Allah Memperkenalkan (73) Kuliner Kota
Oleh: Lutfi Effendi
Ramadhan telah tiba, kembali kami tampilkan uraian singkat tentang Al Qur’an sebagai tadarus singkat selama bulan Ramadhan. Tadarus ini, meneruskan tulisan sejenis yang diupload Ramadhan tahun lalu. Moga Bermanfaat.
Pada tulisan kali ini, ditampilkan Qs Al Baqarah ayat 58 yang masih terkait dengan kisah Bani Israil:
وَاِذْ قُلْنَا ادْخُلُوْا هٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوْا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَّادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُوْلُوْا حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطٰيٰكُمْ ۗ وَسَنَزِيْدُ الْمُحْسِنِيْنَ
wa iż qulnadkhulụ hāżihil-qaryata fa kulụ min-hā ḥaiṡu syi`tum ragadaw wadkhulul-bāba sujjadaw wa qụlụ ḥiṭṭatun nagfir lakum khaṭāyākum, wa sanazīdul-muḥsinīn
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitul maqdis), maka makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, dan katakanlah, “Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),” niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan Kami akan menambah (karunia) bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.”(Qs Al-Baqarah 58)
Pada tulisan sebelumnya tentang Ayat 58 dari surat Al-Baqarah ini, telah dikisahkan tentang masuknya Bani Israil ke tanah yang dijanjikan, Baitul Maqdis, yang merupakan tanah nenek moyang mereka, Nabi Yakub. Tulisan kali ini tentang kebebasan makan kuliner yang ada di kota tersebut.
Kuliner yang berbagai macam yang ada di kota tersebut tentu menyenangkan bagi Bani Israil yang menu makanannya bertahun-tahun hanya Manna dan Salwa. Apalagi selama ini, mereka menginginkan menu lain ketimbang yang biasa mereka makan meski sebetulnya secara gizi, secara nutrisi jauh lebih baik ketimbang makanan yang lain. Apalagi dibebaskan untuk menikmatinya.
Orang-orang pun sebenarnya punya kecenderungan untuk mencicipi makanan yang belum pernah ia makan. Demikian pula orang-orang Bani Israil tentu menginginkan hal ini.
Apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas:
Apa yang dirasakan Bani Israil tersebut dirasakan juga oleh orang-orang pada umumnya. Karenanya, saat ini berkembang wisata kuliner selain wisata yang lain.
Hanya yang perlu diperhatikan bagi umat Islam jangan sebebas-bebasnya dalam menikmati kuliner. Harus tahu halal dan haramnya makanan tersebut. Inilah perlunya wisata halal bagi umat Islam. Lebih-lebih jika daerah yang didatangi merupakan wilayah mayoritas non muslim.
Wa Allahu a’lam bish-shawab. (**”)