Generasi Milenial dan Religiusitas Islami di Era Disrupsi

Generasi Milenial dan Religiusitas Islami di Era Disrupsi

Generasi Milenial dan Religiusitas Islami di Era Disrupsi

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Generasi milenial, sebagimana yang disampaikan oleh Ketua Umum PP IPM Nashir Efendi dalam Pengajian Ramadhan 1443 H PP Muhammadiyah, dicirikan sebagai generasi yang memiliki ide dan gagasan kreatif, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan saling terhubung satu sama lain. Ciri tersebut disebut dengan istilah creative, confidence, dan connected.

Tiga ciri tersebut, sebagimana pemaparan Nashir, diikuti dengan sembilan perilaku utama: kecanduan internet, loyalitas rendah, cashless, kerja cerdas dan cepat, multitasking, suka jalan-jalan, cuek dengan politik, suka berbagi, dan kepemilikan terhadap barang rendah.

Selain Ketua Umum PP IPM, acara pengajian di sesi terakhir ini juga menghadirkan narasumber Ketua Umum PP NA Diyah Puspitarini, Asep Purnama Bahtiar, dan Ustaz Das’ad Latif.

Melengkapi pemaparan Nashir, Diyah menjelaskan fenomena milenial dari aspek kecenderungan spiritualitas yang semakin kompleks akibat dari perkembangan zaman. Kecenderungan sekuler dan religius kelompok milenial sama-sama banyak dipengaruhi oleh pola keberagamaan keluarga, lingkungan, partisipasi dalam kelompok keagamaan, dan rutinitas ibadah sehari-hari.

“Supaya potensi kelompok milenial terasah sesuai dengan karakternya sebagaimana penjelasan Ketau Umum PP IPM,” menurut Diyah, “maka ada tiga pendekatan yang mesti dilakukan, yaitu humanis, inklusif, dan dialogis.”

Humanis dilakukan dengan cara yang ramah, menenangkan, dan menyenangkan. Inklusif dilakukan dengan keterbukaan, pengertian, dan menghargai perbedaan. Sementara itu dialogis dilakukan dengan cara komunikasi dua arah dan tidak memaksakan konsep atau ide.

Sementara itu, Asep Purnama Bahtiar memotret gejala keberagamaan dan potensi kelompok milenial dengan pendekatan transformatif. Menurut Asep, perubahan zaman adalah satu keniscayaan yang tidak mungkin dibendung. perubahan yang terjadi pada dasarnya bukan hal yang baru dan tiba-tiba. Namun merupakan akumulasi dari pengalaman dan pengetahuan manusia dari masa ke masa dan dari generasi ke generasi.

Menyikapi perubahan tersebut, Asep mengajak supaya warga Persyarikatan, termasuk kelompok milenial, supaya terus mengembangkan diri, responsif, inovatif, memiliki kesadaran spiritual-religius dan ilmu pengetahuan serta teknologi dan seni budaya. (Erik Tauvani)

Exit mobile version