Tidak Boleh Malas saat Puasa Ramadhan
Oleh: Alfain Jalaluddin Ramadlan
LAMONGAN Suara Muhammadiyah- Puasa Ramadhan merupakan suatu kewajiban bagi kita sebagai umat Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah Ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan tidak hanya sekadar menahan haus dan lapar, tetapi Ramadhan dapat dijadikan sebagai wahana untuk edukasi, berbagi, introspeksi dan juga untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah SWT.
Berpuasa juga bagian dari upaya kita menjaga nafsu dan syahwat. Oleh karena itu bulan suci Ramadhan jangan kita jadikan sebagai ritual tahunan saja. Gairah kita tumbuh, semangat kita muncul, hanya disaat awal malam-malam Ramadhan saja dan jangan sampai pertengahan bulan ramadhan timbul perasaan malas.
Setan merupakan musuh utama manusia sehingga banyak cara yang dilakukan setan dalam memprovokasi manusia, salah satunya dengan bisikan kemalasan.
Sifat malas sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Hal ini sudah ditegaskan dalam Alquran dan hadits Nabi, sehingga umat Islam harus segera hijrah dari sifat bermalas-masalan ini. Jika tidak, sifat ini akan menghalangi umat Islam untuk mencapai semua keinginannya.
Karena itu Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar dilindungi dari sifat malas.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ
Yang artinya, “Ya Allah aku berlindung kepadamu dari kelemahan dan sifat malas”.
Seluruh umat Islam sudah menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Hampir seluruh umat Islam yang beriman menjalankan ibadah di bulan penuh berkah ini.
Namun, biasanya kita juga melihat ada yang kontras ketika Ramadhan tiba. Masjid-masjid di saat dulu penuh. Bukan untuk beribadah membaca al-Quran, tetapi banyak umat Islam yang berleha-leha, tidur-tiduran menghabiskan waktu siang mereka.
Produktivitas kerja menurun. Nuansa bermalas-malasan. Seakan-akan puasa menjadi legitimasi sebagian dari kita untuk bermalas-malasan dan mengurangi aktivitas sepanjang menjalankan ibadah puasa. Pengurangan aktivitas itu tentu saja berujung pada berkurangnya kreativitas. Jika demikian terjadi maka sungguh disayangkan.
Sepantasnya, Ramadhan menjadi momentum meningkatkan produktivitas dan berkarya, bukan bermalas-malasan. Bila dihayati secara mendalam, Ramadhan seperti “madrasatun mada al-hayah” yang berkelanjutan mendidik dan mengedukasi generasi demi generasi setiap tahun.
*Devinisi Malas*
Dalam bahasa Arab malas disebut dengan al-kaslu yang berarti berat untuk mengerjakan sesuatu dan berhenti dari melengkapi sesuatu.
Malas merupakan kondisi ketika seseorang menghindari pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan dengan potensi dan energi yang dimiliki. Malas sering dikaitkan dengan dua perilaku, yaitu prokrastinasi (menunda-nunda) dan idleness (berdiam diri tanpa melakukan apa-apa).
Kita semua setuju bahwa untuk bisa sukses kejar mimpi, kita harus jauh-jauh dari rasa malas. Namun tidak bisa dipungkiri, rasa malas atau yang sering kita sebut dengan istilah (mager) sering kali kita alami dan sulit kita hindari. Faktor mood dan suasana sering kali menjadi alasan kita untuk memaklumi kemunculan rasa malas, dan akhirnya kita tidak mencoba melawan rasa malas tersebut.
Kemalasan adalah sifat buruk yang perlahan merayap dan mulai menahan kalian. Hal ini akan mengganggu ibadah kalian di Bulan Ramadhan dan mencegah kamu mencapai apa yang kamu inginkan.
Selain itu, kemalasan juga diistilahkan sebagai kelambanan dan diartikan sebagai kegagalan untuk melakukan apa yang seharusnya kalian lakukan, meskipun memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Biasanya hati kita sering bertany-tanya”Kenapa malas banget ngapa-ngapain, ya, hari ini?”, “Duh, mau baca Al-Qur’an mager, mau membaca buku tapi mager, nanti aja ah..”
Pernahkah kalian merasakan hal itu? Mulai dari hal kecil sampai hal genting seperti menghafal Al-Qur’an dan amalan-amalan ibadah yang lain, semua terhalang oleh satu kosakata andalan netizen Indonesia masa kini yaitu “mager” alias males gerak.
