Sajadah Panjang
Oleh: Mas’ud HMN
Sajadah panjang adalah sebuah tempat. Tempat berkhidmad, tempat bersujud dan tempat menyembah. Di mana seorang mahluk menghadap Sang Khaliknya.
Sudahkah hamba mencari tempat di mana ia harus megabdi. Kalau sudah dimana tempatnya. Tempat yang khas dan spesial.
Meminjam istilah Penyair asal Sumatera Barat, Taufiq Ismail, yang amat terkenal itu, menyebutnya sajadah panjang membentang. Sebenarmya sajadah itu tempat bersembahyang, tempat orang bersembahyang bersujud.
Dalam arti luas tempat pengkhidmatan umum, bagi mereka yang mau mengurbankan baktinya. Baik kepada Tuhan, kepada Negara atau sesasama manusia. Pokoknya kepada siapa saja, termasuk kepada lingkungan.
Tetapi tokoh pujangga sebelum Taufiq menbatasi diri dengan menyebut “kata pengabdian” mengidentikkan dengan “mengetuk”. Katanya di pintuMu aku ”mengetuk” dan aku tak bisa berpaling. Kata mengetuk sama dengan mengabdi final. Kepada satu tidak kepada yang lain.
Bagi Chairil Anwar, pengabdian dengan mengetuk pintu. Bila pintu terbuka. Mereka tak bisa berpaling. Itulah Chairil Anwar. Seorang punjangga legendaris Jakarta.
Mafhumnya kalau Taufik Ismail dengan makna yang luas. Tetapi pada makna Chairil Anwar pada makna sempit terbatas. Pokoknya ada pemahaman arti yang sama.
Pandangan Islam tentang penghidmatan mengandung dua makna tersebut. Arti yang luas dan sempit.
Seperti yang dikatakan surat Ali Imran 104,
Waltakum minkum mumata khaira wajakmuruf bil makruf wajanha anil munkar. wajuk minuunabillahi…..ulaikaa humul muflihun .
…hendaklah kamu menjadi khaira umat. Yang mengajak yang makruf dan mencegah yang mungkar, dan berimanlah kepada Allah. Merekalah yang memeroleh keuntungan.
Ayat ini menegaskan bahwa serorang mukmin haruslah umatan khairah yakni orang yang baik. Orang yang baik adalah yang menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran.
Artinya ayat ini menggariskan perilaku, berbuat kebaikan seperti melemparkan duri dari jalan yang dapat menderitakan siapa pun orangnya. Muslimkah dia, kafirkah. Tidak peduli pokok perbuatannya agar semua terhnidar dari bahaya.
Yang lain berbuat baik untuk sesama. Menghalangi maksiyat. Karena dapat merusak tatanan social dan merusak diri sendiri.
Kecuali itu diharapkan berbuat baik antar sesama. Tolong menolong, suka memberi sebelum diminta dengan ikhlas. Semua itu dengan kunci iman kepada Allah. ltu hidup dan perilaku umat Islam.
Kembali sajadah panjang, adalah untuk lahan tempat pengabdi umat islam.
Di pelbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, Sosial, politik, keamanan dan lain sebagainya. Berbuatlah dengan perilaku yang sesuai dengan kehendak perlaku Islam.
Terahkir, marilah kita sambut seruan Mohamad Iqbal yang menyatakan gubahlah dunia dengan amalmu. Artinya kita ejawantahkan perilaku Islam dalam individu masyarakat dan Negara. Semoga!
Masud HMN, Dosen Pasasarjana Universitas Uiversitas Muammadiyah prof Dr Hakma (UHAMKA) Jakarta