hari penyerahan Bachreisy kepada keluarga Jamaludin. Waktu itu, selain memohon agar Jamaludin menerima Bachreisy  sebagai pembelajar, ibunya juga minta kepada Jamaludin untuk mendoakan putra yang sangat disayanginya. Dan beliau pun berdoa bersama ayah dan ibunya.

Ya Allah, Berilah keberkahan hidupnya, menjadi ahli jihad dan ahli ilmu, serta masukkanlah ia ke dalam golongan orang-orang shaleh.  Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa orang-orang hebat di samping Bachreisy. Di samping kedalaman dan keluasan ilmu, Bachreisy  juga dikaruniai semangat membela perjuangan Islam dan menjadi ahli ilmu hingga dikaruniai harta yang berkah. Tanaman yang ia tanam di daerah pedalaman  berbuah dua kali dalam setahun melebihi pada umumnya sebagai teman dalam perjuangan.

Di usia senjanya, Bachreisy semangat memperjuangakan kemampuannya. Hartanya habis untuk mendirikan Pondok pesantren. Dia telah meninggalkan cinta dunia, harta, bahkan wanita yang dicintainya. Ia tidak ingin jatuh cinta lagi karena hanya membuat derita dan mengalami sakit. Ia telah mempunyai santri ribuan hingga banyak yang menjadi hafidzah.

Ketika Bachreisy sakit. Saat itu ditawarkan kepadanya untuk didatangkan seorang dokter. Namun ia menolak dengan berucap, ”Seorang dokter hanya akan menyakitiku.” Ia memohon agar ditalqinkan saja. Kalimat thayyibah menjadi bacaan yang diulang-ulangnya di saat-saat terakhir, sampai berpisahnya ruh dengan jasadnya. Pesan Bachreisy yang sering disampaikan kepada santrinya adalah ayat-ayat berikut.

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَـٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌۭ [٣١:١٢]

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ [٣١:١٣]

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ بِوَ‌ٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍۢ وَفِصَـٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَ‌ٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ [٣١:١٤]

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

وَإِن جَـٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌۭ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًۭا ۖ وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ [٣١:١٥]

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

يَـٰبُنَىَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍۢ مِّنْ خَرْدَلٍۢ فَتَكُن فِى صَخْرَةٍ أَوْ فِى ٱلسَّمَـٰوَ‌ٰتِ أَوْ فِى ٱلْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌۭ [٣١:١٦]

(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَ‌ٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ [٣١:١٧]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ [٣١:١٨]

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

وَٱقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَٱغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلْأَصْوَ‌ٰتِ لَصَوْتُ ٱلْحَمِيرِ [٣١:١٩]

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Ada tujuh nasihat Luqman kepada anaknya. Nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya itu diabadikan dalam QS Luqman ayat 13-19.

Tujuh nasihat Luqman itu di antaranya

pertama, jangan menyekutukan Allah,

kedua, berbuat baik kepada orang tua,

ketiga jangan mengikutinya (orang tua) jika untuk menyekutukan Allah,

keempat LAKUKAN kebaikan dan JAUHI keburuhkan. Sebab  meski sebesar biji sawi akan ada balasnya.

kelima dirikanlah sholat, zakat dan suruhlah manusia (berdakwah) kepada kebaikan, cegah jika mereka melakukan hal yang mungkar dan bersabarlah ketika mengalami kesulitat dalam berdakwah itu.

Keenam jangan memalingkan muka karena sombong dan jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh.

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ “….Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqman: 18)

Ketujuh, sederhanlah dalam berjalan dan jangan mengeraskan suara.

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS Luqman: 19).

Itulah yang ditanamkan betul oleh Bachreisy kepada santrinya, terutama yang ketujuh yakni sederhanalah dalam berjalan. Artinya ketika kita berjuang jangan menunjukkan kesombongan tetapi sederhanalah sesuai kemampuan.  Kini Bachresy sudah wafat dalam usia yang cukup berumur yakni 80 tahun. Jasadnya di makamkan di samping pondok kesayangannya, yakni Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Bacharaeisy. Semoga menjadi amal dan penolng cintanya yang hilang di dunia dan ditemukan di akhirat bersama para bidadari surga.

Nashrun Minallah Wa Fathun Qorieb

Tegal, 26 Januari 2022

Exit mobile version