Muhammad Afnan Zamhari: Prajurit, Pendekar, dan Mubaligh Bersahaja

Afnan Zamhari

Muhammad Afnan Zamhari: Prajurit, Pendekar, dan Mubaligh Bersahaja

Senin tanggal 27 Juni 2022 bakda dhuhur tersiar kabar duka wafatnya Pendekar Besar Letkol Infanteri (Purn) Muhammad Afnan Zamhari dalam usia 77 tahun. Almarhum adalah putra asli Kauman Yogyakarta yang semasa hidup pernah memikul amanah sebagai Ketua Umum PP Tapak Suci Putera Muhammadiyah periode 2012 – 2017. Menurut keterangan Ketua PP Tapak Suci Afnan Hadikusumo, almarhum Pak Afnan Zamhari adalah murid Tapak Suci angkatan pertama di tahun 1963.

Sebagai murid angkatan pertama, Muhammad Afnan Zamhari merupakan kader otentik perguruan ini. Secara keilmuan, Pak Afnan tentu saja langsung dilatih oleh para pendiri Tapak Suci. Secara kultural, almarhum yang bocah asli Kauman tentu memiliki ghiroh dan militansi khas kampung Muhammadiyah ini. Dan yang pasti almarhum menjadi saksi dan pelaku sejarah perjuangan Tapak Suci menjadi benteng umat dalam prahara politik menjelang dan pasca G30S/PKI hingga tumbangnya pemerintahan orde lama digantikan rezim orde baru.

Almarhum Pak Afnan Zamhari memiliki catatan panjang sebagai anggota Tapak Suci, sejak menjadi murid angkatan pertama hingga menjadi pucuk pimpinan perguruan. Pada usia senja, almarhum sebagai pemegang sabuk tingkat tertinggi pendekar besar menjadi sesepuh yang nasihat-nasihatnya menjadi rujukan yuniornya.

Tapak Suci menginspirasi dunia persilatan

Bagi generasi muda Tapak Suci, Pak Afnan Zamhari merupakan tokoh yang dinilai tahu banyak tentang perjalanan panjang perguruannya. Semasa Pak Afnan Zamhari masih menjabat Ketua Umum PP Tapak Suci, saya pernah berbincang di sela menyaksikan kejuaraan di Sportorium UMY. Saat itu Pak Afnan Zamhari bersama istri menyempatkan menonton pertandingan usia dini dan remaja di sisi timur Sportorium. Salah satu panitia kegiatan yang melihat Pak Afnan sedang menonton lalu menemui saya seraya berbisik : “Mas, itu ada Pak Afnan Ketum PPTS nonton di bawah mbok ditemani berbincang”.

Lalu saya segera turun dari tribun dan menemui Pak Afnan Zamhari, dan kamipun berbincang panjang lebar. Salah satu yang berkesan bagi saya, saat itu Pak Afnan Zamhari bercerita tentang kondisi dunia pencak silat sebelum Tapak Suci berdiri. Menurut Pak Afnan, kala itu pencak silat dalam kompetisi hanya memperlombakan seni. Kejuaraan nomor tanding/pertarungan dulu belum ada, karena setiap kali dicoba selalu berbuntut panjang.

“Zaman dahulu kalau pertandingan pencak muridnya kalah, pendekarnya “ora trimo” lalu berlanjut gurunya yang maju dan begitu seterusnya Mas. Kemudian setelah Tapak Suci berdiri, kita berinovasi membuat peraturan pertandingan dan diadakan Kejurnas Tapak Suci. Rupanya sukses, kejuaraan berjalan lancar, tertib, dan semua bisa menghormati peraturan pertandingan sebagai pedoman berkegiatan. Keberhasilan Tapak Suci menggelar pertandingan versi pertarungan itu menginspirasi kalangan persilatan, yang kemudian menyusun peraturan pertandingan”, demikian kurang lebih keterangan Pak Afnan Zamhari saat itu.

Cerita dari Pak Afnan Zamhari itu terkonfirmasi dengan keterangan Pendekar Besar Fahrudin dari Bantul. Ayah pesilat nasional Firdhana Wahyu Putra pernah iseng nge-tes saya: “Mas, Tapak Suci dan IPSI lebih duluan mana punya sistem peraturan pertandingan?” Karena saya diam saja, Pak Fahrudin menjelaskan bahwa Tapak Suci lebih dulu memiliki peraturan pertandingan daripada IPSI.

Cerita dari Pak Afnan itu membuat kita mengetahui bahwa Tapak Suci yang bernaung di bawah Muhammadiyah bisa “sembada” menjadi pencerah dunia persilatan. Terbukti perguruan ini dapat menginspirasi pencak silat sebagai khasanah beladiri tradisional menjadi olahraga prestasi yang dipertandingkan hingga tingkat internasional. Oleh karena itu untuk kita harus melanjutkan perjuangan Pak Afnan Zamhari dengan mengelola sebaik mungkin Tapak Suci sehingga terus mengukir prestasi terbaik dalam pencak silat olahraga dan seni.

Putera Muhammadiyah hingga akhir hayat

Muhammad Afnan Zamhari meninggalkan legacy yang sangat baik untuk ditiru generasi muda. Di saat semua televisi menyiarkan acara yang mengandung virus hedonisme, Pak Afnan Zamhari memberi contoh sebuah kesederhanaan. Hal ini tercermin dari pesan almarhum yang tidak bersedia dimakamkan secara militer, kendati dalam karirnya menyandang pangkat perwira menengah Letnan Kolonel. Seolah beliau mengajarkan kepada kita bahwa ketika mati, seorang manusia tidak membawa apapun kecuali amal sholihnya.

Barangkali almarhum adalah sosok pimpinan ortom Muhammadiyah yang paling tidak dikenal publik, meski banyak yang telah ditorehkan Tapak Suci untuk umat dan bangsa ini. Tapi dari sosok bersahaja ini, kita memiliki role model seorang kader Muhammadiyah yang sarat kompetensi dari berfisik kuat, berilmu agama, hingga kepemimpinan. Semua anggota Tapak Suci sebaiknya meneladani sosok Pak Afnan Zamhari, khususnya dalam ber-Muhammadiyah. Almarhum sebagai anggota Tapak Suci telah menunjukkan kiprahnya yang paripurna sebagai Putera Muhammadiyah. Hingga akhir hayatnya beliau berusaha memperkuat barisan aktivis dakwah sebagai mubaligh, khotib, dan guru ngaji bersama Muhammadiyah. Selamat jalan Pak Afnan…….

Yudha Kurniawan, Kader Tapak Suci Bantul

Exit mobile version