Kisah Teknisi Pesawat dan Moderasi Beragama
GOROTALO, Suara Muhammadiyah – Pusat Al Islam Kemuhammadiyahan (AIK) dan Pendidikan Latihan Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO) menggelar kajian pekanan setiap Jumat di Masjid Yusup Polapa (4/2/2022).
Agus Salim Lamusu, M. Pd selaku Kepala Pusat AIK UMGO dalam pengantarnya menyampaikan bahwa untuk menjaga spiritual pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa maka setiap hari jumat diisi dengan kajian. “Alhamdulillah hari ini temanya tentang Moderasi Beragama,” tegasnya.
Wakil Rektor 2 Dr. Salahudin Pakaya dalam sambutannya menyampaikan bahwa sebagai manusia biasa dalam bekerja dan rutinitas memiliki rasa bosan dan jenuh dan itu manusiawi.
Lanjut Dr. Salahudin Pakaya menceritakan kisah seorang teknisi pesawat yang dalam rutinitas sebagai teknisi mulai mengalami titik jenuh dan bosan dan mau berhenti dari pekerjaannya.
Namun dalam perjalanannya Si Teknisi pesawat tersebut mendapat bisikan yang intinya bisikan itu memberi dia penyampaian bahwa jika dia berhenti dan tidak hati- hati dalam melakukan tugasnya, maka akan rusak itu pesawat dan ratusan orang akan meninggal karenanya.
Maka gemetarlah hatinya dan tidak jadi berhenti bekerja. Mulai pada saat itu karena panggilan spiritual, maka dia niatkan bekerja karena ibadah.
Maka mari bekerja karena panggilan spiritual, bekerja adalah ibadah, posisi cuman struktural formal saja. Majunya kampus jika sama – sama niatkan bekerja karena ibadah dan fokus pada tugas masing- masing,” tutupnya.
Anggota BPH H. Rizan Adam, M. Hi selaku pembawa kajian menjelaskan Islam dan Berislam itu beda. “Islam itu sudah final atau Qotli dan berislam bagaimana menjalankan ajaran islam,” tegasnya.
Lanjut Rizan Adam Moderasi Agama dan Moderasi Beragama juga beda. Moderasi Agama itu sudah Sunnatullah dan Moderasi Beragama adalah moderasi bisa dipahami sebagai moderat dan moderat itu penengah atau wasit.
Jadi moderasi beragama cara pandang beragama yang tidak ekstrim kiri dan tidak ekstrim kanan atau Islam Wasatiyah (tengahan).
Muhammadiyah adalah ummatan Wasatan, ummat yang tidak tradisional dan tidak terlalu bebas atau liberal.
Contohnya dalam hal Penggunaan Bismillah, Muhammadiyah tidak mengeraskan bacaan Bismillah dan juga tidak meniadakan Bismillah. Karena ada pendapat Bismillah bukan bagian dari Al Fatiha.
Untuk Memahami Moderasi Beragama maka perlu memahami istilah yaitu Tawasul yaitu selalu mendekatkan diri kepada Allah. Iftidal adalah tegak lurus ketika memahami perbedaan yang tajam harus tetap tegak lurus.
Tasamu adalah selalu memahami perbedaan, menghargai perbedaan, harus lakum dinukum wali yadin, bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Untuk sesama ummat Islam tidak boleh mengklaim yang paling benar dan yang lain salah.
Syura adalah prinsip Musyawarah. Keputusan bersama atau kolektif kolegial, itu yang terbaik, maka moderasi beragama juga jalan tengah,” tutupnya yang juga bekerja di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Gorontalo.
Hadir dalam Pengajian pekanan para pimpinan, Dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa program berasrama.