Umi Sayangi Aku
Alif Sarifudin Ahmad
Seorang ibu akan merasa tenang ketika melihat anaknya bahagia, sehat, penuh suka cinta. Ibu sebagai bagian dari orang tua yang sangat dekat dengan anaknya akan menghabiskan segalanya demi anaknya. Jiwa dan raganya rela diserahkan dan dikorbankan untuk kebahagiaan anaknya.
Seorang ibu rela menderita asal anaknya bahagia. Begitu besar pengorbanan seorang ibu sehingga akan dibanggakan oleh anak-anaknya. Anak yang baik akan merasa bangga terhadap ibunya dan berkata dengan bahasa hati anak,
Saat aku bahagia,
Kau cintai aku dengan ketulusanmu.
Saat aku bersedih,
Kau hibur aku dengan tawa dan candamu.
Umi janganlah jauh dari diriku, aku sayang padamu umi
Umi aku ingin menjadi hafidzah
Tuk sinari dunia ini bersamamu
Umi ijinkan aku menyayangimu, memakaikan mahkota kelak
di surgamu
Tetes air mata dan doa darimu adalah kekuatan untuku
Itulah lirik nada dan dakwah penulis yang telah diunggah dalam chanel youtube Ust. Alif Sarifudin yang berjudul “Umi Sayangi Aku”. Lagu yang dinyanyikan oleh Tavisha Neha itu merupakan cerminan dari cita-cita dan suara hati para hafizah ketika berjuang dengan semangat hafalannya.
Begitu sayangnya seorang Ibu kepada Anaknya, beliau tak pernah rela ketika anaknya sedih. Mungkin di antara kita banyak yang belum tahu bahwa seorang Ibu sangat mencintai anaknya. Begitu cintanya kepada anaknya, beliau selalu memohon kepada Allah Ta’ala di sepertiga malam terakhir dalam kesendirian agar menyelamatkan anaknya dari berbagai penderitaan.
Hidupnya penuh dedikasi kepada anakya, waktunya habis untuk memikirkan kemaslahatan anaknya. Berjuang untuk anak, mengorbankan air mata dan darah, bahkan nyawa dipertaruhkannya untuk anak. Sampai di ujung hayatnya, anak yang jadi prioritas perhatiannya.
Anak yang tahu membalas jasa ibunya pasti akan terus berjuang membahagiakan ibunya.
- Berdoa untuk ibunya Setiap Salat.
- Berusaha meniru perbuatan baik ibunya
- Bahkan berjuang untuk keinginan ibunya. Ingatlah kisah Uwais Al-Qorni yang telah berjalan kaki ribuan kilometer untuk menggendong ibunya demi melaksanakan keinginan ibunya melaksanakan ibadah haji.
Seorang perempuan atau istri yang ditinggal wafat suaminya, kemudian memilih single parent untuk merawat anak-anaknya, ternyata memiliki keutamaan yang besar di akhirat kelak. Mengapa demikian dan apa keistimewaannya sehingga mendapat keutamaan? Tugas merawat anak adalah tanggung jawab suami dan istri. Maka bila salah satu pihak meninggal dunia, tugas akan dibebankan kepada istri atau suami. Merawat anak sendirian, tentu saja bukan hal yang mudah, bahkan sangat berat jika dilakukan oleh seorang istri sendirian. Maka dari itu, jika perempuan tersebut berkenan untuk menikah kembali agar ada yang memberi nafkah sang anak, hal itu diperbolehkan. Namun jika perempuan akhirnya memilih untuk tak menikah lagi, dengan kesetiaannya kepada sang suami. Juga atas kekhawatirannya jika menikah lagi, perhatian kepada anak-anaknya akan berkurang. Saat itulah perjuangan seorang istri sebagai orangtua tunggal benar-benar diuji oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Apabila seorang perempuan atau istri yang mampu bertahan dalam situasi seperti ini akan mendapat keutamaan di akhirat kelak. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat ‘Auf bin Malik, Rasulullah bersabda: أَنَا وَامْرَأَةٌ سَفْعَاءُ الْخَدَّيْنِ كَهَاتَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوْمَأَ يَزِيدُ بِالْوُسْطَى وَالسَّبَّابَةِ امْرَأَةٌ آمَتْ مِنْ زَوْجِهَا ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ حَبَسَتْ نَفْسَهَا عَلَى يَتَامَاهَا حَتَّى بَانُوا أَوْ مَاتُوا “
Kelak pada hari kiamat aku bersama wanita yang kedua pipinya kehitam-hitaman (karena sibuk bekerja dan tidak sempat berhias) seperti ini -memberi isyarat dengan jari tengah dan jari telunjuk-. Yaitu seorang wanita janda yang ditinggal mati oleh suaminya, mempunyai kedudukan dan berwajah cantik, ia menahan dirinya (tidak menikah) untuk merawat anak-anaknya hingga mereka dewasa atau meninggal.” (HR. Abu Daud)
Oleh karenanya, seorang istri yang memilih untuk tidak menikah lagi, dan menafkahi anak-anaknya dengan tangannya sendiri sampai mereka dewasa atau dia meninggal, maka ia akan diberikan pahala yang besar dan kelak di surga akan didekatkan dengan Rasulullah SAW, sebagaimana yang terdapat dalam perumpamaan hadis di atas.
