Alumni Pesantren Muhammadiyah Kualamadu Buka ‘Pesantren Kaligrafi’
MEDAN, Suara Muhammadiyah – Pesantren Kaligrafi. Penamaan ini mungkin belum biasa. Namun kini perkembangan seni kaligrafi yang cukup meluas menjadi seni kaligrafi memiliki peminat yang banyak apalagi seni ini menjadi salah satu lomba pada MTQ.
Di Sumatera Utara ada satu pesantren kaligrafi yang berkembang baik. Namanya Pesantren Kaligrafi An-Nida. Pesantren ini digagas oleh alumni Pesantren Modern Muhammadiyah Kwalanamu, Langkat, Febi Rahmadi, namanya.
Kini, nama Pesantren Kaligrafi An-Nida sudah mulai populer dikalangan pecinta seni kaligrafi di Sumatera Utara. Pesantren yang berdiri pada tahun 2015, berlokasi di Jalan Afnawi Nuh No. 38 Medan Helvetia itu telah mendidik banyak anak milenial untuk paham dan mencintai seni kaligrafi Islam. Awal berdirinya, Pesantren ini bernama Sanggar Kaligrafi dan kemudian berevolusi dengan penyebutan ‘ Pesantren ‘ pada tahun 2017 lalu.
Pesantren Kaligrafi An-Nida yang dipimpin Ustadz Febi Rahmadi, alumni Pesantren Modern Mouhammadiyah Kualamadu, Langkat itu, kini dikenal Sumatera Utara dan Aceh karena santrinya banyak dari dua provinsi ini. Namanya juga pesantren maka anak-anak yang belajar di sini pun ikut mondok dalam kurun waktu yang cukup lama. Bisa setahun. Sampai santri/santriahnya cukup siap untuk terjun ditengah masyarakat.
” Mendidik anak-anak milenial menjadi santri-santriah di sini memiliki kepuasan sendiri. Rasa gembira ketika mereka mulai mengenal lebih banyak seputar seni kaligrafi dan dan siap untuk menghadapi kompetisi dan terjun di tengah masyarakat,” kata Ustadz Febbi yang juga tim juri lomba Kaligrafi pada MTQ tingakat Provinsi pada tahun 2022 lalu.
Sejak dibentuk dan memiliki keanggotaan, Pesantren Kaligrafi An-Nida telah banyak berpartisipasi dalam beberapa event kegiatan-kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an. Antusiasme dari kaum muda pun terasa sangat hangat untuk menggabungkan mengkreatifitaskan, bakat dan niat seni.
Kaligrafi An-Nida telah berhasil menciptakan seniman-seniman muda berbakat dengan mengeluarkan individu muda yang mahir dalam seni kaligrafi Islam. Terbukti dengan prestasi-prestasi yang dicapai santri-santriah pesantren ini di tingjkat kabupaten/kota hingga di tinggat provinsi bahkan nasional.
Ustadz Febi menjelaskan, awalnya, sebagai sanggar esantren non- komersil, sanggar ingin membuka kesempatan seluas-luasnya kepada lebih banyak anak milenial untuk bergabung, tetapi para kaum muda yang datang belajar hanya mereka yang ingin mengikuti MTQ atau event perlombaan Kaligrafi saja. Ketika tidak ada event perlombaan mereka tidak datang untuk belajar. Akibatnya, tidak adanya keterikatan dari pembelajar memicu kurangnya rasa tanggung jawab untuk belajar secara konsisten atau berkesinambungan.
