Ketekunan dan Keteguhan
Burung manyar itu menganyam sarang dengan tekun. Ia pilih cabang dan ranting yang kuat, lentur dan bisa bersatu dengan angin. Ujung sarang ia lekatkan pada ranting, di sela rimbun daun. Kemudian satu persatu daun rumput dia anyam dalam bentuk gelembung. Uniknya, pintu sarang justru terletak di bawah. Di samping bidang gelembung bawah, memanjang menyerupai lorong.
Ia menata bagian bawah sarang dengan daun kering. Menjadi semacam kasur alam. Sepasang burung manyar tinggal di situ. Burung jantan pergi mencari makan, burung betina mengerami telur sampai menetas. Ketika burung-burung kecil keluar dari rekahan kulit telur, bunyinya lembut, orang tuanya bahagia. Mereka mengasuh dengan hati-hati. Keteguhan sikap sebagai orang tua yang harus menyantuni anak-anaknya, mereka pegang sampai anaknya siap untuk hidup mandiri.
Pintu menghadap ke bawah berupa lorong melindungi anak burung dari serangan musuh. Binatang penggerek atau lainnya tidak berani masuk pintu karena rumah atau sarang burung senantiasa bergoyang. Ini yang menyebabkan anak burung selamat hingga menjelang dewasa dan sudah bisa terbang untuk mencari pasangan hidup dan membuat sarang atau rumahnya dengan arsitek dan teknik yang sama dengan yang dibuat oleh orang tuanya. Berdasar naluri sebagai burung manyar.
Ketekunan yang disatukan dengan keteguhan membuat burung manyar bisa berhasil menjadi burung manyar. Ini juga berlaku pada tetangga burung manyar. Lebah misalnya, binatang dengan tekun membangun rumahnya. Lebahnya hidup dalam sebuah koloni, Hidup dalam kelompok-kelompok, yang masing-masing kelompok punya pemimpin. Mereka punya pembagian kerja yang jelas dan menjadikan rumah atau sarang sebagai rumah bersama. Dibangun dan dijaga untuk kepentingan bersama. Lebah dan semut mempunyai cara bertahan hidup yang hampir sama. Bersatu dan melindungi anak keturunannya. Ada dua ayat tentang lebah yang menggambarkan bagaimana ketekunan dan keteguhan lebah bermanfaat tidak hanya kepada dirinya, tetapi juga pada manusia.
”Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia.” [Qs An-Nahl : 68]
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buahbuahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang yang memikirkan.” [Qs. An-Nahl : 69]
Hari ini, manusia secara simbolik bisa belajar dari burung manyar yang memiliki kreativitas membangun sarang untuk melindungi anak keturunannya. Juga secara teknik dan sosial manusia bisa belajar dari ketekunan dan keteguhan lebah. Mereka memproduksi banyak faedah dengan zat-zat yang keluar dari tubuhnya. Manusia bahkan mengandalkannya untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Dan yang unik, burung manyar dan lebah hadir tidak untuk memusuhi siapa pun.
Sumber: Majalah SM Edisi 1 Tahun 2019