Dakwah yang Memajukan dan Menggembirakan
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl/16: 125)
KUDUS, Suara Muhammadiyah – Senin 25 April 2022, Pengajian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah bersama Universitas Muhammadiyah Kudus menghadirkan pembicara Akhmad Arif Rifan, SHI, M.S.I. Materi kedua dimulai pukul 13.00 WIB di ruang serba guna Universitas Muhammadiyah Kudus, Jalan Ganesha 1, Purwosari, Kota, Kudus. Arif Rifan yang juga anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan materi tentang ‘Dakwah yang Memajukan dan Menggembirakan”. Menurutnya, Dakwah yang memajukan dan menggembirakan adalah yang mengikuti Al Qur’an dan Sunnah Nabi.
Dakwah merupakan sebaik-baik amal. Arif mengutip QS Fushiat ayat 33 “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?“. Ayat ini mempertegas gerakan dakwah Muhammadiyah yang terus diupayakan oleh Da’i Muhammadiyah. Setiap Da’i Muhammadiyah harus terpatri secara mendalam bahwa apa yang dilakukan (baca berdakwah) merupakan amal terbaik. Oleh karena itu harus diupayakan secara menarik, berbobot, hingga mampu menggembirakan. Semua itu dapat terealisasi dengan persiapan dan skill yang matang.
Menurut Arif perintah dakwah ada dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 104, dan dalam ayat tersebut terdapat lafadh Al khair, Al Ma’ruf, Al Ma’ruf dan Al Munkar, sedangkan pengertian Al- khair adalah Ittiba’ Al-Quran wa As-Sunnah, mengikuti Al-Quran dan AsSunnah (Ibnu Katsir) Segala hal yang disukai oleh semua, seperti akal, keadilan dan keutamaan, serta sesuatu yang bermanfaat dan lawannya adalah al-syarr. (Ar-Raghib Al-Asfahani), Al-Ma’ruf adalah setiap perbuatan yang diakui oleh akal atau syariat, sedangan Al-Munkar adalah setiap perbuatan yang tidak diakui (diingkari) oleh akal atau syariat.
Al-Khair, Al-Ma’ruf dan Al-Munkar merupakan tema-tema pokok gerakan dakwah Islam. Al-Khair merupakan nilai kebajikan yang bersifat tetap dalam Islam, di mana setiap orang mesti menerimanya dan menjadi tolok ukur atas yang lainnya, yakni nilai-nilai ma’ruf dan munkar
Perlu perhatian serius bagi pendakwah agar senantiasa memperhatikan jalinan diksi yang terangkai dalam setiap kalimat. Rangkaian kalimat terbaik hendaknya diketengahkan dalam kegiatan berdakwah. Menurutnya, mengutip Sayyid Quthb dalam Fi Zhilal Al-Quran, 6/295, beliau menjelaskan bahwa Kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan dibumi ini. Ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya.
Tetapi ia harus disertai dengan amal saleh yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang dai kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas kalimat seorang dai kita sikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang dai datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi.
Dijelaskan Arif, dakwah memiliki makna dan arti :
- Muhimmatul Anbiya War Rusul, sesuai firman Allah “Katakanlah (Muhamad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (S. Yusuf/12: 108)
- Amanah Allah, sebagaimana firman Allah “Wahai Rasul, sampaikanlah (semua) apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak kamu lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. SesunSegguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. Q.S. Al-Maidah/5: 67
- Sebaik-baik amal, sebagaimana firman Allah “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?“ (S. Fushshilat/41: 33).
“Kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini. Ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya. Tetapi ia harus disertai dengan amal saleh yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang dai kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas kalimat seorang dai kita sikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang dai datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” Sayyid Quthb dalam Fi Zhilal Al-Quran, 6/295.
- Dakwah jika diabaikan menimbulkan fitnah, Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (S. Al-Anfal/8: 25).
- Dakwah adalah Jihad, sebagaimana Firman Allah “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburukburuknya.” (Q.S. AT-Taubah/9: 73).
“Dan orang-orang yang berjihad pada jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Q.S. Al-Ankabut/29: 69).
- Dakwah merupakan rahmat bagi semua, sebagaimana firman Allah “ untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS al-Anbiyaa/21: 107)
“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)”
Rahmah: “kelembutan yang berpadu dengan rasa iba” (Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur)
Imam Al-Mawardi memberikan pengertian rahmat tersebut berbentuk menyelamatkan dari kebodohan, menunjukkan jalan untuk menjauhi kesesatan, mencegah kemaksiatan dan menuntun pada ketaatan. (Ahkam alSulthaniyah hal. 277).
- Dakwah merupakan kegiatan dan proses tranformasi.
Sesuai dengan teologi Al Ashr dan firman Allah “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran”. (Q.S. al-’Ashr/103:1-3)
Dakwah merupakan ruh bagi hidup dan gerak dakwah Muhammadiyah, sesuai matan keempat, Matan Keyakinan Cita-cita Hidup (MKCH). Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang aqidah, akhlaq, ibadah, dan muamalah duniawiyah
- Dakwah Muhammadiyah, dakwah yang memajukan. Muhammadiyah selalu menunjukkan paradigma wasathiyatul Islam, menerapkan sikap tawasuth dengan memosisikan diri di tengah, tawazun yaitu seimbang, i’tidal selalu adil, tasamuh yaitu toleran, hingga muwathanah yaitu cinta tanah air. Sebagaimana firman Allah “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul,apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.(S. Al-Anfaal/8:24).
Orientasi dan aktualisasi dakwah yang memajukan adalah :
Pertama, Berorientasi kepada pembebasan manusia dari zhulumat (kegelapan) menuju nur (cahaya pencerahan), dari kekufuran menuju iman; dari kemaksiatan menuju ketaatan; dan dari kebodohan menuju cahaya ilmu pengetahuan.
