Menghormati Orang Lain itu Indah
Oleh: Fathan Faris Saputro
Setiap orang seharusnya sadar bahwa seseorang harus bisa dan mau menerima orang lain apa adanya, dalam arti tidak ada diskriminasi. Setiap orang harus mampu menerima seseorang dengan tidak membedakan suku, jenis kelamin, agama dan bangsanya. Setiap orang patut dan layak untuk dihargai dan dihormati. Penerimaan ini harus dilakukan dengan tulus dan penuh kesadaran. Jika seseorang mampu menerima orang lain apa adanya, orang itu pun akan diterima apa adaya. Layaknya hukum tabur tuai, apa yang ditabur seseorang itu juga yang dituai orang tersebut.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam menghargai orang lain adalah harus mampu memperlakukan orang lain secara baik dan benar, dalam arti sesuai norma dan aturan yang berlaku. Kata “Baik” diartikan melakukan tindakan kasar, tidak membunuh, segala hal yang bernuansa negatif, dan tidak merendahkan. Sedangkan kata “benar” artinya sesuai dengan aturan yang berlaku, kedudukannya dan tanggung jawabnya. Contohnya, jika dia seorang guru, perlakukanlah dia dengan baik sebagai manusia yang yang bermartabat dan hormatilah dia sebagai guru. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu perbuatlah demikian juga, harus disadari bahwa sesungguhnya tuntutan untuk menghargai atau menghormati orang lain bukan penekanannya karena seseorang naik, namun juga harus bisa menghargai seseoranng sekalipun tidak baik, karena ia adalah manusia yang layak dihargai dan dihormati. Kualitas moral yang paling tinggi adalah jika seseorang mampu menghargai orang sekalipun jahat. Karena dengan demikian, dia akan melihat yang baik sehingga terbukalah hatinya untuk bertaubat dan untuk melakukan yang terbaik.
Hal yang penting berikutnya dalam menghargai orang lain adalah setiap orang hendaknya memberi ruang atau jalan bagi orang lain untuk maju dan berkembang, yaitu dengan memfasilitasi dan memotivasi. Fasilitas dan motivasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung agar orang lain mendapatkan ruang yang cukup untuk mengembangkan talenta, bakat dan karunia yang dimilikinya secara maksimal. Tidak boleh mengejek dan menghambat orang lain untuk maju dan berkembang.
Hal lain dalam pemahaman menghargai orang lain adalah harus mampu memposisikan atau mendudukan orang lain sama pentingnya dengan diri sendiri. Artinya, jika seorang merasa diri berharga, dia pun harus sadar juga atau memahami juga bahwa orang lain juga penting dalam arti sama pentingnya atau berharganya dengan diri sendiri. Jika hal ini dapat didasari dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, seorang akan berkata-kata dan bertindak atau berbuat yang baik terhadap orang lain. Perlakuan seperti ini sesungguhnya adalah meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri sebagai makhluk yang mulia, berbudi luhur dan agamis, yang sekaligus menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Pentingnya Menghormati Orang Lain
Demi terwujudnya dan memantapkan penghargaan terhadap orang lain, seseorang harus memahami juga alasan pentingnya menghormati orang lain. Makin seseorang memahami alasan harus menghormati orang lain, makin baik dan besar pula penghormatan terhadap orang lain.
Pertama, harus dipahami sebagai alasan menghormati orang lain adalah semua manusia yang lahir di bumi ini layak dan pantas untuk dihormati. Manusia sama-sama ciptaan Tuhan. Jika ciptaan Tuham lainnya di hormati, apalagi manusia yang lebih berharga dari segala ciptaan lainnya yang ada. Harga manusia tidak dapat diukur. Jika ada yang mengukurnya dengan uang, itu adalah tindakan yang salah dan tidak bermoral.
Kedua, harus menghargai orang lain karena semua sama kedudukannya dan sama posisinya di hadapan Tuhan dan hukum. Setiap orang tidak boleh menyombongkan diri dengan menganggap dirinya lebih berhak di hormati dan lebih penting dari orang lain. Setiap orang dikasihi dan diterima Tuhan, yang sungguh-sungguh datang mencari dan bertakwa kepada-Nya. Tuhan pencipta manusia tidak membeda-bedakan orang. Surga yang disediakan tidak hanya diperuntukkan untuk golongan tertentu, bukan pula disediakan hanya untuk berkulit putih, tetapi juga uuntuk segala warna kulit termasuk kulit hitam.
Hal yang Mendasari dalam Menghormati Orang Lain
Setiap orang adalah ciptaan Tuhan, maka sudah barang tentu setiap orang juga memiliki kasih atau cinta yaitu yang Tuhan di dalam diri setiap manusia. Itulah sebabnya setiap orang selalu mau dicintai dan mencintai. Pada dasarnya setiap orang yang normal fisik dan jiwanya selalu ingin dikasihi dan mengasihi. Jadi setiap orang sesungguhnya selalu ada naluri atau keinginan untuk mencintai dan dicintai atau di kasihi dan mengasihi.
Maka sesungguhnya tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak bisa menghormati, mengasihi atau mencintai orang lain karena kasih itu sudah ada dalam diri setiap orang yang lahir ke dunia. Oleh karena itu, mari main menghormati orang lain apa adanya sehingga makin memanusiakan manusia.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (Kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Qs. al-Nahl: 90).