Malas gerak kelihatannya memang sepele dan hal ini pasti pernah dialami setiap orang. Namun, hati-hati karena jika rasa malas ini malah semakin menghambat aktivitas sehari-hari, harus disikapi dan diatasi dengan baik.
Pada umumnya, orang malas bisa diartikan dengan sengaja tidak melakukan kegiatan yang sebenarnya bisa dia lakukan.
Padahal ketika ada waktu kosong seharusnya kita maksimalkan dengan amalan-amalan ibadah, apalagi di bulan Ramadhan ini seluruh amalan kita akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Maka dari itu kita gunakan dengan hal-hal yang positif. Contohnya membaca dan menghafal Al-Qur’an, memperbanyak Dzikir (Mengingat kepada Allah), memperbanyak sedekah, dan memperbanyak ibadah yang lain.
Oleh sebab itu, pertanyaan yang harus kamu tanyakan pada diri sendiri adalah ‘Mengapa saya malas?’ dan ‘Bagaimana saya bisa mengatasi kemalasan?’
*Penyebab Malas*
Oleh karena itu, penulis akan memberikan penyebab kita sering malas.
Pertama, Kualitas Tidur Buruk
Saat akan menjalankan ibadah puasa, memerhatikan waktu tidur juga penting sekali dilakukan apalagi saat puasa di bulan Ramadan. Harus bangun di sepertiga malam terakhir untuk sahur, salat subuh tepat waktu, dan bangun pagi untuk beraktivitas kembali seperti biasa.
Jika kurang tidur pada malam harinya, kebiasaan sahur dan shalat subuh sudah pasti kacau. Bangun pagi juga akan sulit dilakukan. Dan saat tubuh kurang tidur yang berarti pula kurang istirahat, sudah pasti tubuh akan menjadi lemas dan mengakibatkan malas.
Tubuh melakukan banyak hal saat tidur, termasuk menyimpan memori dan melepaskan hormon yang mengatur tingkat metabolisme dan energi tubuh kita.
Menurut American Academy of Sleep Medicine and Sleep Research Society, orang dewasa membutuhkan rata-rata 7 jam tidur per malam untuk kesehatan yang optimal.
Setelah tidur malam dengan kualitas tinggi, biasanya pada keesokan harinya akan terbangun dengan perasaan lebih segar, lebih waspada, dan lebih berenergi.
Ke dua, Penundaan
Kemalasan biasanya terjadi ketika kamu menunda sesuatu yang perlu dilakukan. Walaupun tidak mendesak, mengapa kamu harus menundanya ketika kamu bisa melakukannya sekarang.
Ketika orang malas dihadapkan dengan hafalan, sederhana seperti menghafal Al-Qur’an, mereka akan menundanya. Sebelum mereka menyadarinya, hari lain telah tiba dan ayat-ayat Al-Qur’an pun meumpuk dan belum hafal. Semakin banyak hafalan menumpuk, semakin kecil kemungkinan kamu untuk memulai karena tugas yang kamu lakukan bertambah besar.
Penundaan hanya membuat segalanya lebih sulit. Cara untuk mengatasinya adalah jika sesuatu dapat diselesaikan sekarang dan kamu punya waktu, lakukan sekarang!
Sebaliknya, jika kamu tidak punya waktu untuk melakukannya, jadwalkan waktu untuk menyelesaikannya.
Ke tiga, Gangguan
Penyebab gangguan paling umum adalah media sosial. Apalagi sekarang berada di zaman industri 4.0 dan menuju era 5.0 yang semuanya serba canggih dan serba online.
Di era ini, kita harus bisa mengendalikan dan memaksimalkan media, jangan sampai kehidupan kita digerakkan dan dikuasai oleh media. Contohnya dengan bersenang-senang bermain Game, Facebook, Instagram, Twiter, dan lainnya tanpa melihat waktu.
Tidak apa-apa kita bermain itu, tapi harus kita maksimalkan dengan sebaik-baiknya dan tau kapan waktunya kita bermain. Media harus kita gunakan dengan sebaik-baiknya.
Ke empat, Tidak Produktif
Menjadi lebih aktif dan produktif di keesokan hari merupakan salah satu kunci tubuh tidak mengalami kondisi lemas dan malas saat puasa.
Jangan sampai saat menjalankan ibadah puasa, justru di siang harinya hanya tidur seharian. Kebiasaan terlalu berlebihan beristirahat inilah yang akan membuat tubuh menjadi semakin lemas dan malas.