Kedua, Diaktualisasikan dalam bentuk penyampaian misi Islam secara sempurna kepada umat manusia.
Ketiga, Menjaga, melindungi agama Islam dari kesia-siaan dan penakwilan oleh orang yang tidak memahaminya dengan baik.
Keempat, Mewujudkan rasa aman, perdamaian, dan stabilitas sosial politik di negeri Muslim maupun non-Muslim.
- Dakwah yang memajukan merupakan dakwah yang mencerahkan. mendakwahkan Islam sebagai sumber nilai, ajaran, dan spirit gerakan; bukan semata-mata tabligh (menyampaikan ajaran), melainkan ikhraj wa tahrir (membebaskan) manusia dari segala bentuk keyakinan palsu yang menyelimuti hati dan pikiran; tidak hanya menyelamatkan akidah Islam, tapi juga membangun sistem keyakinan yang benar, kokoh, dan terbebas dari segala bentuk kemusyrikan (syirik teologi, politik, sosial ekonomi, bahkan syirik hawa nafsu)
Dakwah yang memajukan merupakan dakwah yang memberdayakan. memajukan kehidupan mad’u dengan pengembangan program-program pemberdayaan, mengoptimalkan segala potensi mad’u untuk meraih hidup sukses: sukses studi, berorganisasi, berprofesi, hidup sebagai suamiistri, dan sukses berakhlak Islami; dakwah tidak sekadar tabligh, tapi diikuti tau’iyah (penyadaran) dan peningkatan kualitas hidup umat. Dakwah berkemajuan memerlukan manajemen dakwah yang solid dan efektif untuk melakukan pendampingan mad’u dalam pengembangan sumber daya ekonomi, pemberdayaan ekonomi kreatif, peningkatan mutu hasil pertanian, perkebunan, perikanan, perhutanan, dan lainnya.
Dakwah berkemajuan menyertakan program edukasi/pelatihan keterampilan hidup, keterampilan sosial, dan keterampilan lunak, sehingga mad’u menjadi mandiri, mampu berubah dari komunitas mustahiq (penerima zakat) menjadi muzaki dan mutashaddiq (pembayar zakat dan pemberi sedekah)
- Dakwah Muhammadiyah merupakan dakwah yang mengembirakan. Sebagai hadis telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abu At-Tayyah yang mengatakan, “Saya mendengar Anas bin Malik r.a. menyatakan bahwa Nabi saw bersabda, ‘Mudahkanlah setiap urusan dan janganlah kalian mempersulitnya, buatlah mereka tenang dan jangan membuat mereka lari.” (HR. Bukhari: 5660)
- Dakwah bil hikmah, dengan cara :
- Hujjah (argumentasi), akurat, dan berfaedah untuk penetapan akidah atau keyakinan (Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi).
- Perkataan yang sudah pasti benar, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran (AlZamakhsari).
- Dakwah dengan pendekatan substantif yang mengarah pada falsafah dengan nasihat yang baik, yang berarti retorika yang efektif dan populer, serta argumentatif atau keunggulan dialektika.
Pada intinya dakwah bi al-hikmah merupakan penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan ketabahan, sesuai dengan risalah AlNubuwwah dan ajaran Al-Quran.
Dakwah dengan mauidhah hasanah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Mengedepankan tarhib dan targhib (dorongan dan motivasi); penjelasan, peringatan, gaya bahasa yang mengesankan, teladan, dan pencegahan dengan cara halus, tuntunan dan dalil-dalil yang memuaskan melalui al-qaul al-rafiq (ucapan lembut dengan penuh kasih sayang)
- Kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki peningkatan amal.
- Nasihat, bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan.
- Dilakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif, mudah dicerna, dan terkesan di hati sanubari mad’u.
- Pengungkapan dengan penuh kasih sayang yang terpatri dalam kalbu, penuh kelembutan, mengesan dalam jiwa, tidak melalui cara pelarangan dan pencegahan, sikap mengejek, melecehkan, menyudutkan atau menyalahkan, meluluhkan dan menjinakkan hati yang keras/liar
- Tutur kata yang lembut, perlahan-lahan, bertahap dan sikap kasih sayang sehingga membuat mad’u merasa dihargai dan memperoleht respon positif dari mad’u.
Bulan Ramadhan ini menjadi momentum instrospeksi bahwa dakwah merupakan ruh bagi hidup dan gerak Muhammadiyah. Hal ini telah dicontohkan oleh K.H Ahmad Dahlan, beliau memberikan keteladanan kepada generasi penerus betapa perjuangan KH Dahlan sangat luar biasa. Ahmad Dahlan tampil berdakwah dengan ilmu, strategi seni budaya, dan hartanya. Hal itu dilakukan secara continue hingga Muhammadiyah dapat besar dan diteruskan oleh setiap generasi hingga semakakin maju dan semakin besar hingga saat ini.
Arif juga menjalsan cakupan dakwah Muhammadiyah dibagi dalam 3 hal: pertama, Dakwah pada bidang akhlak: Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai- nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia. Kedua, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah saw, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia. Ketiga, Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah Swt.
Dakwah di era digital yang terus mengalami perubahan secara cepat harus disikapi dengan cara-cara cerdas. Oleh karena itu perlu revitalisasi gerakan dakwah Muhammadiyah. Ditegaskan lagi oleh Arif yang juga anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, revitalisasi dakwah tersebut mencakup lima hal, yaitu (1) revitalisasi institusi, (2) revitalisasi dai/mubaligh/subyek dakwah, (3) revitalisasi materi dakwah, (4) revitalisasi metode/media dakwah, dan (5) revitalisasi metode/media dakwah. (Supardi)