Alasan Transformasi UMKM ke Digital Perlu Dipercepat
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Saat ini, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus segera bertransformasi ke digital. Transformasi ke digital bukan sebuah pilihan, melainkan sudah menjadi keharusan.
“Dengan berjualan di pasar digital atau online, misalnya di media sosial, maka ongkosnya akan lebih murah, produk bisa diakses oleh semua orang dari berbagai kalangan. Media sosial jangan hanya dipakai untuk mencari teman lama, tetapi harus bisa dimanfaatkan untuk promosi produk andalan kita,” ucap Kepala Pusat Studi Pemberdayaan UMKM Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung), Suparjiman, pada acara pengabdian kepada masyarakat di Aula Utama Desa Rancatungku, Kabupaten Bandung, dengan tema “Kehadiran BUMN Sebagai Bapak Angkat untuk Bersinergi dengan UMKM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Desa Rancatungku”, Ahad (27/02/2022).
Suparjiman menjelaskan bahwa pelaku UMKM jangan pernah beranggapan berjualan di pasar online itu mahal. Bahkan sebaliknya, promosi dan berjualan di lapak digital atau online itu sangat murah dibandingkan dengan berjualan secara konvensional biasa.
Dosen UMBandung ini membeberkan alasan mengapa pelaku UMKM secepatnya harus bertranformasi ke digital. Alasan pertama karena dengan digital, pelaku UMKM akan terhubung dengan pelanggan selama 24 jam penuh. Alasan kedua yakni penjualan cenderung meningkat.
“Alasan selanjutnya kita akan lebih cepat dalam melayani konsumen. Kemudian iklannya juga cukup murah apabila dibandingkan dengan iklan di media lain. Iklan di televisi swasta itu pada awal 1990-an saja sudah puluhan juta, apalagi sekarang, tentu lebih mahal. Namun dengan kita berjualan di marketplace biayanya lebih murah,” ujarnya.
Doktor yang lama berkecimpung di salah satu BUMN ini mengingatkan, selain bertransformasi ke digital, pelaku UMKM juga harus tetap memegang prinsip kejujuran dalam berbisnis. Misalnya harga dan kualitas barang yang diiklankan dengan yang dijual harus sama.
Jangan sampai hanya karena ingin mendapat keuntungan lebih, ujar Suparjiman, pedagang melakukan aksi curang dengan mengurangi kualitas produk yang dijual.
Dalam diskusi yang pesertanya pelaku UMKM Desa Rancatungku ini, Suparjiman juga menegaskan bahwa ke depannya bisa saja daftar orang terkaya di Indonesia itu berasal dari wirausahawan muda.
“Karena para pelaku UMKM saat ini, terutama startup, itu anak-anak muda semua, bahkan banyak yang penghasilannya ratusan juta per bulan, berbeda dengan zaman dulu yang kebanyakan para pelaku UMKM itu orang-orang tua,” tandasnya.
Kreatif dan inovatif
Tidak cukup transformasi ke digital semata, pelaku UMKM atau wirausahawan juga jika ingin semakin sukses, setidaknya harus punya dua modal penting, yaitu kreatif. Kreatif saja masih kurang lengkap sehingga harus ditambah dengan inovatif.
“Kreatif itu sebetulnya salah satu modal kita dalam membangun UMKM. Oleh karena itu, kalau kita ingin sukses maka harus kreatif dan juga ditambah dengan inovatif,” ungkap Sekretaris Pusat Studi Pemberdayaan UMKM Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung), Sugiartiningsih.
Selain itu, ketika memutuskan untuk menjadi wirausahawan, seseorang harus berkomitmen dengan keputusan tersebut dan jangan pernah takut gagal dalam berproses.
Di samping membahas kreatif dan inovatif, Sugiartiningsih juga mengungkapkan keuntungan yang akan didapatkan bila seseorang menjadi wirausahawan. Misalnya punya otonomi untuk menentukan sesuatunya sendiri, punya tantangan, dan terpenting bisa membuka lowongan kerja.
Ditegaskan Sugiartiningsih bahwa menjadi wirausahawan jangan pernah menginginkan hal-hal yang enaknya saja. Namun, harus memikirkan juga yang pahit-pahitnya.
“Jadi wirausahawan itu jangan mikir yang enak-enaknya saja. Sebab, menjadi wirausahawan juga punya kerugian tersendiri, misalnya pengorbanan personal, beban tanggung jawab yang lebih besar, kecilnya margin atau keuntungan, dan besarnya kemungkinan gagal,” tuturnya.
Oleh karena itu, kata Sugiartiningsih yang juga penanggung jawab kegiatan, menjadi wirausahawan itu harus berani dengan kondisi apa pun. Jangan pernah takut gagal karena kegagalan itu hakikatnya gerbang menuju kesuksesan.
Transformasi ke digital itu harus dilakukan. Kreatif dan inovatif juga mutlak diperlukan agar usaha tetap eksis serta semakin sukses.
Namun ada satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan oleh wirausahawan, yakni pentingnya punya merek sendiri. Punya merek itu sangat penting karena kualitas dan daya tawar harga antara produk yang polos tanpa merek dengan produk yang sudah ada mereknya itu sangat berbeda.
Hal tersebut diungkapkan pemateri terakhir yakni Kepala Pusat Hak Kekayaan Intelektual UMBandung Apt. Rizky Dwi Larasati.
Rizky menegaskan bahwa punya merek sendiri bagi wirausahawan sangat penting karena nanti akan berkaitan salah satunya dengan harga yang kompetitif.
“Kami tegaskan bahwa punya merek yang terdaftar itu sangat penting bagi pelaku usaha. Kalau suatu produk sudah punya merek sendiri, bisa lebih bersaing dengan produk yang lain. Oleh karena itu, kami menekankan agar soal merek ini harus diperhatikan dengan baik,” tuturnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa pengajuan merek saat ini dilakukan secara online dengan mengakses situs web https://merek.dgip.go.id. Namun sebelum mengajukan merek, sebaiknya dicek terlebih dahulu mengenai merek tersebut apakah sudah dipakai orang lain atau belum.
Soal berapa lama pengajuan dan pendaftaran merek itu bisa diproses di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kemenkumham, Rizky mengatakan bahwa setidaknya dibutuhkan waktu enam bulan.
Dengan punya merek sendiri, menurutnya, itu akan jadi pemacu inovasi, pencegah terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat, dan sebagai aset pendukung pengembangan usaha.
“Selain itu, merek juga sebagai tanda pengenal, alat iklan, dan dasar untuk membangun sebuah citra. Terlebih merek itu sangat penting untuk promosi kepada masyarakat,” tandasnya.
Untuk diketahui, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terlaksana berkat kerja sama UMBandung, pemerintah Desa Rancatungku, dan tim KKN tematik mahasiswa Fakultas Agama Islam semester ganjil 2021/2022. Adapun semua peserta berasal dari masyarakat pelaku UMKM yang ada di Desa Rancatungku.***