Anak-anak akan tumbuh bersamaan dengan dunianya. Ketika seorang anak yang ditelantarkan dalam hidupnya karena kesibukan orang tuanya, ia akan mencari kasih sayang yang lain. Banyak di jalanan anak-anak yang berkeliaran meninggalkan bangku sekolah karena ingin mendapatkan kebebasan.
Ada kisah seorang anak yang begitu besar keinginannya untuk menjadi ahli Al Quran sehingga ia rela berpisah dengan ibunya walaupun saat itu ibunya sedang sakit. Ia menghabiskan hari-harinya untuk Al Quran bukan karena tidak sayang ibunya tetapi untuk menguatkan cita-citanya. Zulfa namanya, dengan kegigihan pengorbanan dan penuh perjuangan ia jalani dengan ikhlas. Setelah lulus dari SD Muhammadiyah 1 Kota Tegal dan melanjutkan ke MTsN Kota Tegal ia mengharap doa dari ibunya, ia pergi meninggalkan dunia dan sahabat-sahabatnya demi Al Quran. Saat itu ibunya hanya bisa melepas dengan tetes air mata karena ujian yang terus menderanya.
Dua tahun begitu dekatnya dengan Al-Quran hingga Allah mudahkan dan bisa menghatamkan hingga 30 Juz menjadi hafisah. Hari-hariya selalu terucap di hatinya sebagai tanda terima kasih kepada ibunya dan berulang kalimat itu diingatnya,
Saat aku bahagia,
Kau cintai aku dengan ketulusanmu.
Sejak masa bahagia bersama adik dan kakaknya, Zulfa dibimbing oleh ibunya dengan ikhlas. Setelah kakak dan adiknya wafat kembali terungkap dalam bahasa hatinya,
Saat aku bersedih,
Kau hibur aku dengan tawa dan candamu.
Sedih melingkupi hatinya. Kakak dan adik yang dicintainya telah wafat. Kakak nomor dua yang sedang belajar di PP Tazakka terkena musibah hingga kakinya perlu dioperasi hampir dua tahun baru pulih.
Zulfa terus menuntut ilmu dan Al Quran. Melalui tulisan ini harapannya akan muncul zulfa yang lain yang bisa menebar ilmu. Seorang anak akan berkata kepada ibunya,
Umi janganlah jauh dari diriku, aku sayang padamu umi
Umi aku ingin menjadi hafizah
Tuk sinari dunia ini bersamamu
Umi izinkan aku menyayangimu, memakaikan mahkota kelak
di surgamu
Tetes air mata dan doa darimu adalah kekuatan untuku
Mudah-mudahan tulisan ini menjadi inspirasi untuk semua terutama bagi anak-anak yang sedang berjuang menjadi hafizah. “Umi sayangi aku” merupakan cerminan agar kita sebagai orang tua berjuang bersungguh-sungguh untuk melaksanakan kewajiban yakni, maengajarkan Al Qur’an.
Dengan Al Quran hidup akan berkah. In sya Allah. Selamatkan gernerasi kita dengan Al Quran. Mohon doa dan dukungan semua untuk keberkahan dan kemajuan Pondok Pesantren Tahfizul Quran Lansia Al-Kahfi Kota Tegal. Pondok ini dikerjakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Tegal untuk anak-anak tercinta. Untuk remaja bahkan untuk lansia.