Orang yang Patut Dihormati
Menghargai orang lain tidak boleh diskriminatif. Menurut Boediono, kata diskriminatif berasal dari kata diskriminasi yang artinya adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara. Tentunya, kepemimpinan Umar bin Khatab dan Shalahuddin al-Ayyubi yang menghormati sesama bermuara dari ajaran Islam yang berlandaskan pada konsep cinta, kasih, sayang, kerendahan hati, pengorbanan, toleransi dan perdamaian.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaknya kamu berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-keduanya sampai berummur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, wahai Tuhanku, kasihinilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil,” (Qs. Al-Israa: 23-24)
Hal ini perlu ditekankan agar penghormatan tidak bersifat hanya orang yang baik melainkan juga orang yang jahat, sekalipun dia jahat kepada kita, bukan hanya orang yang tampan dan cantik melainkan juga orang yang jelek dan cacat sekalipun. Bukan hanya orang kaya dan pejabat namun juga orang miskin, orang sederhana, orang biasa, orang tidak berpangkat atau tidak bertitel. Bukan hanya bangsa, suku tertentu atau etnis tertentu melainkan juga semua bangsa, suku dan etnis.
“Dan sembahlah Allah daan janganlah kamu mempersatukannya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan, dan hamba sebaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Qs. an-Nisa: 36).
Umat Islam yang hidup dengan nilai-nilai dari Al-Qur’an akan menjadi pribadi yang yang menebarkan cinta, kasih sayang dan rasa hormat kepada siapa pun. Karena Islam diturunkan kepada manusia dengan tujuan agar terbentuk umat yang mampu menyayangi dan menghormati seluruh alam.
Penyebab Orang Tidak atau Kurang Menghargai Orang Lain
Manusia yang berdosa apalagi yang bergelimang dosa akan sulit menghormati orang lain. Jangankan menghormati orang lain, menghormati dirinya sendiri pun sulit. Karena orang berdosa cenderung mengaggap dirinya najis, kotor, dan tidak berharga, perlakuan terhadap orang lain cenderung seperti itu juga. Pertaubatan diperlukan agar seseorang dapat menghormati orang lain. Setiap orang harus berani mengambil sikap tegas untuk bertaubat dari perbuatan-perbuatan dosanya termasuk tidak menghormati orang lain. Orang bertaubat akan lebih mudah mengormati orang lain karena dia akan ditolong oleh Tuhan untuk mampu melakukannya. Menyadari bahwa jauh lebih mudah jika kita melakukan dengan melibatkan Tuhan.
Pepatah berkata bahwa orang bisa karena biasa. Jika seorang biasa berbuat baik, tentulah dia akan mudah untuk menghormati orang lain. Kebiasaan buruk atau pengalaman buruk yang selalu tersimpan di hati atau pikiran seperti: dendam, trauma, tidak mau mengampuni, malas, acuh tak acuh dan lain-lain akan sulit menghargai orang lain. Jadi seorang harus membiasakan diri menghormati orang lain dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Manusia harus membuang segala kebiasaan atau karakter yang tidak baik terutama dendam dari hidup, agar manusia merdeka dan menjadi manusia yang baik dan mulia.
Hal berikut yang menyebabkan seorang tidak dapat menghormati orang lain adalah egoism, yaitu sikap mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Selama seseorang masih tetap bersikap egois, maka dia akan sulit untuk menghormati orang lain bahkan kemungkinan bisa terjadi menghancurkan orang lain. Karena itu mari membuang sifat egoistis, sehingga hubungan di antara manusia semakin akrab dan makin saling menghormati.
Penyebab lain yang mengakibatkan seorang tidak dapat atau tidak mampu menghargai orang lain adalah ketidakmampuan menolak segala pengaruh yang negatif. Ketidakmampuan tersebut disebut juga keinginan rendah dalam diri, anatar lain dengki, iri hati, jaga image, gengsi, malas, memberi pujian. Selain itu, orang takut harga diri hilang jika memberi penghargaan terhadap orang lain dan tidak bisa menerima kelebihan orang lain.
Penyebab lain adanya sebagaian orang yang selalu merasa dirinya di atas yang lain atau mengaggap dirinya lebih tinggi dari orang lain. Ini mungkin dipengaruhi oleh adanya kelas-kelas sosial pada zaman dahulu. Sikap stereotip adalah sikap yang cenderung mengaggap dirinya lebih berharga dari yang lain yaitu sikap superior dari yang lain. Hal ini masih banyak dijumpai dalam praktik dan realitas hidup zaman sekarang. Oleh karena itu, sikap ini harus dibuang karena akan menghambat penghargaan terhadap orang lain secara adil.
Penyebab lain adalah makin banyak orang tidak memedullikan ajaran agama atau ajaran Islam. Sekarang ini ada kecenderungan manusia menjadi individualis bukan sosialis, sehingga manusia cenderung menjadi hedonis yaitu mencari kenikmatan diri sendiri tidak mau pusing dengan orang lain atau tidak mau peduli kepada orang lain. Dalam hal ini seorang perlu didasarkan dan iingatkan lewat pengajaran yang sungguhsungguh di dalam sekolah formal maupun nonformal agar penghargaan terhadap sesama tetap terpelihara dengan baik dan makin nyata dan bukan sebaliknya semakin tergerus atau tererasi dengan sikap individualisme dengan segala turunannya.
Fathan Faris Saputro, Ketua Bidang Komunikasi dan Teknologi Informasi Kwartir Daerah Hizbul Wathan Lamongan