Untuk itulah kemudian manajemen pesantren ini diubah dari format sanggar menjadi pesantren, kata Feby. Maka santri yang datang pun harus mondok dengan durasi belajar yang lebih lama. Hasilnya jadi lebih efektif. Mereka mendapatkan proses pembelajaran dasar
Terkait dengan perkembangan kaligrafi di Indonesia banyak dilatarbelakangi dengan berdirinya Pesantren Kaligrafi AlQuran di Jawa, seperti LEMKA (Lembaga Kaligrafi AlQuran) yang didirikan oleh ustadz DR. Didin Sirojuddin di Sukabumi, dan diikuti berdirinya pesantren-pesantren kaligrafi lainnya seperti pesantren ZLK di Bogor dan PSKQ di Jawa Tengah. Namun banyak ditemukan niat belajar yang kuat dari anak-anak di Sumatera yang ingin nyantri belajar kaligrafi di pulau Jawa, namun terkendala masalah biaya karena mahalnya biaya dan ongkos belajar ke pulau Jawa. Latar belakang inilah berdirinya Pesantren Kaligrafi An-Nida.
” Pesantren Kaligrafi An-nida, menjadi solusi buat para peminat dan pecinta kaligrafi untuk tetap bisa mengembangkan minat dan bakatnya tanpa harus jauh-jauh ke Pulau Jawa,” kata Ustad Febi Rahmadi.
Mengenal Pesantren Kaligrafi An-Nina
Pesantren Kaligrafi An-Nida memiliki visi “Menjaga Dan Melestarikan Kaligrafi Sebagai Khazanah Kebudayaan
Islam” dan misi ” Menciptakan Generasi Muda Yang Cinta Akan Al Qur’an Yang Memiliki Moral Dan Berbudaya Islam”
Di Pesantren Kaligrafi Annida, santri dikenalkan dengan bermacamnya jenis Khat (kaligrafi) dan banyaknya detail tentang kaidah huruf dan proporsi masing-masing jenis kaligrafi, ditambah lagi perlunya ilmu-ilmu pendukung yang membuat kaligrafi menjadi karya seni yang indah seperti desain, tatawarna dan ornament yang bisa mengemas kaligrafi menjadi sesuatu karya yang indah, bahkan bisa menjadi produk yang layak jual di masyarakat, keahlian-keahlian inilah yang diajarkan kepada para santri.
Pesantren Kaligrafi Annida menerapkan pembelajaran kesantrian kepada peserta didik dengan mengedepankan adab dan budaya kesantrian seperti Sholat Berjamaah di Mesjid, mengaji Alquran dan amalan-amalan yang biasa dilakukan santri sehari-hari lainnya, sehingga diharapkan terwujud kepribadian insan kaligrafi Islami yang Qur’ani.
Pembelajaran santri Pesantren Kaligrafi Annida juga dibuat berdasarakan kepentingan mengikuti event MTQ yang mempunyai empat cabang perlombaan, diantaranya; Cabang Tulisan Buku, Cabang Hiasan Mushaf, Cabang Dekorasi, Cabang Kaligrafi Kontemporer.
Keempat cabang tersebut, masing-masing memiliki kesulitan dan kerumitan sendiri-sendiri, sehingga santri dituntut mahir dan layak bersaing di even-even yang dilombakan dan bisa membawa nama harum daerahnya
di tingkat yang bergengsi seperti MTQ provinsi maupun MTQ Nasional.
Santri Pesantren Kaligrafi Annida juga diajarkan kemampuan bekerja dibidang dekorasi masjid, dan dibawa langsung terjun ke beberapa proyek pembuatan kaligrafi masjid, diantaranya; rehab kaligrafi dan ornamen Mesjid Azizi (Tanjung Pura Langkat), Mesjid Alfalah (Martubung, Kota Medan) Mesjid Fisabilillah (Tanjung Gusta, Deli Serdang) dan beberapa mesjid lainya di Sumatera Utara. Sehingga diharapkan para santri bisa mandiri dan membuka lapangan kerja baik untuk dirinya sendiri maupun buat orang lain di lingkungannya kelak.
Santri Pesantren Kaligrafi An-Nida tercatat memiliki berbagai prestasi yang menggembirakan pada berbagai event daerah dan provinsi. (Syaifulh)