Seharusnya bisa kita lawan dengan berolahraga. Karena dapat mengurangi rasa lelah pada orang yang sehat, maupun mereka yang menderita penyakit lain termasuk berpuasa.
Saat sedang berpuasa, sebenarnya sangat dianjurkan untuk tetap berolahraga. Tujuannya agar kondisi fisik menjadi lebih bugar. Namun tetap lakukan dengan durasi secukupnya dan intensitas yang tidak memberatkan puasa.
Ke lima, Pola Tidur Salah
Selain kurang tidur, tidur di waktu yang salah juga dapat menimbulkan kemalasan dan mengurangi stamina dan energi saat puasa.
Tidur di siang hari dengan durasi waktu yang cukup lama juga akan mengganggu kesehatan tubuh kita. Tidur siang memang dianjurkan, tetapi lebih baik untuk tidur siang dengan durasi 15-20 menit saja.
Menurut sebuah penelitian, ketika pola tidur tidak selaras dengan ritme sirkadian maka kelelahan kronis dapat berkembang. Ini akan menjadi masalah yang umum terjadi pada orang yang bekerja dengan sistem shift atau kerja malam. Kondisi ini juga rentan dialami oleh orang yang sedang berpuasa.
*Tidak Boleh Malas Saat Puasa*
Itu tadi lima penyebab kita sering malas. Kemudian mengapa kita tidak boleh malas dalam melaksanakan puasa?
Satu, Puasa adalah cara mendapatkan takwa
Allah SWT berfirman QS. Al Baqarah: 183;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.”
Di dalam surat Al Baqarah ayat 183 ini, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan selama satu bulan penuh. Sebab, ibadah puasa dapat menambahkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Ke dua, Dengan Puasa, Kita Memperoleh ampunan
Ketika kita berpuasa dengan tulus dan sungguh-sungguh, maka insyaAllah akan menghapuskan dosa-dosa masa lalu kita.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.” (HR Bukhari).
Ada ulama yang berpendapat bahwa hanya dosa-dosa kecil saja yang diampuni berdasarkan hadis riwayat Imam Muslim no. 233 (“selama ia menjauhi dosa-dosa besar”). Ada pula yang mengatakan bahwa Allah berkenan mengampuni dosa-dosa besar berdasarkan hadis riwayat Imam Ahmad no. 1596 (“seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya” yang berarti bersih tanpa noda dosa).
Menurut Imam Al-Qurthubi, kata ‘Ramadan’ artinya membakar. Oleh karenanya, beliau berpendapat “Bulan Ramadhan disebut dengan ‘Ramadhan’ karena ia membakar dosa-dosa dengan amal saleh.”
Ke tiga, Meredam syahwat
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR Bukhari).
Ketika seseorang berpuasa, maka ia akan menahan diri dari makan dan minum. Dengan tidak makan dan minum, maka hawa nafsu (syahwat) akan terkendali. Jika nafsu terkendali, maka sulit bagi setan untuk menggoda manusia, karena pintu utama bagi setan adalah hawa nafsu itu sendiri.
Ke empat, Melindungi diri dari siksa neraka
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
Artinya: “Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka.” (HR Ahmad)
Yang dimaksud puasa sebagai (جُنَّةٌ) (perisai) adalah puasa akan menjadi pelindung yang akan melindungi bagi pelakunya di dunia dan juga di akhirat.
Adapun di dunia maka akan menjadi pelindung yang akan menghalanginya untuk mengikuti godaan syahwat yang terlarang di saat puasa. Oleh karena itu tidak boleh bagi orang yang berpuasa untuk membalas orang yang menganiaya dirinya dengan balasan serupa, sehingga jika ada yang mencela ataupun menghina dirinya maka hendaklah dia mengatakan, “Aku sedang berpuasa.”
Adapun di akhirat maka puasa menjadi perisai dari api neraka, yang akan melindungi dan menghalangi dirinya dari api neraka pada hari kiamat
Ke lima, Waktu terkabulnya doa
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Artinya: “Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi.” (HR Ahmad).
Jadi berdasarkan hadist tersebut, doa kita akan terkabul disaat kita sedang berpuasa.
Semoga apa yang penulis tulis bisa bermanfaat dan memberikan motivasi agar tidak bermalas-malasan di saat puasa.
Alfain Jalaluddin Ramadlan, mahasiswa FEB Umla (Universitas Muhammadiyah Lamongan)