UMP Gelontorkan 300 Juta Beasiswa setiap PDM
PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menjadi rumah kader persyarikatan Muhammadiyah tampaknya bukan isapan jempol belaka. Kampus terbaik di Purwokerto itu kembali berikan beasiswa kader senilai 300 jt untuk masing-masing kabupaten melalui Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM).
Rektor UMP Dr Jebul Suroso mengatakan UMP merasa mendapatkan anugrah yang sangat luar bisa.
“Kami bersyukur bisa kerawuhan bapak ibu semua hadir di UMP, dan ditengah kita telah hadir Bapak Dr KH Tafsir MAg. Akan mengisi penutupan pengajian Muhammadiyah pada kesempatan kali ini,” jelasnya dalam acara Penutupan Pengajian PWM di UMP, Sabtu (23/4/2022) di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP.
Rektor mengatakan UMP adalah rumah persyarikatan. UMP adalah rumah semua warga Muhammadiyah.
“Bagi kabupaten PDM yang belum mendapatkan jatah beasiswa, izinkan kami Pimpinan Universitas memberikan beasiswa untu para kader. Tahun ini kami sediakan 300 jt untuk masing masing Pimpinan Daerah Muhammadiyah,” tandasnya.
Lebih lanjut rektor mengatakan, info beasiswa tersebut bisa menghubungi Biro Peberimaan Mahasiwa baru.
“Jadi nanti bapak ibu sekalian pimpinan PDM bisa kontak langsung dengan humas atau bagian penerimaan mahasiswa kami,” katanya.
Harapannya, lanjut Rektor, UMP semakin mendunia. Mahasiswanya dari seluruh Indonesia dan juga dari berbagai negara luar negeri.
“Demikian doa untuk kita semua. Doakan UMP untuk semakin maju dan semakin unggul,” katanya.
Kebenaran Terorganisir
Sementara itu Ketua PWM Jawa Tengah Dr KH Tafsir MAg dalam ceramahnya mengatakan setiap kebenaran harus terorganisir, karena kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir.
“Sejak Islam itu lahir sampai sekarang belum ada namanya tafsir tunggal. Umat Islam itu punya mushaf tunggal, punya hadist tunggal. Tetapi tidak punya tafsir tunggal. Oleh karena itu Hadits dan Alquran bisa multi tafsir,” katanya.
Menurutnya Indonesia berada pada keragaman tafsir meskipun memiliki Al Quran dan Hadist yang sama.
“Kita berada pada keragaman tafsir, meskipun kita memiliki Alquran yang sama tetapi cara penafsiran yang berbeda keluar hasil yang berbeda oleh karena itu kemarin kenapa penentuan bulan Ramadan bisa berbeda,” pungkasnya.(tgr)